Jo berada di salah satu ruangan terlihat seperti ruang
bawah tanah dan apa ini tangan dan kakinya diikat pada dua buah tiang seperti
tahanan yang akan dihukum gantung dan Jo yakin nasibnya tak akan lebih baik
dari itu beberapa jam kemudian.
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dan munculah Daelon
dibalik pintu serta 5 anak buahnya yang tak berhasil Jo lumpuhkan.
“Aku tak menyangka
Daelon Rinowamba sepengecut ini. Mengalahkan seorang wanita dengan alat bius
hahaha” tawa hambar Jo untuk memanasi mereka.
“Tertawalah sepuasmu Komandan. Kami dari dulu memang
pengecut bukan? Apakah anda baru mengetahui hal ini?”
“Sebelum aku melenyapkanmu dari dunia yang begitu kejam
seperti ini. Aku ingin mendengar jeritanmu yang indah itu,” tambahnya.
Daelon memerintah, “Cepat kalian cambuk gadis ini 100
kali. Tanpa ampun setelah itu aku yang akan mengakhiri nyawanya.”
Daelon tersenyum, “Dan aku yakin seluruh anggota militer
Indonesia akan menangisi kepergian gadis tangguh ini hahaha,” lalu tertawa.
Jo menguatkan dirinya,“Tidak akan semudah itu Daelon.
Tuhan selalu bersamaku. Jika aku mati pun, aku akan pergi dengan tenang dan senyuman.”
Jo menitikkan air mata dengan senyuman.
“Setelah itu kau yang akan mati dengan hinaan dan segala
yang tak pernah kau bayangkan dalam hidupmu,” Jo kembali menatap sinis Daelon.
“Diam kau!!! Tunggu saja malaikat maut datang mencabut
nyawamu.”
Mereka mencambuk Jo.
Bergantian.
Tidak ada kata henti.
Pun tak ada welas asih.
Sampai 100 cambukan terakhiri.
Jo tak akan bernafas lega.
Dan ia hanya sendiri.
Telah 31 cambukan mendarat di tubuh Jo.
***
Jauh di waktu barat Indonesia, lebih tepatnya sang metropolitan
Jakarta.
Jalal Zavier dengan mamanya tengah memantau kesiapan
pernikahan yang akan dilaksanakan di kediamannya.
Memang untuk resepsi pernikahan, Ny.Arum dengan Ny.Farida
mengusung tema dalam ruangan dengan taburan bunga. Semua ini mereka yang
memutuskan dengan anggukan Jalal, tanpa Jodha yang tengah bertugas di Papua
tentunya.
Saat Ny.Arum larut dalam perbincangannya di halaman
belakang dekat kolam dengan Ny.Iriani seorang WO (Wedding Organizer) yang juga
salah satu teman sepergaulannya.
Para satpam terganggu dengan suara klakson sebuah pick-up
hitam, seperti membawa pesanan. Tidak salah lagi, di bak mobil itu terdapat
setumpuk bunga.
Seorang satpam menghampiri Jalal yang berada di teras
rumah bersama karibnya Fikri menikmati semilir angin malam hari.
Tapi malam ini, rembulan tak menampakkan sinarnya.
Membagi rasa senasib yang dialami kini, ditinggal sang
pujaan hati dalam waktu yang cukup lama.
“Maaf Tn.Jalal.”
“Ya, ada apa Pak?”sahutnya sopan.
“Kiriman bunga sudah datang, atas nama Ny.Iriani untuk
alamat rumah ini.”
“Izinkan saja mereka menyusunnya di dalam. Itu bunga
pesanan teman mama untuk nanti.”
“Baiklah, kalau begitu Bapak permisi dulu.”
Perlahan bunga-bunga itu diletakkan dalam rumah sebelah
tumpukan pernak-pernik lain.
Jalal hanya mengawasi para petugas berlalu lalang membawa
bunga itu, menurutnya harum.
“Fik, gue ke dalam dulu ya.”
“Oke bro.”
Tak tahan, ia pun melangkahkan kaki ke tumpukan bunga.
Memandangi setiap lembar bunga yang tersusun rapih.
Entah apa yang dipikirkannya sekarang, bunga itu tampak
sangat menarik di indra penglihatannya kini.
Ny.Arum dan Ny.Iriani pun datang menghampiri Jalal yang
serius menatap bunga.
Saat Ny.Arum mengejutkannya, “Jalal ?”
“Ehmm iya ma, ada apa?”
“Serius sekali menatapnya.”
“Tidak, aku hanya penasaran. Mengapa banyak sekali jenis
bunganya? Tidak kah cukup dengan 1 jenis saja.”
“Mama-mu yang menginginkannya nak. Lagipula hanya ada 3
jenis bunga disini pink dahlia,white rose dan orchid.”Ny.Iriani masuk dalam
percakapan.
“Bunga sebanyak ini akan Tante letakkan dimana saja ?
Menurut Jalal ini terlalu berlebihan.”
“Jalal! biarkan saja, Mama suka bunga. Ini hanya sekali
seumur hidup nak, tidak terlalu masalah.”
“Lalu bagaimana Ni?”
“Aku akan menyusun rangkaian bunga orchid (anggrek) di
bagian depan ruang. Dan juga menyandingkan beberapa mawar putih dengan sedikit
dahlia pink untuk menghias sekeliling ruangan termasuk pelaminan pengantin.”
Ny.Iriani memberi penjelasan.
“Dengan konsep seperti itu, pesta akan nampak anggun dan
menawan.” Lanjutnya.
“Oh pemikiran yang hebat. Aku sangat tertarik dengan
ide-mu, kuharap pernikahan Jalal akan indah seperti khayalanku selama
ini.”Ny.Arum bangga.
Jalal sama sekali tak menghiraukan penjelasan tadi,
sekalipun yang dibicarakan adalah acara pernikahannya sendiri. Ia hanya sibuk
membalik-balikkan tumpukan bunga.
Dan, temuannya kali ini berbeda.
Bukan mawar, dahlia ataupun anggrek. Bunga ini sangat berbeda
dari tumpukan yang lain, harumnya pun juga begitu.
“Bukankah
ini bunga kamboja. Mengapa bunga seperti ini ada dalam tumpukan bunga
pernikahan.”
Jalal mengangkat sebuket bunga kamboja, “Apakah bunga
kamboja ini juga bagian dari dekorasi ruangan Tante. Setahuku bunga sejenis ini
banyak ditemui dalam acara berkabung.”
DEGHH
Apakah ini pertanda atau suatu kebetulan.
Terdapat sebuket bunga kamboja yang biasa di juluki bunga
kematian dalam tumpukan bunga pernikahan.
Sungguh, ini keteledoran yang sangat pada pelayanan toko.
“Tidak, bunga seperti itu tidak termasuk dalam pesanan
kemarin. Mungkin pihak toko salah memasukannya. Kau tenanglah, besok Tante akan
kesana dan mengganti bunga ini.”kata Ny.Iriani lalu meraih sebuket kamboja di
tangan Jalal.
***
Suara gaduh memecah konsentrasi para pencambuk tubuh Jo.
Beberapa wanita tangguh memasuki ruang pengap menghabisi
kelima anak buah Daelon yang tersisa.
Kini tersisa Daelon seorang.
Daelon takut, terlihat jelas di wajah tuanya itu.
“Apa yang akan kau lakukan kini Daelon, kau telah kalah
semua pasukanmu telah kami ringkus, tinggal kau seorang. Kau ingin mati atau
menyerah?” ucap lantang PA Alvi.
“Hahaha aku takkan menyerah, tentu saja. Sampai kalian
maju satu langkah ke arahku maka Komandan yang kalian banggakan ini akan mati
seketika dan hanya jasadnya yang akan kalian bawa dari tempat ini” tantang
Daelon menjawab.
Tangannya telah memegang pistol yang langsung mengarah di
kepala Jo.
“Biarkan aku mati PA Alvi, jangan ragu angkat senjatamu
dan tembaklah! Hanya ada satu pilihan
untuk meringkus dia. Karena ia menolak keras untuk menyerah” Jawab Jo lemah.
“Tidak komandan, keselamatanmu dan jasad pria pengecut si
Daelon yang akan kita bawa dari tempat ini” Ucap PA Alvi yang langsung
menyambar laras pendeknya ke arah Daelon.
Dan dengan cepat PA Genaya merampas pistol milik Daelon.
Lalu meringkus Daelon tapi sebelum semua terjadi.
“Dooorrr…Doooorr” bunyi 2 kali tembakan terdengar menggema
di seluruh ruangan bahkan sampai keluar menghantam perut Jodha Ardani sekaligus
Kepala Daelon Rinowamba.
Yang sukses membuat mereka terkapar tak berdaya.
“Setidaknya ia akan mati bersamaku” ucap Daelon sebelum
ia benar-benar membuka mata untuk terakhir kalinya.
Para PA panik, bukan ini yang mereka inginkan. Hanya
tembakan kematian pada Daelon, tapi kenapa Komandannya juga terkena.
Cairan kental sudah mengalir tiada henti pada lantai
ruangan, warna merah pekat dan bau anyir juga darah segar tergambar jelas
disini.
“Operasi penangkapan ini akan dikenang bangsa”gumam Jo
sebelum pandangannya benar-benar kabur.
***
Perasaannya sekarang sangat khawatir. Entah karena
firasat yang mengatakan tentang Kamboja tadi atau sekedar rindu.
Walaupun itu hanya kebetulan bagi mama dan Ny.Iriani,
tetap saja Jalal menganggap ini suatu keseriusan.
Ia pergi kekamar setelah meladeni Fikri bercerita
pengalamannya yang berbeda 180 derajat setelah menikahi Ulfah.
Selama itu juga, pikirannya melayang kemana-mana tanpa
menghiraukan ocehan Fikri.
Meraih handphonenya dan menghubungi nomor seseorang…
“Ayolah Jo angkat teleponku, kau sudah terlalu lama pergi
dan harus segera pulang.”katanya sambil mondar-mandir.
Sudah 3 panggilan keluar, tapi tak dihiraukan. “Mungkin
ia sedang sibuk, tapi mana mungkin semalam ini Jo masih di luar. Bisa juga
sudah tertidur”
Dan pada panggilannya yang keempat, terangkat.
Jalal : Halo Jo,
bagaimana kondisimu sekarang. Aku bersyukur kau masih mengangkatnya dan berarti
kau baik disana.
Tak ada tanggapan dari seberang.
Jalal : Halo, Jodha
Ardani? Kau masih mendengar suaraku, ada apa dengamu?
Bip…Bip…Bip
Sambungan terputus.
“Aneh, ada apa dengan wanita ini. Sekali diangkat, tidak
ada tanggapan apapun.”katanya meletakkan handphone, “Dan, apa yang kudengar
tadi, suara tangisan? Tapi siapa yang menangis, tangisan itu bukan dari suara
Jodha.”
“Ya Tuhan selamatkan nyawa Jodha apapun keadaan disana.
Semoga dia pulang dengan selamat, lalu kami bisa menyegerakan pernikahan
itu.”gumaman Jalal, lalu ia tertidur dengan kekhawatiran.
***
Ulfah telah berada di dalam Helikopter milik TNI-AU yang
akan menerbangkan Jo langsung ke Jakarta karena di Papua tak mungkin ia akan
dengan diurus secara baik.
Mengingat minimnya tenaga medis di Papua, Jo sedang
ditangani di dalam Helikopter dengan peralatan seadanya.
Sebelum berada di helikopter, ia sempat mengangkat
handphone Jo yang terus berdering.
Nama Jalal tertera disana, Ulfah mengacuhkan semua tanya
Jalal dengan tangis tertahannya .
Mau apa lagi? Tidak mungkin disaat gawat ini, menjelaskan
semua yang terjadi, pastilah kekasih kawannya akan bertambah panik nanti.
Awalnya Jo tak memberi tahu jika keadaan mereka terdesak
tapi apa sekarang? Jo tertembak dan nyawanya di ambang kematian.
Apa yang akan Ulfah jelaskan pada keluarga Jo nantinya.
“Bodoh sekali kau
Jo, menghadapi mereka sendirian. Kau bilang kau baik-baik saja dan apa ini?
Bagaimana pernikahanmu? Apa yang harus kukatakan pada Jalal.”ucap Ulfah kesal.
“Aku mohon Jo bertahanlah demi kami” lanjutnya dengan
isakan.
Setelah 6 Jam penerbangan. Kini mereka mendarat di pangkalan
Halim Perdana Kusuma.
Ambulan menyambut mereka dan Jo langsung dilarikan ke
Rumah Sakit, yang juga membawa Ulfah di dalamnya.
Sesampainya di Rumah Sakit, ia langsung dimasukkan ke
dalam ruang operasi.
Ulfah ditemani Dara salah satu PA masih sesegukan
menyalahkan dirinya sendiri, ternyata yang Jo ucapkan sebelumnya benar.
“Bagaimana sekarang? Alasan apa yang akan ku buat kepada
Jalal jika dia menghubungi lagi? Ia bukan pria bodoh yang begitu saja percaya
pada kebohonganku hiks..hiks..hiks..”suaranya masih tertahan dengan Dara
menepuk pundaknya berusaha menyalurkan hasrat ketenangan yang ia miliki.
“Sabar Fah, KPA Jodha wanita yang kuat dan tangguh. Ia
tak akan mudah menghadapi maut dengan menyelimuti rasa bersalah pada rekannya
juga kejadian tanda tanya pada keluarganya sendiri. Aku yakin itu!”kini Dara
buka suara.
“Iya, aku tahu. Tapi tetap saja semua ini salahku kan?
Dengan membiarkannya mengahadapi Daelon bersama antek-anteknya seorang diri”
Ulfah masih menyalahkan dirinya sendiri.
“Apa yang kau katakan?”kata Dara.
“Kita sudah berusaha menjalankan tugas semaksimal
mungkin, Tuhan masih baik dengan menghadirkan PA Alvi serta lainnya yang
tanggap untuk datang membantu Jodha dan segera meringkus Daelon”lanjutnya.
“Lalu apa yang Daelon lakukan selain menembaknya?”tanya
Ulfah penasaran, memang ia belum tahu betul kejadian apa saja yang menimpa
sahabatnya ini.
“Kau tahu ada luka sabetan di beberapa bagian tubuh KPA Jodha?”
Ulfah hanya menganggukkan kepala.
“Sebelum kedatangan kami, KPA Jodha sempat terkena
sabetan cambuk dari tangan laknat bawahan Daelon. Ia juga telah licik dengan
menyuntikkan obat bius pada Jodha agar lemah lalu dengan perlahan membunuhnya”penjelasannya
terhenti saat melihat tangisan Ulfah mengeras.
…
…
…
…
“Maaf aku harus mengatakan ini padamu, agar semuanya
jelas dan tidak ada kesalah pahaman. Setelahnya juga jangan menyalahkan dirimu
sendiri, kita semua menang dan kita semua kalah. Aku memiliki keyakinan KPA
Jodha akan marah saat mengetahui Ulfah selemah ini” katanya lembut.
Ulfah meraih wajahnya dan menghapus beberapa air yang
sudah mengalir banyak dari sudut matanya, “Baiklah maaf atas kelemahanku di
depanmu.”
“Tak masalah….”kata Dara, “Oh iya apa kau sudah
memberitahu keluarga KPA Jodha mengenai masalah ini?” lanjutnya.
“Aku tak tahu harus berkata apa pada Jalal saat mengetahui
kekasihnya tertembak.Pasti ia akan meminta penjelasan lebih padaku setelah
datang kesini”
“Tidak harus kekasihnya kan? Ibu dan ayah KPA Jodha
sangat berhak untuk mengetahui keadaan putrinya kali ini, biarkan mereka tahu
dan menjelaskannya pada Jalal”
“Baiklah aku akan berusaha menghubunginya. Sekali lagi
aku ucapkan terimakasih padamu” kata Ulfah meraih handphone-nya dan segera
menekan nomor Tn.Zahid.
Setelah sambungan terhubung,,,
“Hallo..Assalamualaikum Tuan, maaf menganggu waktumu
sebentar”kata Ulfah membuka percakapan dengan suaranya yang masih gemetar.
“Tidak masalah, ini nak Ulfah kan teman Jodha?”
“Iya tepat sekali.”
“Kenapa kau menghubungiku, apa ada masalah yang gawat
disana?”tanya Tn.Zahid yang kali ini mulai cemas.
“Ya, justru masalah itu yang membuatku harus menghubungi
anda untuk memberitahu kondisi Jodha Ardani saat ini.”
“Jodha kenapa?”tanyanya tegas.
“Kau tahu bukan kalau kami sedang mengadakan peringkusan
terhadap buron kelas kakap, dan saat ini Jodha sedang berada di ruang UGD untuk
melakukan operasi pengeluaran proyektil peluru yang berasarang di tubuhnya.”
“Maksudmu Jodha tertembak?”
“Iya Tuan maafkan aku karena tak bisa menjaga keselamatan
Jodha.”
“Jangan begitu nak, aku tahu ini resiko yang akan Jodha
alami jika dia nekad datang ke Papua dan bertemu mereka. Lalu kini kalian
berada dimana? Apa masih di Papua? Kalau begitu kami akan menyusul.”
“Tidak Tuan, kami ada di Jakarta. Sebaiknya kau kesini
untuk melihat langsung keadaan putrimu, tapi maaf aku belum memberitahu
siapapun selain kau.”
“Aku dan istriku akan kesana secepatnya.”
(Sumber gambar : Google)
TBC