“Halo Paman Hasan, Paman Husen” Kata Rajatha dan langsung mengutarakan niatnya
meminta bantuan dari kedua Paman kembarnya itu.
^^^
“Sudah siap semua Ardhan?” Tanya Jalal mematiskan pada
Ardhan
“Sangat siap Om” Jawab Ardhan bersemangat
“Kau Jagoan?”
“I’am ready Papa” Jawab Rajatha tak kalah bersemangatnya
“Good”
“Aku tidak menyangka, pekerjaan yang seharusnya kita
selesaikan dalam waktu satu minggu ternyata bisa selesai hanya dalam waktu
kurang dari lima hari” Kata Ardhan membuka percakapan, kini mereka bertiga
telah berada di dalam sebuah mobil menuju Singapore Changi Airport untuk
kembali ke Indonesia
“Ya kau benar Ardhan, bahkan aku tidak merasa kelelahan
padahal pekerjaan kita selama berada disini sangat menguras tenaga dan pikiran
kita. Yang aku pikirkan sejak menginjakan kaki disini adalah ingin secepatnya
menyelesaikan semua pekerjaan-nya agar bisa kembali bertemu istriku di rumah”
Timpal Rajatha sambil tersenyum saat membayangkan wajah anggun sang istri
“Hhmm,,, Begitulah rasanya jika jauh dari istri tercinta,
kalian baru benar-benar merasakannya sekarang. Tapi saat ini,,,,” Jalal yang
sejak tadi diam, ikut bersuara menimpali perkataan Rajatha dan Ardhan, namun
tiba-tiba ia tidak melanjutkan ucapannya, sejak semalam ia merasa cemas dan
gelisah memikirkan keluarganya yang ia tinggalkan.
“Kenapa Pah?”
“Papa hanya ingin kita segera sampai, entah kenapa sejak semalam perasaan Papa
tidak enak memikirkan keadaan mereka di rumah”
Melihat Jalal yang tidak seperti biasa, membuat Rajatha dan Ardhan ikut merasa
cemas, namun mereka masih berusaha berpikir positif dan berdo’a dalam hati semoga
tidak terjadi apa-apa dengan keluarga mereka di rumah.
Kini Jalal, Rajatha dan Ardhan sudah berada di dalam
pesawat. Tampak ketiganya gelisah dan saling diam satu sama lain. Baik Jalal,
Rajatha dan Ardhan sangat ingin menghubungi istri mereka saat ini juga, untuk
memastikan keadaan mereka baik-baik saja, namun mengingat keberadaan mereka
yang masih berada di dalam pesawat sangat tidak memungkinkan melakukan hal
tersebut.
Untuk sekali ini perjalanan dari Singapore menuju Jakarta
terasa begitu lama, Jalal memejamkan mata berusaha menahan segala keresahan
yang ia rasakan, ia tidak ingin terlalu menampakan kegelisahan-nya pada Rajatha
dan Ardhan, karena akan membuat mereka semakin panik dan itu malah akan semakin
memperburuk keadaan.
Hingga akhirnya pesawat yang mereka tumpangi telah mendarat
di Bandara International Soekarno-Hatta, buru-buru ketiganya meng-aktifkan kembali
ponsel mereka dan sebuah pesan masuk dari salah satu satpam rumah mereka ke
ponsel Jalal, segera ia membuka dan membacanya.
“Sial!” Umpat Jalal, raut wajahnya seketika berubah tegang
“Kenapa Pah?”
“Ada apa Om?”
“Sesuatu telah terjadi di rumah, kita harus segera kesana”
Kata Jalal tergesa
Jalal, Rajatha dan Ardhan setengah berlari menuju mobil yang
sudah disiapkan untuk mereka, bahkan mereka tidak menunggu untuk mengambil
koper-koper yang dititipkan di bagasi pesawat tadi.
Masa bodo dengan semua itu!
Yang mereka inginkan sekarang adalah bisa segera sampai
dirumah secepatnya, Rajatha mengemudikan mobil dengan kecepatan tidak yang tidak
biasanya, dan beruntung tidak membahayakan mereka yang berada didalam mobil ataupun
para pengguna jalan lainnya.
Hingga akhirnya mereka sampai dan segera menghambur masuk
kedalam rumah, dengan segala macam pikiran buruk berkecamuk di benak mereka.
^^^
“Masss” Lirih Faridha saat ia mulai sadar
“Ya, Sayang. Aku disini” Jawab Rajatha yang sejak tadi setia berada di samping
Faridha
Perlahan Faridha sudah mulai menemui kesadaran-nya, ia
menatap sekeliling seperti mencari-cari sesuatu atau mungkin seseorang dan saat
tatapan matanya menatap Rajatha, Faridha langsung merengkuhnya dan seketika
menangis
“Mas,,, Hiks,,, Aku takut,,, Mereka,, Aku,, Hikss” Faridha
berusaha berbicara dengan di sela isak tangisnya, ia memeluk Rajatha dengan
erat seolah takut Rajatha akan pergi meninggalkannya lagi jika ia melepaskan
pelukan itu
“Ssstttt,,,, Sayang. Aku disini untukmu, aku akan menjagamu dan anak kita.
Tidak perlu cemas, ya” Kata Rajatha berusaha menenangkan istrinya dengan
mengelus punggung dan kepala Faridha dengan lembut
Dalam hati ia mengutuk perbuatan Nora dan Sheila yang telah
membuat keluarganya dalam bahaya, bahkan Faridha menjadi sangat ketakutan
seperti ini. “Aku tidak akan melepaskan
kalian” Janji Rajatha
“Mas sudah tahu kalau,, aku?” Faridha bertanya di sela
isakan-nya yang mulai mereda, Rajatha mengecup kening istrinya sekilas
“Tentu saja, dokter memberitahuku mengenai semua keadaanmu. Sejak kapan kau
tahu kalau anak kita sudah bersemayam disini, Sayang” Kata Rajatha dengan
mengelus perut istrinya dengan lembut, seakan takut menyakiti janin yang berada
didalam sana, Faridha mengikuti tangan suaminya mengelus perutnya sendiri
“Satu hari setelah kepergian Mas ke Singapura. Apa dokter bilang dia baik-baik
saja, Mas”
“Ya, dia baik-baik saja, Sayang. Anak kita adalah anak yang kuat. Terima kasih
Sayang, terima kasih. Aku sangat mencintaimu”
Faridha hanya mengangguk dan merebahkan kepalanya di pundak Rajatha dengan
manja, ia terlalu merindukan suaminya saat ini.
“Kau ingin makan sesuatu, Sayang?” Tanya Rajatha
Faridha menggeleng dalam pelukan Rajatha kemudian menjawab “Aku lelah, aku hanya
ingin tidur lagi Mas”
“Baiklah”
“Mas,, temani aku tidur juga”
“Iya”
“Maksudku Mas juga naik kesini, ikut tidur bersamaku. Aku tidak mau jauh-jauh
dari dirimu, aku masih takut Mas” Rengek Faridha
“Tentu sayang” Rajatha beringsut naik keatas ranjang, memeluk tubuh istrinya
dengan posesif lalu mencium keningnya dengan sayang
“Tidurlah sayangku” Bisiknya lagi
^^^
Keadaan di ruangan Jodha dan Lavina juga tidak ada ubahnya, beberapa saat lalu
Jodha dan Lavina juga baru sadar.
Jalal sangat murka akan apa yang sudah terjadi pada
istrinya, dan demi Tuhan, mereka juga hampir menyakiti calon cucu-nya yang baru
tumbuh beberapa minggu di rahim menantu-nya. Ia tidak sabar menunggu kabar
penangkapan kedua wanita iblis itu dari Hasan dan Husen.
Sedangkan Ardhan, ia merasa tidak akan bisa menahan dirinya
lagi jika sudah bertemu dengan mereka, dia akan benar-benar membunuh mereka
dengan kedua tangannya sendiri nanti, persetan jika ada yang mengatakan bahwa
tidak sepantasnya seorang lelaki menyakiti wanita. Ia tidak perduli, akibat
kekejaman mereka dia hampir kehilangan istri dan anaknya yang bahkan baru
berusia beberapa hari. Dasar brengsek!
^^^
Sejak menerima telepon dari Rajatha, Hasan dan Husen
bergerak cepat, mereka langsung terbang ke Indonesia hari itu juga.
“Dari yang kudengar, terakhir kali Jalal dan Rajatha melihat
kedua wanita itu mereka dalam keadaan tidak sadarkan diri, wajah mereka babak
belur oleh Jodha. Tidak mungkin mereka langsung sadara apalagi melarikan diri
dari sana” Kata Hasan mulai menganalisa
“Tapi menurut satpam disana, orang yang membantu mereka hanya ada lima orang dan
semuanya telah berhasil dilumpuhkan, bahkan tidak ada satupun dari mereka yang sempat
masuk kedalam rumah, karena sudah terlebih dulu dihajar oleh para satpam dan
Ardhan” Husen ikut menimpali
“Aku yakin ada pihak lain yang turut andil dan ikut membantu kedua wanita itu”
“Siapapun yang membantu, mereka juga harus menerima akibatnya dan kita harus
secepatnya menemukan mereka, terutama Nora dan Sheila lalu membawa kedua wanita
iblis itu kehadapan Jalal, Rajatha dan Ardhan” Kata Husen sambil menunjuk foto
Nora dan Sheila yang didapatkannya dari Ardhan beberapa saat lalu
“Ya aku setuju Husen”
^^^
Setelah tiga hari dirawat. Jodha, Faridha dan Lavina sudah diperbolehkan
pulang. Jalal mengajak mereka semua untuk tinggal dirumahnya sementara waktu
sampai keadaan sudah benar-benar aman, ia ingin memastikan mereka semua aman dan berada dalam jangkauan-nya.
Keadaan Faridha sudah membaik tapi sejak kejadian itu ia
sering bermimpi buruk, dan Rajatha dengan sigap selalu bisa menenangkan-nya
hingga akhirnya Faridha bisa tertidur lelap kembali dalam dekapan hangat sang
suami.
“Mas” Panggil Faridha pagi itu pada suaminya
“Ya, Sayang?”
“Sudah berapa hari ini Mas tidak bekerja, apa karena aku?” Tanya Faridha tidak
enak
“Bukan hanya karena dirimu, Sayang. Tapi aku juga tidak akan bisa tenang bekerja
dengan keadaan kita yang seperti ini, apalagi masih belum ada kabar tentang
keberadaan mereka dari Pamanku”
“Tidak apa-apa kalau Mas mau bekerja, aku akan baik-baik saja, ada Papa dan banyak
penjaga yang sudah disewa untuk mengamankan kami semua disini” Kata Faridha
dan lalu memeluk Rajatha erat
Rajatha tersenyum akan perlakuan istrinya “Katanya
memperbolehkan aku bekerja, tapi kenapa dia memeluk ku erat sekali seakan-akan
takut kalau aku akan pergi” Batin
Rajatha geli
“Aku tidak akan kemana-mana, Sayang. Ayo, lebih baik kita sarapan dulu” Kata
Rajatha akhirnya dan membuat Faridha tersenyum senang mendengarnya.
^^^
Jalal-Jodha, Ardhan-Lavina dan tidak ketinggalan pula baby Celia yang berada di
kereta bayi tepat disamping Lavina, mereka semua berada di ruang makan bersiap
untuk sarapan.
Rajatha-Faridha yang baru turun ikut bergabung bersama
mereka dan menikmati sarapan bersama.
“Mah?” Panggil Rajatha pada Jodha, kini mereka sudah selesai
sarapan dan sedang duduk santai di ruang tamu
“Ya?”
“Aku tidak menyangka ternyata Mama hebat juga ya, bisa melumpuhkan kedua wanita
itu seorang diri, kalau tidak ada Mama mungkin kita tidak akan bisa berkumpul
lagi seperti ini. Mama memang selalu penuh kejutan, terima kasih Mah” Kata
Rajatha tulus dan memuji Mamanya dengan bangga
“Iya, Tante sangat hebat. Ternyata dibalik lemah-lembutnya
sikap Tante, tersimpan keberanian yang luar biasa. Terima kasih banyak Tante”
Kata Ardhan ikut berterima kasih
Lavina dan Faridha menganggukan kepala mereka dan menatap
Jodha dengan antusias
Jodha hanya tersenyum simpul menanggapinya, sedangkan Jalal
tersenyum bangga pada istrinya dan mengelus kepala Jodha dengan sayang.
“Oh ya, kenapa waktu itu kalian bisa kembali kesini?
Bukankah kalian akan berada disana selama satu minggu?” Kini giliran Jodha yang
bertanya pada Jalal, Rajatha dan Ardhan
“Ya, seharusnya memang begitu. Tapi kami adalah para suami
yang tidak bisa berjauhan terlalu lama dengan istrinya, hingga kami
menyelesaikan segala urusan kami dengan cepat agar bisa segera kembali kesini”
Kata Jalal yang disetujui oleh Rajatha dan Ardhan
“Apa Mas makan dengan baik?” Selidik Faridha pada Rajatha
“Berapa jam Kakak tidur setiap harinya disana?” Selidik Lavina pada Ardhan
“Sayang?!!” Jodha hanya mengucapkan satu kata yang memiliki beribu pertanyaan
didalamnya, ia menatap tajam kearah suaminya dan namun hanya dibalas senyuman
dan kedipan mata olehnya.
Baik Jodha, Faridha dan Lavina menghembuskan napas kasar
atas tingkah suami mereka, kalau sudah seperti ini tidak perlu dijawab mereka
sudah tahu jawaban-nya. Mereka pasti mengabaikan waktu makan dan beristirahat
saat berada disana, tapi dibalik itu semua baik Jodha, Faridha dan Lavina
sangat berterimakasih dan bersyukur atas kedatangan suami mereka tepat pada waktunya,
Tuhan memang sudah mengatur segala sesuatunya dengan begitu rapi dan tidak
pernah tertebak.
Tiba-tiba telepon di rumah Jodha berdering, Rajatha yang
berada paling dekat segera bangkit dan mengangkat telepon-nya.
“Halo, ya Paman”
“……….”
“Dimana?”
“……….”
“Baik, kami akan kesana”
“……….”
“Apa? Kenapa?”
“……….”
“Oke,, Oke,, Aku akan memberi tahu Papa. Baik. Terima kasih”
“Siapa Jagoan? Hasan dan Husen” Tanya Jalal langsung setelah
Rajatha mengakhiri pembicaraan-nya
“Iya Pah”
“Bagaimana? Apa sudah ada perkembangan dari hasil penyelidikan mereka?”
“Paman Hasan dan Husen berhasil menangkap mereka dini hari tadi di sebuah hotel
di Bali, tadinya mereka ingin menyerahkan-nya pada kita hari ini tapi ternyata
pagi tadi mereka berhasil kabur lagi karena dibantu oleh sekelompok orang,
beruntung akhirnya Paman Hasan dan Husen bisa langsung menemukan mereka tidak
lama setelahnya, sekalian mereka juga berhasil menangkap sekelompok orang yang
membantu mereka”
“Siapa sekelompok orang itu?”
“Kelompok dari sebuah organisasi rahasia Pah, bisa dibilang mereka mafia. Tapi
bukan kelompok mafia yang terlalu berbahaya menurut Paman, mereka semua berasal
dari Rusia. Ternyata Nora merupakan adik dari salah satu mafia disana, jadi
tidak sulit baginya untuk meminta bantuan pada mereka”
“Astaga,,, Lalu?”
“Ya dan baru saja Paman Hasan mengantarkan Nora dan Sheilla pada orang
kepercayaan-nya untuk dibawa ke suatu tempat, sedangkan Paman Husen mengurus
mafia-mafia itu bersama dengan orang-orangnya”
“Kemana Hasan membawa Nora dan Sheilla?” Kali ini Jodha bertanya, ia takut
sewaktu-waktu mereka berdua akan bisa lolos dan kembali lagi
“Burundi”
“Burundi? Salah satu Negara termiskin di dunia itu? Memangnya bisa memasukan
penduduk baru kesana? Bahkan penduduk disana saja sudah banyak yang mengungsi
ke Negara lain demi mendapat kehidupan yang lebih baik” Kata Lavina tidak
percaya
“Itu salah satu “kecakapan” dari Paman kembarku Lavina, dan sudah bisa
dipastikan jika sudah menginjakan kaki disana, selamanya mereka tidak akan pernah
bisa keluar darisana”
“Ohhh” Lavina, Ardhan serta Faridha hanya ber-oh ria mendengarnya, mungkin
nanti mereka akan bertanya lebih lanjut mengenai Paman kembar Rajatha itu.
Sekarang semua bisa bernapas lega, dua wanita yang selama
ini bisa datang dan membahayakan keluarga mereka kapan saja, sudah bisa
dipastikan bahwa mereka tidak akan pernah menampakan batang hidungnya di
hadapan mereka lagi untuk selamanya.
^^^
Kini keadaan sudah mulai membaik dan tidak terasa usia kandungan Faridha sudah
memasuki usia delapan bulan.
“Nanti wajahnya lebih mirip siapa ya, Mas?” Tanya Faridha
yang sedang bergelung manja dalam pelukan suaminya
“Tentu saja mirip denganku, sayang. Gen keluarga Akbar sangat kuat, kau tahu”
Jawab Rajatha langsung, sebenarnya mereka belum tahu jenis kelamin bayi-nya
karena memang baik Rajatha dan Faridha ingin semua itu menjadi kejutan saat
bayi mereka lahir, yang terpenting adalah kesehetan ibu dan bayi-nya
“Hhmm,,, Iya, kalau laki-laki pasti tampan dan mirip seperti Ayah-nya, tapi
kalau perempuan berarti ia mirip akan denganku”
“Hey,,, Siapa bilang, Sayang. Apapun jenis kelamin bayi kita, mereka pasti
mirip denganku, ya kan Baby” Kata Rajatha kemudian mengelus perut buncit
istrinya dan menciuminya dengan sayang
“Ah Mas curang, bagaimana bisa begitu” Kata Faridha tidak terima
“Hahahaa,,,,” Rajatha tertawa melihat istrinya yang merajuk
“Yang terpenting buatku adalah kalian semua selamat dan sehat, Sayang. Dan kita
bisa membesarkan anak kita bersama-sama dengan penuh cinta dan kasih sayang
hingga mereka dewasa” Kata Rajatha dan mencium bibir Jodha dengan lembut, Jodha
tersenyum dan membalasnya dengan senang hati.
Kini bukan hanya bibir Rajatha yang bekerja, namun
jari-jemari Rajatha sudah mulai aktif di tempat-tempat yang ia sukai di tubuh
istrinya.
“Mas,,,” Panggil Faridha
“Hhmm,,,” Rajatha hanya menggumam dan tidak terusik atas panggilan istrinya dan
terus melanjutkan “aktifitas” nya
“Mengapa dulu Mas merahasiakan identitas Mas, saat aku pertama kali bekerja di
perusahaanmu?” Tanya Faridha serius membuat Rajatha mengalihkan pandangan-nya
ke wajah istrinya
“Bukankah aku pernah mengatakan alasannya padamu Sayang” Kata Rajatha lalu
mencium puncak hidung istrinya, Faridha mengangguk namun wajahnya masih
menampakan ketidak-puasan
“Apalagi yang kau pikirkan, hhmm,,,,”
“Apa setelah itu Mas ada merahasiakan sesuatu yang lain lagi dariku, hingga
saat ini mungkin?” Akhirnya Faridha kembali bertanya, sebenarnya ia hanya ingin
memastikan saja bahwa suaminya ini tidak menyembunyikan apapun darinya, ia
ingin hubungan mereka di landasi oleh kepercayaan dan keterbukaan satu sama
lain.
“Tidak ada”
“Sejak aku menyerahkan cintaku padamu, tidak ada lagi yang bisa hatiku
rahasiakan darimu, Sayangku. Karena dihatiku hanya ada cintamu, Sayang”
Faridha tersenyum puas akan jawaban suaminya, ia mencium singkat bibir Rajatha
“Sekarang kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan,
bolehkah aku juga mendapatkan apa yang aku inginkan sejak tadi, Sayang?” Tanya
Rajatha penuh arti dan mengedipkan sebelah matanya menggoda, Faridha mengangguk
dan tersenyum manis pada suaminya dan tanpa menunggu lebih lama lagi Rajatha
kembali melanjutkan “aktifitas” yang tadi sempat tertunda karena pertanyaan
istrinya. Malam ini akan kembali malam yang panjang untuk mereka berdua seperti
malam-malam kemarin lagi dan lagi.
THE END
___________________________
Akhir kata saya mengucapkan banyak terima kasih untuk pembaca setia atas segala dukungan dan semangatnya selama ini, juga terima kasih "lagi" untuk Mbak Chus yang bersedia menampung cerita amatir saya ini di blog hingga bisa dibaca oleh banyak orang.
Sekali lagi terima kasih semua. Muach,,, Muach,,,