By Sally Diandra.... Siang itu
sepulang Jalal dari rumah sakit, keluarga besar Jalal menyambut kepulangan
Jalal dengan pesta kecil kecilan, seluruh anggota keluarga sangat bahagia
mengetahui Jalal mampu melalui masa kritis dan siuman dari komanya selama 6
bulan dirumah sakit. Ketika semua orang sedang menikmati masakan yang disajikan
oleh catering favourite bibi Maham Anga, tiba tiba Jalal memberikan kode ke
Birbal untuk mendekat.
“Ada apa Jalal?” tanya Birbal
saat sudah ada didekat Jalal.
“Bawa pergi aku dari sini, aku
ingin istirahat, dimana kamarku?”
Dengan sigap Birbal segera
memutar kursi roda Jalal dan mendorongnya menuju ke kamar Jalal “Kamar kamu
sekarang ada dibawah, tapi semua ornamen dikamar kamu tidak diubah oleh nyonya
sediikitpun”
“Jadi ibu yang mendekor kamarku?”
“Iyaaa, dibantu juga sama non
Salima juga non Bhaksi, nah kita sudah sampai dikamarmu Jalal, ini dia kamarmu”
Birbal segera membawa masuk Jalal kedalam kamarnya yang sudah didekor sedemikian
rupa oleh ibu dan saudara saudaranya.
Jalal bisa melihat dengan jelas
semuanya terlihat sama, mulai dari warna cat biru kesukaannya, meja kerja
dimana Jalal sering menghabiskan waktu berjam jam disana, tempat tidur, lemari
semuanya masih sama seperti kepunyaannya dulu juga lemari kecil tempat semua
koleksi super heronya yang dikumpulkannya sejak SD semuanya juga berjejer rapi
disana plus koleksi miniatur mobil dilemari kaca satunya, Jalal menatap haru
pada semua benda benda koleksinya yang mungil.
“Bagaimana, Jalal? Sama kan
dekornya dengan kamarmu yang dulu?” tanya Birbal.
Sesaat Jalal tertegun karena
semua tata letak dan dekor serta ornamennya persis sama seperti kamarnya yang
dulu telah dia tinggalkan ketika keluar dari rumah ini, Jalal menggeser sendiri
kursi rodanya untuk melihat lihat lebih dekat isi didalam kamarnya hingga
kemudian kembali dia tertegun ketika berbalik dan memandang ke arah dinding
kamarnya yang dekat dengan pintu kamar, disana terpampang foto dirinya dan
Jodha ketika mereka menikah dulu, lama Jalal memandangi foto tersebut.
Birbal yang penasaran dengan
tingkah Jalal segera menoleh kearah dinding dan melihat foto Jalal dan Jodha
“Dia cantik ya ...” Birbal mencoba membuyarkan lamunan Jalal.
Namun Jalal tidak bergeming dan
tak terasa pipi Jalal basah oleh airmata “Mungkin cuma foto ini yang menjadi
kenang kenanganku yang terakhir tentang dirinya, Birbal”
Birbal menganggukkan kepalanya
“Aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan, Jalal ...”
Jalal segera menyeka air
matanya “Aku tidak percaya dia pergi begitu saja, Birbal ... Aku sangat yakin
kalau dia pasti akan menanti kesembuhanku”
“Tapi kenyataannya dia pergi
begitu saja, Jalal ... meninggalkan kamu tanpa pesan”, “Dia tidak mungkin
meninggalkan aku, Birbal!” nada bicara Jalal sedikit meninggi, Jalal marah dan
tidak terima Birbal mangata ngatai Jodha, Birbal tidak kaget dengan temperamen
Jalal yang tiba tiba meledak seperti itu, Birbal sudah kebal dengan bentakkan
tuannya, Jalal kalau sudah marah memang bisa langsung meledak bagaikan bom atom
yang membuat gempar seluruh ruangan.
“Maafkan aku, Birbal ... Aku
sudah membentak kamu”
Birbal hanya menggelengkan
kepalanya “Aku sudah kebal, boss ... tidak jadi masalah”
Jalal tersenyum kecil, Jalal
tau kalau Birbal memang orang yang sangat setia pada dirinya, meskipun kadang
dia sering menjadi luapan kemarahan Jalal kalau emosi Jalal mulai meninggi
“Birbal, aku ingin minta tolong sama kamu”
“Siap! Apa yang bisa aku bantu?”
“Kalau pas ada waktu luang, aku
minta kamu mencari Jodha”
Birbal segera mengernyitkan
dahinya “Mencari Jodha? Aku harus mencari dimana?”
“Kamu bisa mencari dimana saja,
mulai dari rumahnya yang dulu, rumah kontrakkan kami, rumah sakit tempatnya
bekerja, aku yakin kamu bisa menggali informasi dari sana” Birbal mengangguk
anggukkan kepalanya “Tapi ingat, tolong jangan kamu katakan soal ini ke
siapapun tidak juga ke ibuku! Kamu mengerti! Ini hanya antara aku kamu dan
Tuhan! Keep secret!” Birbal segera memberikan kode dengan gerakan menutup mulutnya
dengan tangannya kemudian mengunci dan membuang kunci tersebut “Bagus! Tapi
ingat hanya pada waktu luang saja jadi jangan sampai mengganggu pekerjaanmu,
intinya jangan membuat orang jadi curiga padamu, okay?”
“Baik, boss!”
Jalal sangat berharap Birbal
bisa mendapat suatu petunjuk tentang menghilangnya Jodha dari hasil
investigasinya nanti.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Sementara itu beberapa hari
kemudian di Jogjakarta ....
Malam itu ketika Jodha hendak
pulang ke rumah sekitar pukul 10 malam, ketika dia mendapat shift ke dua tiba
tiba hujan turun cukup deras, kebetulan saat itu Moti dapat giliran shift
pertama jadi Jodha tidak bisa pulang bareng Moti “Yaaa Tuhan ... kapan hujannya
reda, mana malam sudah semakin larut, sudah hampir jam setengah 11 malam,
bagaimana aku bisa pulang?” Jodha benar benar gelisah karena bila dia nekat
pulang malam itu dengan motornya, Jodha khawatir ASI nya akan tidak baik untuk
Salim gara gara tubuhnya yang kehujanan jadi Jodha memilih untuk bertahan
sementara dirumah sakit sampai hujan reda.
“Ibu sudah tidur?” Jodha
menelfon ibu Meinawati mengabarkan kalau dirinya belum bisa pulang karena
terjebak hujan.
“Ibu ini terbangun, ibu kira
kamu sudah pulang, disini hujan deras Jodha” suara ibunya terdengar parau diujung sana.
“Iya, ibu ... Disini juga hujan
deras, aku tidak bisa pulang sekarang, aku takut masuk angin, Salim tidak rewel
kan?”
“Tidak, Salim masih bobok, dia
seharian ini nggak rewel, kamu memang lebih baik tunggu hujan reda saja, Jodha
... baru pulang, hati hati ya”
“Baik ibu ... Kalau hujan reda
aku akan segera pulang, daaaaah ibu”
Jodha segera menutup ponselnya
dan menghela nafas panjang tiba tiba dari arah belakang Jodha mendengar ada
suara orang yang sedang berdehem “Hmmm” saat itu Jodha sedang berada dikantin
sambil menikmati secangkir coklat panas. Jodha tidak berusaha menoleh untuk
melihat siapa yang berada dibelakangnya, orang itupun lalu duduk didepan Jodha,
dia adalah dokter Suryaban. “Hujan turun cukup deras ya, suster Jodha ... kamu
tidak bisa pulang rupanya?” Jodha hanya tersenyum sambil melihat kearah pria
tersebut yang tiba tiba duduk didepannya “Boleh aku duduk disini?”
“Silahkan ...” Jodha berusaha
ramah ke dokter Suryaban.
“Hari sudah semakin malam, apa
kamu memutuskan untuk menginap dirumah sakit?”
“Tidak, aku pasti akan pulang
karena anakku pasti sudah menanti kepulanganku tapi nanti setelah hujan reda”
“Tapi sampai kapan? Hujan
sepertinya tidak kunjung reda” Jodha hanya mengendikkan bahunya sambil menatap
keluar melalui kaca jendela kantin “Tunggu dulu, kamu bilang anakmu sudah
menunggumu?” Jodha segera menganggukkan kepalanya “Lalu kenapa suamimu tidak
menjemputmu, hari sudah semakin larut, tidak baik kalau kamu pulang sendirian
seorang diri”
Jodha hanya tersenyum “Aku
sudah biasa sendiri, apa apa sendiri, dokter”
“Lalu dimana suamimu?”
“Dia ada diluar kota, ya ...
dia kerja diluar kota”
Dokter Suryaban mencoba
mengerti kondisi Jodha saat ini “Bagaimana kalau aku antar kamu pulang kerumah?
Aku bawa mobil, kamu tidak keberatan bukan? Suami pastinya tidak marah bukan?
Aku hanya tidak tega melihat kamu terjebak hujan disini entah sampai kapan
sementara anakmu menunggu dirumah sedangkan suamimu tidak berada dirumah,
bagaimana?”
Jodha bisa melihat adanya
ketulusan dari niat dokter Suryaban dengan menawarkan bantuan padanya, karena
hujan tidak kunjung reda, akhirnya Jodha menyerah menerima bantuan dokter
Suryaban karena bagaimanapun juga Jodha sangat ingin bertemu dengan Salim
“Baiklah, aku terima tawaranmu, mari kita pulang”
Dokter Suryaban tersenyum
senang “Mari ...” mereka berduapun segera
meninggalkan rumah sakit dan pergi menuju ke rumah Jodha menggunakan
mobil dokter Suryaban.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Sementara itu dirumah Jalal,
setiap hari Jalal tidak pernah meninggalkan terapi fisioterapinya untuk melatih
otot otot kakinya yang masih lemas, keinginan Jalal untuk sembuh sangat kuat
karena rasanya sangat membosankan harus berada diatas kursi roda setiap hari,
Rukayahpun tidak henti hentinya memberikan semangat dan dukungan ke Jalal agar
Jalal bisa segera menggerakkan kakinya, Jalal mengakui kehadiran Rukayah memang
sangat membantu proses kesembuhannya, sementara itu diam diam ketika Birbal
mendapatkan waktu luang, Birbal segera melaksanakan perintah Jalal untuk
mencari Jodha namun hasilnya tetap nihil, Birbal belum juga mendapat titik
terang tentang keberadaan Jodha.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
“Suster Moti! Katakan padaku
apakah suami suster Jodha itu bekerja diluar kota?”
Moti segera mengernyitkan
dahinya begitu secara tiba tiba dokter Suryaban mencegat langkahnya ketika dia
baru masuk kerumah sakit “Memangnya kenapa, dok?”
“Aku hanya ingin tahu, suster
Moti ... Kamu bisa memberikan informasinya ke aku?”
Moti langsung tersenyum begitu
mengetahui arah pembicaraan dokter Suryaban yang mulai tertarik ingin
mengetahui kehidupan pribadi Jodha lebih jauh “Rupanya ada yang mulai kepo
niii” Moti berusaha menggoda dokter Suryaban yang salah tingkah didepan Moti.
“Bukan begitu, suster Moti ...
Aku hanya ...”
“Hanya apa, dok? Hanya ingin
tahu banget? Sudahlah, dok ... C’mon ...”
Dokter Suryaban benar benar
salah tingkah didepan Moti karena dokter Suryaban tahu kalau Moti adalah
sahabat dekat Jodha jadi semua kehidupan pribadi Jodha pasti sebagian besar ada
ditangan Moti, dokter Suryaban tinggal mengoreknya sedikit “Yaaa kamu benar,
aku memang ingin tahu, wajar kan? Aku laki laki, dia perempuan, so?”
Moti tertawa kecil melihat
tingkah laku dokter Suryaban seperti anak tidak berdosa “Okeee, aku beri
sedikit informasi, suami Jodha memang berada diluar kota tapi mereka sudah lama
berpisah, untuk cerita selanjutnya dokter bisa menanyakan sendiri ke yang
bersangkutan, saya permisi dulu, dok ... sudah saatnya saya kerja, mari”
Dokter Suryaban mempersilahkan
Moti untuk meninggalkan dirinya sambil tersenyum senang karena dirinya kini
bisa dengan bebas mendekati Jodha, namun apakah Jodha bisa dengan mudah dia
dekati? Itu salah satu pertanyaan besar bagi dokter Suryaban namun dokter
Suryaban sudah bertekad untuk mendapatkan Jodha dan sesegera mungkin untuk
menyembuhkan penyakit yang selama ini dideritanya yang membuatnya dirinya
enggan berkomitmen dengan seorang perempuan, namun begitu melihat Jodha pada
pandangan pertama, dokter Suryaban mempunyai keinginan yang cukup kuat untuk sembuh
sehingga bisa mendapatkan Jodha!