“Bagus! Kita singkirkan saja secepatnya pengganggu itu. Mami
sudah sangat muak melihatnya”
^^^
Keesokan harinya, setelah kepergian Jalal, Rajatha dan Ardhan.
Jodha mengajak Faridha kerumah sakit untuk menjenguk Lavina, sekalian ia juga
ingin memeriksa Faridha, entah kenapa dari gelagat Faridha yang ia perhatikan sejak
kemarin membuat Jodha berasumsi kalau menantu kesayangan-nya itu tengah hamil, dan
semoga saja benar.
“Sayang, kita mampir ke dr Meira dulu ya” Ajak Jodha pada
Faridha sesaat mereka telah sampai di rumah sakit
“Oke, apa Mama sakit?” Tanya Faridha
“Tidak. Bukan Mama, tapi kau Sayang”
“Aku?”
“Hhmm”
“Sepertinya aku baik-baik saja, Mah”
“Sudah, ayo kita masuk kedalam, dr Meira sudah menunggu kita disana. Semalam
Mama sudah membuat janji bertemu dengannya”
“I-iya” Sahut Faridha masih dengan kebingungan-nya
“Dokter kandungan Mah?” Tanya Faridha yang baru menyadari
kalau dr Meira adalah seorang dokter kandungan
“Iya, sayang. Ayo”
“Tapi Mah,,,, Aku”
“Kita periksa dulu ya, Sayang. Semoga calon cucu Mama sudah ada disini” Kata
Jodha sambil mengelus lembut perut Faridha
Faridha tersenyum dan mengangguk senang “Aamiin”
Faridha sudah selesai diperiksa dan setelah menunggu
beberapa saat, akhirnya dr Meira menyatakan bahwa Faridha positif hamil, dengan
janin yang baru berusia 3 minggu. Sungguh kabar yang menggembirakan, Jodha
tidak hentinya memeluk dan mencium menantunya dengan sayang.
“Terima kasih, Sayang. Hai cucu Oma, sehat terus ya di dalam sana. Oma sayang
kamu” Kata Jodha dengan penuh kasih sayang
“Mama,,, Hiks,,, Aku akan jadi Ibu Mah, Hikss,,, ” Faridha memeluk Jodha penuh
haru
“Ssstttt,,, Iya Sayang. Kau akan jadi seorang Ibu. Ayo, sekarang kita temui
Lavina” Ajak Jodha dan menuntun Faridha untuk keluar dari ruangan dr Meira,
Faridha mengangguk kemudian mengikuti Jodha
^^^
“Hi Mbak Lavina,,,,” Sapa Faridha
“Hi Lavina” Sapa Jodha
“Hi Faridha, Tante” Sambut Lavina dengan senang, suster yang sejak tadi
menemaninya pamit undur diri
“Ini bayimu Nak? Siapa namanya? Cantik sekali” Tanya Jodha
dengan memperhatikan dan mengelus lembut pipi gembil bayi cantik itu
“Iya, Namanya Celia Arvina Wijaya. Terima kasih Tante” Jawab Lavina
“Arvina,,, Ardhan dan Lavina?” Kata Faridha menerka-nerka
“Hhehee,,, Iya”
“Hhehehe,, Oh ya, kapan Mbak boleh pulang?” Tanya Faridha
“Siang ini Faridha”
“Wah,, Kalau begitu kita bisa sekalian pulang bersama saja ke rumah Mama. Mbak
setuju kan tinggal dirumah Mama selama Kak Ardhan ke Singapore” Kata Faridha
dengan antusias. Lavina mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban-nya, Faridha
dan Jodha tersenyum senang.
Malam ini Lavina dan baby Celia sudah mulai tinggal di rumah
Jodha untuk beberapa hari kedepan, sejak tadi mereka repot mengurus baby Celia.
Faridha, ia sangat antusias memperhatikan Lavina dan Jodha yang tengah mengurus
baby Celia secara bergantian sejak tadi .
“Sudah tidak sabar ya Nak ingin punya baby sendiri” Kata
Jodha yang ternyata diam-diam memperhatikan Faridha
“Faridha? Kau,,,,” Tanya Lavina terkejut, Faridha menjawab Lavina dengan
anggukan kepala dan senyum manis yang mengembang di bibir pink nya
“Ya Tuhan,,, Selamat kalau begitu, aku turut senang mendengarnya” Lavina
langsung memeluk dan mencium kedua pipi Faridha dengan sayang
“Terima kasih Mbak, em,, tapi jangan beritahu siapa-siapa dulu ya termasuk Kak
Ardhan” Pinta Faridha pada Lavina, Jodha hanya mendengarkan
“Aku ingin memberi kejutan untuk Mas Rajatha, takutnya nanti kalau Kak Ardhan
tahu dia akan memberitahu pada Mas Rajatha. Mama juga ya, tolong jangan
beritahu Papa dulu” Kata Faridha pada Lavina dan Jodha
“Iya,,,” Kata Jodha dan Lavina menyetujui
^^^
Pagi ini suasana di kediaman Jodha masih cukup tenang, baby Celia masih
tertidur dengan pulas bersama dengan Lavina di kamar tamu, baby Celia baru saja
tertidur subuh tadi, semalaman Lavina tidak tidur, ia baru bisa memejamkan
matanya beberapa saat yang lalu.
Jodha seperti biasa,
pagi-pagi ia sudah sibuk di dapur, sedangkan Faridha berada di taman belakang
untuk menyiram bunga dan membersihkan taman. Seperti biasa, Faridha pasti lebih
memilih mengerjakan hal lain daripada memasak, apapun selain memasak, karena ia
berpikir daripada nanti ia hanya akan menghancurkan dapur mertuanya, lebih baik
ia bersih-bersih saja di taman, itu jauh lebih membantu. Cukup dapur dirumah-nya
saja yang menjadi “korban-nya” setiap hari.
Hingga tiba waktunya untuk sarapan, Jodha mencoba
membangunkan Lavina yang masih tampak pulas.
“Tante” Akhirnya Lavina terbangun setelah Jodha memanggilnya beberapa kali
“Sarapan dulu, Nak. Kau harus banyak makan supaya ASI mu lancar. Ayo” Ajak
Jodha
“Oh,, Iya Tante, aku ke kamar mandi sebentar dulu”
“Baiklah, Tante dan Faridha menunggu mu dibawah ya”
Jodha dan Lavina berbicara dengan pelan karena takut membangunkan baby Celia
Setelah beberapa saat, Lavina turun dan ikut bergabung
bersama Jodha dan Faridha di meja makan.
“Tante,, Maaf, aku disini sebagai tamu tapi justru bangun
siang dan tidak membantu apa-apa” Kata Lavina merasa tidak enak
“Tidak apa-apa Nak. Tante tahu semalaman kau tidak tidur karena menemani baby
Celia yang tidak tidur sampai Subuh tadi, tidak perlu sungkan pada Tante, kau
sudah Tante anggap seperti anak Tante sendiri. Ayo, kita makan sekarang” Kata
Jodha penuh pengertian, Lavina tersenyum bahagia
“Mah” Kali ini Faridha yang memanggil Jodha
“Ya, Sayang?”
“Hhmm,,, Kalau nanti aku melahirkan, aku ingin tinggal disini saja bersama
Mama, boleh ya Mah” Mohon Faridha
“Kenapa memohon seperti itu, Sayang. Kau boleh tinggal disini kapanpun,
lagipula Mama tidak akan membiarkan mu mengurus cucu Mama hanya bersama dengan
Rajatha” Kata Jodha
“Ahhh,,, Mama benar-benar mertua impian” Puji Faridha
“Faridha, Tante Jodha berkata seperti itu karena sebenarnya ia tidak percaya
kalau kau dan Rajatha bisa mengurus bayi, kau memasak saja tidak bisa, bagaimana
mengurus bayi apalagi membuatkan makanan untuk anak mu nanti” Kata Lavina
menggoda Faridha
“Mbakkkkkkk”
“Hhahaahaaa”
^^^^
Tiga hari sudah Jalal, Rajatha dan Ardhan berada di Singapore meninggalkan
istri mereka di Indonesia, rasa rindu sepertinya sudah tak tertahankan.
Siang ini, Jodha, Faridha dan Lavina tengah bersantai. Baby
Celia berada dalam dekapan hangat Jodha yang sesekali bersenandung untuknya.
Hingga tiba-tiba terdengar suara gaduh dan tidak lama masuklah
dua wanita yang sangat dibenci oleh Faridha, masuk dengan seenaknya kedalam
rumah Jodha.
“Nora? Sheila?” Faridha menatap tidak percaya, begitu pun
dengan Lavina
Sedangkan Jodha yang tidak mengenal mereka sama sekali, ikut terkejut dan ia rasa
kedatangan kedua wanita ini secara tiba-tiba dan tidak sopan di rumahnya
bukanlah hal yang baik, sesuatu yang tidak ia inginkan bisa saja terjadi.
Faridha dan Jodha langsung beranjak dan menghampiri mereka
“Kau mengenal mereka, Faridha?” Tanya Jodha dengan setengah berbisik pada
Faridha
“Mereka adalah mantan ibu dan saudara tiri ku”
Lavina yang masih belum bisa banyak bergerak, tidak bisa
melakukan apa-apa, ia hanya duduk di sofa dan berdo’a dalam hati semoga tidak ada hal mengerikan
yang akan terjadi, namun tanpa Lavina sadari seseorang dari arah belakang
menghampirinya dan membekapnya dengan sapu tangan yang sudah di bubuhkan obat
bius hingga membuatnya tidak sadarkan diri seketika.
Jodha dengan masih menggendong baby Celia, berjalan mendekat
kearah Nora dan Sheila
“Maaf,,, Siapa kalian dan ada perlu apa datang kerumahku? Kenapa satpam di
depan rumahku tidak memberitahukan kalau ada tamu asing datang kemari” Kata
Jodha waspada
“Hallo,,, Anda pasti Ny Jalal, ibu dari pria tampan yang
bernama Rajatha yang sayangnya telah salah memilih istri” Kata Nora sombong
Jodha menghembuskan napas nya kasar, ia mulai jengah dengan kedua wanita sombong
dihadapan-nya ini
“Dengar Nyonya, sedikitpun kau sangat tidak berhak menilai
seperti apa menantu ku dan sebelum aku melakukan sesuatu yang membuat kalian
menyesal seumur hidup, lebih baik sekarang tinggalkan rumahku” Kata Jodha tanpa
gentar sedikitpun. Jodha lalu berbalik dan hendak menyerahkan baby Celia pada
Lavina namun ia sudah tidak menemukan Lavina lagi disana, Jodha dan Faridha
baru menyadari itu semua.
“Hahhaaa,,, Kalian terlalu fokus pada kedatangan kami,
hingga tidak menyadari kalau ada orang lain yang membawa ibu dari bayi itu
pergi dengan kaki tangan yang terikat dan mulut yang disumpal” Kata Nora
menyeringai licik
“Satpam! Satpam!” Jodha berteriak memanggil satpam, namun
tidak ada sahutan sama sekali dari satpam yang seharusnya berjaga di pintu utama
depan.
“Sialan!! Dimana
kalian sembunyikan Mbak Lavina?! Apa yang kalian inginkan sebenarnya, hah?!”
Faridha mulai berteriak kesal pada Nora dan Sheila yang menyeringai kearahnya
Jodha menaruh baby Celia di dalam box bayi dan mendorongnya
ke tempat yang agak jauh dari ruang tengah, untunglah sejak tadi baby Celia masih
terlelap dalam tidurnya.
“Apa yang kami inginkan katamu? Dasar anak tidak tahu diri!
Jangan pura-pura tidak tahu Faridha, kau dan Ardhan sudah merampas semua harta
yang kami miliki dengan cara yang sangat licik. Aku ingin semua harta itu
kembali pada kami secara utuh secepatnya” Kata Nora berapi-api
Faridha yang belum mengerti apa yang sebenarnya dimaksud
oleh Nora mulai berpikir, dia sendiri merasa belum melakukan apa-apa untuk
merebut perusahaan penerbangan ayahnya dari Nora, hingga Faridha menyimpulkan
bahwa Ardhan-lah yang telah berhasil mengambil semua itu kembali.
“Seret dia kemari,
Sayang. Mami sudah sangat muak melihatnya” Perintah Nora pada Sheila
Saat Jodha kembali, ia sudah melihat Faridha diseret dengan
paksa oleh Nora dan Sheila, Faridha tidak bisa bergerak maksimal karena sebelah
tangan-nya berusaha melindungi perutnya. Ia tidak bisa melawan atau Nora dan
Sheila akan semakin menyakitinya, ia tidak ingin sesuatu terjadi pada janin-nya
yang masih berusia hitungan minggu.
“Heii,,, Kalian apakan menantu ku?!!” Teriak Jodha dan
langsung menghampiri mereka
“Mama,,,,” Lirih Faridha berusaha melarikan diri tapi usahanya sia-sia, Nora
dan Sheila begitu erat mencengkram lengan-nya
“Hey jalang, kenapa kau tidak seganas biasanya, hah? Ah,,, Apa kau sedang
hamil, sejak tadi kau berusaha melindungi perutmu? Hahaha… Sepertinya permainan
kita akan semakin menyenangkan, Mami” Kata Sheila licik dan menyeringai kejam
pada Faridha
“Lakukan apa yang ingin kau lakukan, Sayang. Hahahaa” Timpal
Nora
Nora dan Sheila mendorong tubuh Faridha hingga ambruk ke lantai, Faridha
merasakan kepalanya berdenyut, dan seluruh tubuhnya bergetar hebat hingga
akhirnya ia tidak sadarkan diri karena terlalu cemas dan takut.
^^^
“Awwhh,,, Eh Haidar, Murad,, Bangun,,, Heyy” Kata Mirza yang merupakan salah
satu satpam rumah Jodha, kepalanya masih terasa pusing karena efek obat bius,
ia membangunkan kedua rekan-nya yang masih belum sadar
“Haidar! Murad! Bangun hey,,, “ Mirza kembali membangunkan dan kali ini
berhasil
“Astaga,,, Kita kenapa ini Mirza?” Tanya Haidar sambil memegang kepalanya yang
masih terasa pusing, begitupun dengan Murad
“Sepertinya ada rampok. Ayo cepat, sekarang kita kedalam” Kata Slamet
Kejadian-nya begitu cepat. Mirza, Murad dan Haidar dibius
oleh sekelompok orang berpakaian hitam-hitam.
Murad dan Haidar langsung berjalan menuju rumah, sedangkan
Mirza tidak langsung pergi, ia langsung mengirim pesan pada Jalal melalui
handphone-nya, seperti pesan Tuan-nya itu kalau ia harus langsung mengabarinya
jika sesuatu terjadi dirumahnya.
Kini Murad, Haidar dan Mirza sudah berada di depan pintu
rumah namun mereka dihadang oleh sekitar 5 atau 6 orang pria berbadan kekar.
Tanpa gentar mereka melawan orang-orang tersebut, badan mereka juga tidak kalah
kekar dan besar dengan mereka.
Jodha tidak bisa menahan amarahnya lagi melihat mereka
mendorong Faridha seperti itu hingga Faridha tidak sadarkan diri, ia
mencari-cari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk melumpuhkan kedua wanita iblis
ini, akhirnya ia mengambil sebuah tembikar berbentuk guci berukuran sedang,
Nora dan Sheila tidak menyadari itu, mereka sudah merasa seanang bisa membuat
Faridha ketakutan hingga akhirnya pingsan, kalau sudah seperti ini tidak sulit
menyingkirkan Faridha berikut juga jabang bayinya.
“Jangan
salahkan aku, kalian sudah membangkitkan sisi “lain” dalam diriku yang selama
ini sudah tidak pernah aku tunjukan lagi” Batin Jodha.
Ia menyeringai dan berjalan pelan dengan membawa guci menuju
Nora dan Sheila. Yah, jangan pernah lupa bahwa dulu Jodha adalah gadis yang arrogant,
biang kerok dan suka membuat keributan serta menjahati orang lain. Jodha yang
tidak takut dengan siapapun, bahkan seluruh anak kampus tidak berani jika sudah
berurusan dengan-nya.
Tanpa basa basi Jodha langsung melemparkan guci yang di
pegangnya kearah Sheila yang sejak tadi sudah mengeluarkan pisau lipat dan
mengarahkannya pada tubuh Faridha yang tergolek pingsan.
“Aarrrgghhhh” Sheila mengerang kesakitan, punggungnya
langsung berdarah. Jodha menarik kerah baju Sheila untuk berdiri dan menampar
keras pipinya, Sheila kembali mengerang kesakitan dan meminta tolong pada
Mami-nya, Nora yang melihat kejadian itu, ikut berdiri dan berusaha melepaskan
cengkraman Jodha pada Sheila.
“Lepaskan putriku!! Berani sekali kau menyakitinya, hah?!!” Hardik Nora dan
kali ini ia berhasil melepaskan Sheila dari Jodha
Jodha beralih pada Nora tajam dengan tatapan membunuh.
“Bukan hanya putri jalangmu ini yang akan aku sakiti, tapi
juga kau sialan!!!” Kata Jodha dan dengan gerakan cepat ia menubruk tubuh Nora
hingga jatuh telentang, Jodha duduk di perut Nora, Sheila dengan dengan sisa
tenaga yang ia punya melemparkan pisau lipat yang tadi ia pegang pada Nora dan
berhasil ditangkap oleh Nora.
Nora langsung mengarahkan pisau itu pada Jodha, namun Jodha
berhasil menghindari dan menangkap kedua tangan Nora dan menahannya di samping
kepalanya, Sheila yang melihat Nora dalam keadaan terjepit seperti itu
sedangkan dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong Nora, karena badannya
terasa remuk atas lemparan guci di tubuhnya, Sheila berteriak memanggil para
pengawal yang ia yakin masih berjaga diluar sana.
Jodha yang mendengar teriakan Sheila, segera melepas
wedgesnya dan melemparkan-nya keras kearah wajah Sheila dengan keras, dan tidak
cukup sekali, Jodha melemparkan sapasang wedges yang dikenakannya kearah Sheila,
dan berhasil membuat Sheila menutup mulut juga matanya, pingsan! Jodha menatap sinis padanya
Nora tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan tangannya
yang bebas karena Jodha sempat melepaskannya, Nora kembali berusaha mengarahkan
pisau pada Jodha dan mengenai kedua lengan Jodha hingga darah mengucur deras
“Aaarrggghhh,,,,” Jodha menjerit kesakitan, Nora tertawa
mengejek
Jalal, Rajatha dan Ardhan yang mendengar teriakan kesakitan
Jodha dari dalam langsung menyerbu masuk dengan tergesa, namun salah seorang
dari pengawal itu menarik Ardhan dan meninju wajah-nya cukup keras, tanpa
ba-bi-bu Ardhan langsung membalasnya dan ikut membantu para satpam melumpuhkan
orang-orang yang tidak kenal ini, walaupun dalam hati ia bertanya-tanya apakah
istri dan anaknya baik-baik saja didalam sana.
Jodha dengan sisa tenaganya yang masih diliputi oleh amarah,
menarik kasar kepala Nora dan membenturkan-nya ke lantai sekuat tenaga, ia
tidak perduli dengan kedua lengan-nya yang terluka.
Jalal dan Rajatha berhasil masuk dan melihat kekacauan di
dalam rumahnya
“Sayang,,,,!!!” Panggil Jalal pada Jodha dan segera
menghampiri istri tercintanya, membantunya untuk berdiri dan memeluknya dengan
erat, Jodha menangis dan menenggelamkan wajahnya di dada suaminya
Sedangkan Nora sudah tidak sadarkan diri
“Mama,, Fa-Faridha,,, Ya Tuhan” Rajatha menghampiri Faridha
yang tergelatak tidak sadarkan diri, ia berusaha membangunkan Faridha
“Kita ke rumah sakit, sekarang” Kata Jalal, ia langsung
menggendong Jodha yang sudah begitu lemah
dan menyuruh Rajatha segera mengikutinya
Ardhan dan ketiga satpam berhasil melumpuhkan pengawal
tersebut dan tak lama kemudian Ardhan mendengar suara tangisan bayi, ia yakin
itu suara tangisan putrinya, segera ia masuk kedalam dan mencari-cari sumber
suara hingga akhirnya ia menemukan putri kecilnya yang menangis di dalam sebuah
box bayi yang berada di sudut ruangan, Ardhan langsung menggendongnya dan
membawanya keluar
“Dik Faridha? Tante Jodha?” Tanya Ardhan cemas pada Jalal
dan Rajatha saat mereka bertemu diluar
“Dimana Lavina, Ardhan? Kita harus ke rumah sakit sekarang” Kata Jalal dan
menyuruh sopir untuk membuka pintu mobil
Di tengah kebingungan-nya mendiamkan baby Celia dan memikirkan dimana
keberadaan Lavina, Ardhan mendengar sebuah suara lemah dari dalam mobil yang
berada di sampingnya, Ardhan berdiri di sebelah mobil Jeep yang ia tidak tahu
milik siapa.
Ardhan berusaha menolehkan kepalanya, namun kaca mobil itu
begitu gelap hingga ia tidak bisa melihat keadaan didalam sana dengan jelas,
Rajatha yang sudah memasukan Faridha kedalam mobil dan melihat Ardhan yang
kebingungan segera datang dan menghampirinya.
“Kenapa Ardhan?”
“Aku seperti mendengar suara seseorang dari dalam mobil ini, apa Lavina ada
didalam?”
“Benarkah? Sebentar”
Rajatha menghampiri Jalal yang sudah siap di dalam mobilnya
“Pah, Papa duluan saja kerumah sakit dengan Mama dan
Faridha, aku akan membantu Ardhan mencari Lavina dulu, nanti kami segera
menyusul kesana”
“Oke. Papa pergi dulu kalau begitu. Hati-hati”
“Iya, titip Faridha Pah” Rajatha mengelus dengan sayang kepala Faridha dan
berlalu menuju Ardhan. Sopir segera melajukan mobilnya ke rumah sakit atas
perintah Jalal
Rajatha meminta bantuan dari Murad untuk membuka pintu mobil
yang terkunci tersebut, Mirza dan Haidar disuruh Rajatha untuk mengamankan dua
wanita iblis didalam sana.
Sedangkan baby Celia yang berada dalam gendongan Ardhan
terus menangis, seperti ia bisa merasakan kalau sang ibu berada dalam bahaya
saat ini
“Tenanglah, Sayang. Kita akan menemukan Mama secepatnya,,,” Ardhan mencoba
menenangkan putri kecilnya dengan sayang
Dengan memecahkan salah satu kaca, akhirnya Rajatha bisa
membuka pintu mobil tersebut.
“Lavina” Kata Ardhan dengan suara tercekat, didalam sana
keadaan Lavina tidak kalah mengenaskan, kaki dan tangannya terikat dengan mulut
tersumpal, keringat mengucur deras di pelipisnya. Sepertinya ia hampir
kehabisan oksigen karena berada didalam mobil yang terkunci cukup lama.
“Bajingan mereka!” Umpat Ardhan melihat keadaan istrinya
yang seperti itu
Rajatha mengambil alih baby Celia agar Ardhan bisa dengan leluasa mengeluarkan
Lavina darisana.
“Cepatlah Ardhan, kita juga harus membawa Lavina ke rumah
sakit” Kata Rajatha
“Murad, siapkan mobilku sekarang” Perintah Rajatha pada Murad dengan masih
menggendong baby Celia
Saat mereka sudah siap di dalam mobil, tiba-tiba Mirza dan
Haidar datang menghadap dengan wajah pucat
“Ada apa?” Tanya Rajatha langsung, tanpa basa-basi
“Mereka hilang, Pak”
“Brengsek!!” Umpat Rajatha dan Ardhan bersamaan
“Saat kami masuk kedalam, kedua wanita itu sudah tidak ada Pak” Adu Mirza
“Tidak mungkin kalau mereka sudah sadar, pasti ada orang lain yang sudah
membawa mereka pergi darisini” Kata Rajatha
“Baiklah. Tolong perketat penjagaan dirumah, segera laporkan padaku atau Papa
kalau ada hal-hal yang mencurigakan” Kata Rajatha lagi
“Baik Pak”
Rajatha menyuruh sopir-nya untuk segera melajukan mobil
mereka menuju rumah sakit, ia mengambil handphone milik-nya dan menghubungi
seseorang, dan tidak lama setelah seseorang diseberang sana menerima
panggilan-nya, Rajatha kembali menekan satu kontak lagi untuk dihubungi, hingga
orang kedua pun menerima panggilan Rajatha.
“Halo Paman Hasan, Paman Husen” Kata Rajatha dan langsung mengutarakan niatnya
meminta bantuan dari kedua Paman kembarnya itu.
_____________________________
- To Be Continue -