Jodha
sampai dihadapan Jalal. Jalal terus mengamatinya dari ujung kaki hingga
ujung rambut. Jodha memberi salam. Kemudian ia juga memberi salam
kepada Ayahnya dan keluarganya. Raja Bharmal dan Baghwandas saling
memandang melihat penampilan Jodha, namun Raja Bharmal mengisayaratkan
untuk tetap tersenyum. Jalal terus menatap Jodha, ia tak bisa
mengalihkan pandangannya. Bahkan saat Jodha berjalan ketempatnya, Jalal
terus menatapnya.
Jodha
memberi salam kepada Hamida. Hamida memberinya restu dan mencium
keningnya. Kemudian ia duduk disamping Hamida. Hamida begitu bahagia.
Jodha mengatakan bahwa ia memakai pakaian tersebut karena ia ingin
menyambut adik iparnya sebagai Ratu Mughal, “Dan aku ingin membuatmu
bahagia Ibu.” Hamida benar-benar bahagia, “Kau begitu luar biasa Jodha.
Kebaikan hatimu membuatmu berbeda dengan Ratu lain.”
Maham
Anga dan Ruqaiya semakin terkejut saat melihat Jalal terus menatap
Jodha. Maham Anga juga semakin membuat Ruqaiya kesal. “Bukankah sudah
kubilang padamu Ratu Ruqaiya, supaya berhati-hati dengan Ratu Jodha.
Lihatlah, bagaima ia mencoba menarik perhatian Yang Mulia.”
Perayaan
dimulai. Para penari memasuki ruangan. Rahim ikut menari di
tengah-tengah mereka. Jodha tertawa lepas. Jalal yg memandangnya ikut
tersenyum. Jodha sadar bahwa ada sepasang mata yg terus
memperhatikannya. Saat ia menoleh kearah Jalal, Jalal langsung
memalingkan wajahnya dan melihat ke arah depan.
Acara
selanjutnya. Raja Bharmal hendak menyerahkan hadiah. “Ada tradisi dari
keluarga kami Yang Mulia. Dan aku berharap kau mau berpartisipasi.”
Jalal menaggapi, “Karena putrimu sudah melakukan kewajibannya sebagai
Ratu Mughal, maka aku juga harus tugasku sebagai menantu Rajput.”
Akhirnya
pihak keluarga Raja Bharmal dan Jalal melangkah kedepan. Jalal memberi
isyarat kepada Ruqaiya untuk maju menerima hadiah. Ruqaiya pun maju
dengan senyum yg dipaksakan. Jalal menyentuh hadiah tersebut satu
persatu dan kemudian para ratunya (Ruqaiya kemudian Salima) yg
menerimanya.
Tiba
giliran Jodha, Jalal hampir kehilangan dirinya setelah menatap Jodha.
Tangannya tergerak hendak menyentuh wajah Jodha. Jodha yg ditatap
sebegitu rupa, jadi salah tingkah dan juga salah sangka. Ia mengira ada
yg salah dengan gelang hidungnya dan membenarkannya. Ia menerima hadiah
dari Raja Bharmal dan memeberi salam sebelum undur diri. Kekecewaan
tampak jelas di wajah Jalal karena kehilangan kesempatan tersebut.
Jodha
menemui Jalal di Angoon Bag. Jalal masih memunggungi Jodha. Jodha menanyakan mengapa Jalal ingin
menemuinya. Jalal masih membelakangi Jodha, “Aku ingin memujimu. Kau
terlihat cantik dengan pakaian Mughal. Suatu hari, kau mungkin akan
menerima agama kami.”
Jodha
masih dengan sikap angkuhnya, “Tidak. Kau jangan berharap. Aku memakai
baju ini untuk menghormati pemberian Ibu. Aku memakainya bukan untukmu
atau untuk mendengar pujianmu.”
Jalal
berbalik menatapnya, “Jika untuk menghormati hadiah ibu, mengapa kau
memilih warna hijau?” Jalal semakin mendekatinya dan menatapnya dari
atas ke bawah ke atas, “Meskipun kau mengetahui bahwa aku suka warna
itu. Itu artinya kau ingin menyenangkan aku.”
Jodha
terperangah, ia menurunkan pandangannya, “Apa itu yg ingin kau katakan
padaku?” Jalal menyangkalnya dan semakin medekati Jodha, “Menurutku,
Benazir akan terlihat lebih cantik memakai pakaian ini.” Jodha berusaha
menutupi kekecewaannya, “Kalau begitu, kau bisa berikan kepada Benazir
atau minta ibu untuk memberikannya. Aku tidak apa-apa.”
Jalal menegakkan tubuhnya, “Kau tidak suka dia memakai pakaianmu.”
Jodha: “Aku tidak apa-apa Yang Mulia.”
Jalal: “Kenapa kau berubah pikiran Ratu Jodha?”
Jodha: “Sekarang aku tahu kenyataannya, bahwa itu tidak ada bedanya bagiku.”
Jalal:
“Yang aku tahu darimu, kau tidak pernah mengatakan apa yg ada didalam
hatimu. Jika kau bilang tak berpengaruh buatmu, itu artinya berpengaruh
buatmu.”
Jodha
terperangah karena menyadari ucapan Jalal ada benarnya, namun ia tak
menunjukkannya, “Aku pergi dulu, Salam Yang Mulia (sambil menangkupkan
kedua tangannya didepan dadanya.”
Jodha
tiba-tiba berhenti. Jalal menatap Jodha yang memunggunginya, “Seperti
kataku Ratu Jodha, kau tak lakukan keingina hatimu. Jika kau ingin
pergi, kenapa kau berhenti? Kadang aku bertanya-tanya apa yg ada di
pikiranmu, saat kau menolak menghabiskan malam denganku.”
Jodha
dengan cepat berbalik menatapnya, kemudian ia berbalik lagi untuk
pergi. Jalal menghentikannya dan Jodha kembali menatap Jalal. Jalal
mengambil gelang kaki Jodha, “Kenapa kau selalu meninggalkan gelang
kakimu?” Jodha menghampirinya, Jalal melanjutkan ucapannya, “Tolong
bawalah. Aku tak ingin kau menyalahkanku karena menyimpan gelang
kakimu.”
Jodha
mengulurkan tangan kirinya, “Terima kasih telah memberikannya padaku.”
Jalal meletakkan gelang kaki tersebut ke tangan Jodha. Ia tak hanya
meletakkannya, bahkan ia terlihat menggenggam tangannya. Tubuh Jodha
tergetar karena sentuhan tersebut, ia bahkan tidak bisa mengendalikan
ekspresinya. Jalal terus menatap Jodha, “Simpanlah baik-baik.”
Jodha melepaskan tangannya dan melangkah pergi. Jalal terus menatap kepergian Jodha sambil tersenyum.
Komentar:
Suka
dengan episode ini. Beruntung ada yg request sinopsis episode ini. Jika
tidak, kemungkinan besar saya hanya akan ngeshare link aktifnya. Dan
yang membuat saya menyukainya juga, karena Benazir tidak begitu
mendominasi di episode ini. Lelah mata ini, beberapa episode terus saja
melihat Wanita beracun itu.
Episode berapa lagi????