Malam hari sebelum kembalinya Salim ke istana. Jodha sangat bahagia
mendengar esok buah hati yang sudah lama terpisah darinya akan segera
kembali, namun dia juga mempunyai sedikit kekhawatiran bagaimana jika
nanti Salim kembali tak menghiraukanya seperti ketika dia masih kecil
dulu? Tak tahan dengan pemikiranya sendiri akhirnya Jodha memutuskan untuk menemui suaminya.
JO: “Prenam, Shahenshah!.”
JA: “Adaab Jodha Begum, Appyaha?, kenapa wajahmu cemas seperti itu. Apa
kamu tak bahagia mendengar esok Salim kita akan kembali kepangkuan
kita?.”
JO: “Nahhi Shahenshah, saya sangat bahagia mendengar Salim
akhirnya mau kembali kesini. Namun saya juga merasa cemas tentangnya.
Anda masih ingat, dulu Salim pergi jauh dari pelukanku selama 5 hari dan
dia tak mau berbicara dengan saya selama satu bulan. Sekarang dia akan
kembali setelah 7 tahun lamanya, saya khawatir apa salim akan mau
berbicara pada saya? Apakah dia akan memanggil saya Ammijaan? Apakah dia
masih marah padaku?
JA: “Salim tak mungkin marah padamu Jodha
begum, dia adalah anak kita. Dia tak punya alasan untuk membencimu.”
Dengan sabar dan senyum manisnya Jalal mampu menenangkan kecemasan Istri
tercintanya itu.
JO: “Semoga apa yang anda katakan itu benar, saya
sungguh tak sabar melihat bagaimana Salim sekarang, lihatlah Shahenshah
ketika dia kembali saya akan memanjakanya setiap saat, saya akan
melakukan apa-apa yang tak bisa saya lakukan untuknya selama 7 tahun
ini. setiap hari saya akan memasak makanan kesukaanya, saya akan
menemaninya kapanpun dan dimanapun dia.” Jodha mengatakanya dengan
bersemangat dan senyum penuh bahagia.
Mendengar celotehan Jodha, Jalal sedikit tidak nyaman. Dia merasakan adanya pergeseran kedudukan di hati istrinya itu.
="font-family: Verdana,sans-serif;">JA: “Jodha begum, sepertinya sekarang kau lebih mencintai Salim
daripada aku.” Dengan nada menggoda Jalal mengatakanya, namun dalam hati
ada sedikit kecemasan.
JO: “Shahenshah, saya berjanji pada anda
bahwa saya akan selalu menjaga hati anda dengan aman.” Jawab Jodha
dengan senyum menenangkan... Jalal senang sekali dengan perkataan
istrinya itu, hatinya terasa damai kembali. Jalal merengkuh Jodha
kedalam pelukanya, mereka tersenyum bahagia tak sabar menunggu esok akan
segera datang.
>>Pagi Hari, Istana Agra<<
Istana dihias secara meriah untuk menyambut kedatangan Salim. Para
pejabat, Hamida, Jodha, Kodok, Salima, dan Ratu-Ratu yang lainya berdiri
digerbang Istana menunggu kedatangan Salim. Akhirnya kedatangan Salim
diumumkan, mereka semua sangat senang melihatnya terutama sang Ibu,
Jodha. Hamida bano pertama kali yang menyambut Salim, melihat nenek
tercintanya salim mengembangkan senyum manisnya yahhh walopun senyumnya
tak semanis Abbujaanya. Salim memeluk neneknya dengan penuh kerinduan.
HB: “Hamari Pottijaan, apa kau tahu nenek sangat merindukanmu, kenapa kau baru pulang sekarang?.”
SM: “Daddijaan, saya juga sangat merindukan anda. Tapi kenapa semakin
menua Daddijaan menjadi semakin cantik saja?.” Goda Salim, membuat
Hamida tertawa.
HB: “Ohhh kata-katamu sungguh jenaka, baiklah aku
tak akan menahanmu terlalu lama. Jangan biarkan Ammijaanmu menunggumu
lebih lama lagi, temuilah dia.”