Setelah berbincang cukup lama akhirnya mereka menutup panggilan online
tersebut. Jodha lalu terlelap dalam tidur indahnya malam ini.
^^^^
Jodha sudah
berubah sekarang, ia telah kembali menjadi JODHA AURORA bahkan jauh lebih baik,
tidak ada lagi Jodha si biang kerok dan kerusuhan atau kekacauan yang
ditimbulkannya, yang ada hanya kasih sayang dan kelembutan yang terus ia
berikan pada orang di sekelilingnya. Jika mengingat Ruk ia tidak ingin menangis
lagi, ia hanya ingin mengingat masa-masa indah bersama Ruk, lagipula Ruk tidak
mau kepergian nya ditangisi.
Jodha
kembali memulai aktifitasnya pagi ini, ia tengah bersiap di kamar tampak Bhaksi
masih terlelap dalam buaian mimpinya, Bhaksi baru pulang dini hari tadi setelah
bernyanyi di acara resmi kenegaraan semalam. Pagi ini Jodha pergi bersama
dengan Javeda, mereka pergi pagi pagi sekali.
“Tidak biasanya
Jodha kau berangkat sepagi ini ke kantormu? Apa kau sudah tidak sabar bertemu
dengan CEO barumu itu ya,, hmm…” Goda Javeda pada Jodha
“Kau ini
masih pagi sudah ngelantur,,,, Aku hanya ingin membeli sesuatu untuk sir Adam,
hari ini adalah hari terakhir ia bekerja, heemm,, aku pasti akan kehilangan
seorang manager hebat seperti dia. Lagipula mengenai CEO baru itu dia baru akan
datang minggu depan” Kata Jodha
“Yahh,,, Kau
akan kehilangan sir Adam sebagai manager mu tapi tidak dia sebagai keluarga
kan. Ayolahh,, Jangan bersedih begitu, jika tidak terlalu sibuk, kita sesekali
bisa berkunjung ke rumahnya bukan?” Javeda berusaha menghibur Jodha
Mereka kini
sudah berada di dalam bus, sebentar lagi Jodha akan turun di sebuah toko untuk
membeli sesuatu yang akan diberikan pada sir Adam tentunya.
“Jodha”
Panggil Javeda pelan
“Hhmm,,,”
“Apa kau sudah punya kekasih saat ini?”
Jodha nampak
menghembuskan nafasnya dan menatap Javeda tersenyum “Tidak ada”
“Lalu”
“Apanya yang lalu? Aku memang tidak punya kekasih” Kata Jodha tidak mengerti
“Hehehe,,
Aku pun sama dengan mu,.. Kita bertiga sangat disibukan dengan aktifitas kita
sehari-hari sehingga lupa dan melalaikan apa yang diinginkan hati kita sendiri”
Jodha mengangguk pelan mendengar ucapan Javeda. “jika terus seperti ini kapan
kita akan menikah ya Jodha,,, hahahaa” Kata Javeda lagi.
Mendengar
kata pernikahan membuat Jodha teringat dengan putra Tn Pratap, seketika
membuatnya bergidik ngeri dan menggeleng-gelengkan kepalanya, tersirat ada
ketakutan di wajah cantiknya.
“Kau kenapa
Jodha?”
“Ah,, Aku,,
Tidak apa-apa Javeda, sudahlah,, aku tidak ingin membahas itu lagi. Banyak hal
lain yang bisa kita bicarakan, contohnya bintang-bintang kecil kita yang
semakin hari mereka semakin pintar dan menggemaskan saja dengan tingkah laku
mereka” Kata Jodha mencoba mengalihkan pembicaraan.
Mereka
kembali terlibat pembicaraan hangat dan seru di bus pagi itu.
Jodha telah
sampai di kantornya, setelah sebelumnya membeli bingkisan untuk sir Adam. Jodha
kembali bekerja seperti biasanya sebagai assistant Adam.
Menjelang
sore hari, sir Adam berpamitan pada semua karyawan disana saat dia berdiri
dihadapan Jodha, setelah sir Adam menerima bingkisan kecil yang diberikan Jodha
padanya, kini tanpa bisa dibendung lagi air mata Jodha mengalir dan ia langsung
memeluk erat sir Adam.
Sir Adam
bukan hanya seorang manager untuk Jodha tapi lebih dari itu, Jodha menganggap
sir Adam sudah seperti ayahnya, Jodha memang haus akan kasih sayang orang tua
dan dengan sir Adam ia kembali merasakan kasih sayang seperti yang ayahnya berikan
dulu, sir Adam tidak keberatan sama sekali dengan itu semua karena ia juga
menyayangi Jodha seperti putrinya sendiri.
“Kau masih
menangis Jodha?,,, Baiklah aku juga tidak apa-apa memeluk putri ku lama-lama
seperti ini” Kata Sir Adam pada Jodha sambil menepuk-nepuk punggung nya.
“Sir,,
(Jodha merenggangkan pelukan nya) Apa kau benar-benar resign hari ini? Keahlian
mu masih sangat dibutuhkan disini sir” Kata Jodha
“Hahaa,,,
Sudahlah jangan merayuku Jodha, aku sudah cukup lelah untuk terus berkutat
dengan segala kesibukan ini setiap hari, aku butuh istirahat dan aku ingin
menghabiskan banyak waktu dengan keluarga ku, aku berjanji padamu kami akan
sering datang ke appartement mu mengunjungi Javeda, Bhaksi dan anak-anak asuh
kalian itu,, hmmm” Sir Adam berusaha menghibur Jodha yang terkadang
mengeluarkan sifat manja padanya. Jodha hanya mengangguk lemah dan kembali
memeluk sir Adam.
^^^^
Sebelum sir
Adam resign, dia telah memindahkan Jodha ke lantai 22 yaitu lantai yang sama
dengan CEO baru itu dan akan bekerja langsung dibawah pengawasan dan
kendalinya, Jodha akan bekerja sebagai salah satu staff khususnya. Dengan
begitu sir Adam merasa aman meninggalkan Jodha disana, selama Jodha bekerja
disini dia sangat menyadari bahwa banyak pasang mata pria jahil dengan wajah
mesum yang menatap Jodha seperti ingin menelannya hidup-hidup, sir Adam
berfikir cukup keras dimana ia akan menempatkan Jodha bekerja setelah ia
resign, karena setelah resign ia tidak bisa selalu menjaga Jodha dari tatapan
liar mereka seperti yang dilakukan nya selama ini.
Lantai 22
adalah lantai khusus sang CEO dengan sekretaris dan staff khususnya yang semua
bawahannya adalah wanita, sir Adam yakin Jodha akan lebih aman bekerja disana.
^^^^
Jodha sudah
sampai di appartement nya kembali dan bersiap untuk tidur, kebetulan malam ini
ia libur bekerja di Wellingtone sehingga bisa menghabiskan banyak waktu dengan
anak-anak di rumahnya.
Tapi hingga
waktu sudah larut Jodha belum bisa memejamkan matanya, entah mengapa dia
tiba-tiba teringat pada Ruk dan juga permintaan terakhir Ruk padanya, apalagi
kalau bukan mengenai Jalal, Ruk ingin Jodha memastikan bahwa Jalal harus
menemukan cinta sejatinya.
“Hemm,,
Bagaimana kabar pria itu sekarang? Apa dia sudah menikah? Jika sudah, apa
mereka saling mencintai satu sama lain? Apa dia bahagia dengan orang itu?
Bagaimana jika tidak? Ya Tuhan,,, Bahkan aku sendiri malas membahas hati dan
cintaku apalagi pernikahan tapi aku justru harus memikirkan dan mengurusi cinta
sejati orang lain,,,dan orang itu adalah Jalal. Memang saat pertemuan terakhir
mereka di depan rumah Ruk 4 tahun lalu, sikap Jalal padanya sudah lebih baik
bahkan dia mengucapkan “Hati-hati Jodha”
dengan sangat lembut padaku, tapi apakah dia sudah memaafkanku? Jika dia sudah
memaafkanku itu akan lebih mudah buatku saat bertemu dengan nya nanti, tapi
jika belum?? Huffhhh….” Kata Jodha setengah berbisik dan gelisah
-To Be Continued-