“Tugas kami meringkus penjahat licik seperti dirimu”kata
Jo menghiraukan aliran darah yang merembes dari balik bajunya.
“Tidak usah membuang tenagamu lagi, sekarang tangkaplah
aku!”
Jo
mengerutkan dahinya “Apa maksud pria ini? Ia menyerahkan diri tanpa perlawanan.
Apa ini semua hanya siasat membodohi kami?”batinnya bertanya-tanya.
“Aku serius tidak bercanda. Disini hanya tersisa aku
seorang diri, mereka telah kau lumpuhkan semua. Cepat tangkaplah aku!”katanya
lagi seakan dapat membaca isi pikiran Jo.
“Bagaimana aku bisa mempercayaimu, kalian semua manusia
licik. Menyerahkan diri begitu cepat, aku yakin ini hanya rencana busuk kalian
saja…”kata Jo tegas.
Pria ini lagi-lagi mengeluarkan senyum lebarnya seakan
tak berdosa, “Owh…owh…owh…Komandan” Dia maju selangkah penuh harap, “Apa kau
pernah mendengar kejahatan kami di berbagai kota? Tidak kan. HANYA DISINI, DI
DESA INI !!!”katanya penuh penekanan.
“Setiap warga yang melakukan penyelewengan dari peraturan
hidup bernegara, beberapa diantaranya bisa disebut penjahat. DAN KAU SALAH SATU
DIANTARA PENJAHAT ITU!!!”`
-
-
“CEPAT PERIKSA KEADAAN TEMPAT INI, SITA SEMUA SENJATA
YANG TERSISA. DAN TANGKAP DIA !”perintah Jo bergebu-gebu.
Atas perintahnya 2 anggota langsung masuk mencari alat
berbahaya yang tersisa. Dan 2 orang lainnya segera memeriksa keamanan, agar
tidak ada lagi senjata yang melekat di tubuh pria ini serta mengikat tangannya.
Membawa semua keluar untuk diadili hari berikutnya serta memindahkan beberapa
diantara yang masih hidup ataupun mati ke dalam mobil.
***
“Selamat aku ucapkan untuk kalian semua karena telah
berhasil meringkus penjahat dan membebaskan warga tawanan. Atas kerjasamanya aku ucapkan
terimakasih”kata Jo di depan para anggota.
“Persiapkan diri kalian dan obati luka yang ada.
Besok kita akan mengadakan kepulangan ke kota masing-masing”sahutnya lagi.
2 minggu waktu yang cukup lama untuk memperbaiki semua
masalah disini. Sekarang masyarakat desa sudah merasa cukup aman dengan
keadaannya. Meskipun ada beberapa diantara mereka yang enggan pulang dan kekeh
menetap di tenda pengungsian, trauma mungkin.
Setelah mengadakan apel terbuka khusus para anggota di
lapangan luas yang masyarakat sediakan. Kepala Desa meminta para anggota
menyisakan sedikit waktunya disini
Mereka memberikan beberapa penghormatan dan kain khusus
dari daerahnya sebagai ungkapan terimakasih. Luka yang tergores di tubuh menandakan
keberhasilan karena mampu bersaing dan memukul mundur para pengkhianat bangsa.
***
“Jo kamu darimana saja?.”ucap Jalal, “Hei ada apa dengan
lenganmu? Apa kau baik-baik saja?” tanya Jalal panik setelah datang ke apartemen,
memegang lengan Jo yang terbalut oleh perban putih.
“Jalal, kamu ini
apaan sih. Aku ada pekerjaan beberapa minggu. Luka ini tidak terlalu parah dan
akan sembuh seiring berjalannya waktu” sangkal Jo dan menarik lengannya dari
Jalal.
“Tapi kenapa tidak memberi kabar padaku bahwa kau akan
pergi, setelah acara dalam pesta pernikahan itu aku tak melihatmu lagi. Kau
seolah hilang ditelan bumi Jo, aku bahkan menanyai ayahmu tapi saat aku
beritahu beliau tidak terdengar seperti orang panik” Jalal bingung.
“Mungkin
kau akan tahu suatu saat nanti Jalal” batin Jodha.
“Jo kenapa kau diam saja? Oh ya, aku kesini ingin
memberitahumu bahwa lusa aku akan pergi ke Milan untuk mengadakan konser”
“Kapan kau akan kembali?” Sebenarnya Jo agak kesal dengan
Jalal karena baru bertemu dan apa yang dia katakan “Akan pergi? Lusa? Ke Milan? Dia kira Milan dekat.” Kalian pasti
akan merasakan hal yang sama saat kalian pergi selama 2 minggu dan baru berjumpa
dengan kekasih kalian lalu dia mengatakan akan pergi ke Milan lusa.
“Hahaha lihatlah wajahmu Jo, aku tahu kau merindukanku,
tapi pintarlah sedikit untuk menyembunyikan ekspresi wajahmu nona” tawa Jalal
menggema di ruangan dengan tangan sibuk mengacak rambut Jo.
“Jawab saja pertanyaanku”kata Jo malas.
“Aku pergi hampir 2 minggu, setelah selesai konser aku
ingin berlibur sebentar. Sudah lama bukan kita tidak berlibur?” jawab Jalal
mulai serius.
“Kita? Maksudmu kau dan aku?”
“Tidak usah sekaget itu nona, tidak masalah bukan jika aku
mengajak kekasihku berlibur?”
“Memangnya kau yakin aku akan ikut bersamamu”
“Jangan menguji kesabaranku Jodha. Kau selalu saja
berusaha menolak, untuk kali ini kupastikan kau tak bisa menolaknya Jo” jawab
Jalal dengan wajah marah.
“Baiklah aku ikut, berhenti membuat wajah seperti itu.
Aku takkan mempan Tn.Jalal Zavier” Jo tau itu hanya wajah dibuat-buat karena ia
yakin lelaki ini takkan bisa marah. Itu yang Jo yakini selama ini entah benar
atau tidak. Lihat saja nanti.
“Tapi jika kau pergi aku akan pergi juga ke tempat yang
aku mau. Aku akan bosan jika hanya berdiam terus di Hotel”
“Tak masalah, oh ya aku telah meminta izin ke pada orang
tuamu. Mereka mengizinkan. Jadi disana aku yang akan menjagamu, jangan macam-
macam. Keselamatanmu tanggung jawabku” ancam Jalal.
“Ya, terserah padamu”
“Kau bersiap-siaplah, beberapa hari kedepan aku akan
sibuk. Mungkin kita akan bertemu saat nanti aku menjemputmu untuk berangkat”
“Hmm”
***
Pesawat telah mendarat dengan sempurna di Bandara Malpenza,
mereka langsung dijemput menuju Cartlon Hotel Baglioni dengan menempuh
perjalanan selama 2 jam. Kamar Jodha dan Jalal bersebelahan, cuaca dingin di
Milan membuat Jo berpakaian cukup tebal sehari-hari. Jo sangat bosan berada di
kamar terus-menerus, hari ini Jalal telah berjanji akan mengajaknya ke suatu
tempat, sontak itu membuat Jo tidak sabar dan senang. Dengan pakaian kaus tebal
dan jeans dilengkapi jaket syal dan kets andalannya. Jo siap menunggu Jalal
menjemputnya. Hingga pukul 11 malam Jalal tak kunjung datang, Jo tertidur di
sofa empuk karena lelah menunggu.
Pagi harinya telfon Jo berdering, tertera nama Jalal
disana……
Jalal :“Halo Jo,
maafkan aku soal semalam”
Jodha :“Iya, aku
sudah tahu ini akan terjadi, itulah alasan mengapa aku menolak ajakanmu waktu
itu”
Jalal :“Sekali
lagi maaf Jo, tapi kau mau bukan mendengarkan penjelasan ku kali ini”
Jodha :“Aku sudah
tau pasti kau akan mengatakan ‘Aku ada urusan mendadak saat akan menjumputmu
Nona, aku tidak tahu ini akan terjadi’” Jawabnya dengan menirukan suara Jalal.
(Jalal
bingung harus membalas Jo, karena yang ia katakan benar semua. “Ternyata Jo
telah sangat mengenal ku”.fikirnya)
Jodha :“Kenapa diam
saja Tn.Jalal. Aku tahu kau sangat sibuk, aku akan pergi sendiri saja. Lama
menunggumu akan buat diriku membeku disini” katanya untuk mempercair suasana.
Karena Jo yakin kini Jalal merasa bersalah, sebenarnya ia
juga keterlaluan. Sejak awal kan Jalal telah mengatakan bahwa ia disini untuk
mengadakan konser.
“Ah iya aku akan kembali besok, tunggu aku. Aku berjanji
padamu” jawab Jalal diselingi tawa agar suasana tidak canggung.
“Baik, aku menunggu janjimu Tuan”
“Ya
aku tau ini akan terjadi…Baik Jodha. Apa kau siap pergi sendiri menelusuri Kota
Milan ”batin Jo yang sedang mengemudi mobil tak tentu arah meyakinkan dirinya
sendiri.
Sebenarnya ia tahu daerah Milan karena orang tuanya
pernah mengajak kesini dulu. Jadi ia tidak bisa disebut orang asing di daerah
ini. Dan sekarang yang ia pusingkan adalah kemana ia akan pergi. Pergi sendiri
sungguh tidak menyenangkan. Ia berharap ada Jalal tiba-tiba datang untuk
menemaninya berkeliling seharian.
Mimpi
saja Jo!!
Saat Jo sedang duduk menikmati semilir angin dan melihat
segerombolan anak berkumpul untuk bermain ia dikagetkan dengan seorang pria
yang menepuk bahunya.
“Hei Nona Jodha. Apa aku salah?”sapa pria misterius itu.
“Si..siapa kau?”
“Apa kau tidak mengingatku? Cobalah gali lebih dalam lagi
ingatanmu itu”
“Ehmm…Leonard, benar bukan?”
“Ya benar, rupanya kau masih ingat. Sedang apa kau disini
SENDIRI”Leo bertanya dengan menekankan kata sendiri.
“Aku disini hanya sementara untuk berlibur dan kau
sendiri?”
“Oh, setelah lulus SMA aku kuliah disini. Orang tuaku
yang menginginkannya”
“Lalu, kenapa waktu itu kau pindah sekolah tiba-tiba, kau
bagai ditelan bumi Jo. Bahkan temanmu Erlen pun tak tahu kau kemana”tambah Leo
sambil duduk disamping Jodha.
“Ada masalah penting dan yang jelas ini menyangkut
pekerjaan ayah”
“Baiklah Jo, bisakah kita bertemu lain kali? Aku ingin
bercerita banyak denganmu”
“Akan kuusahakan tapi aku tak berjanji. Ini kartu namaku.”ucap
Jo sambil memberi sesuatu ke tangan Leon.
“Oh ya aku tinggal tak jauh dari sini, jika kau butuh
bantuan jangan sungkan datang kepadaku”
“Siapp” jawab Jodha dengan menirukan orang hormat.
“Leon aku pergi dulu ya, kurasa telah terlalu lama aku
disini dan terimakasih telah menemaniku”pamit Jo dan bergegas pergi menuju
tempat dimana ia memakirkan mobilnya.
“Justru aku yang
harus berterima kasih padamu.”balas Leon dalam hati “See you Jo” lanjutnya.
Karena merasa baru sebentar keluar Hotel, Jo memutuskan
untuk pergi ke suatu restaurant tempatnya makan siang. “Oh, tidak ada makanan
halal disini. Bodohnya aku, kenapa tidak memeriksa dulu diluar”kata Jo dalam
hati saat melihat menu hidangan yang tersaji di kartu menu.
Dengan sangat terpaksa membuat suatu alasan Jo
meninggalkan restaurant. Perasaannya kali ini cukup malu dan entah apa lagi, ia
memutuskan untuk berdiam diri sejenak di mobil karena bingung akan kemana
setelahnya. Perutnya sudah terasa lapar, memang di Hotel tersedia makanan yang
lezat dan halal juga tapi ia terlalu bosan untuk menikmati segalanya disana.
Satu-satunya jalan adalah berkeliling dan menghabiskan
bensin untuk mencari restaurant yang menyediakan menu halalnya. “Baiklah aku
akan makan disana saja”katanya dan mata Jo berbinar saat melihat suatu
restaurant yang menyediakan makanan khas Indonesia setelah cukup lama menyusuri
jalan kota Milan.
Jo turun dan memesan beberapa makanan yang menurutnya
sedap disantap saat ini ‘walaupun seorang diri’. Setelah merasa kenyang dan
cukup bersantai karena waktu juga sudah malam, ia memutuskan untuk pulang. Tapi
kembali pikirannya bingung, akan pulang kemana. “Tadi aku kesini lewat jalan mana ya? Aduh, aku kan orang baru disini
mana tahu arah pulang. Menelpon Jalal saja lah, tapi tidak. Aku yakin saat ini
ia sedang sibuk”katanya dan kembali masuk kedalam.
“Maaf menganggu Pak”kata Jo ramah pada pemilik
restaurant, “Ya ada apa?”jawabnya tak kalah lembut.
“Arah jalan pulang menuju Cartlon Hotel Baglioni kemana
ya? Maaf saya hanya pelancong disini, dan mungkin sekarang sedang tersesat.”
“Untuk jalan cepatnya, ambil arah selatan dari sini
setelah ada pertigaan belok kiri dan lurus terus ikuti jalan. Masuk jalan kecil
di sebelah CakeShop dan keluarnya kau akan mengenali daerah tersebut”katanya
menjelaskan.
Jo mengangguk mengerti “Baiklah, terimakasih atas
penjelasannya”
“Tapi hati-hati, malam-malam begini banyak kejahatan.
Tidak baik wanita sepertimu berkeliaran sendiri di luar”
“Mudah-mudahan tidak Pak”ucap Jo dan berlalu dari sana.
Ia menyusuri jalan tadi yang kelihatannya cukup sepi.
Apalagi setelah memasuki jalan kecil yang Bapak pemilik restaurant tadi
tunjukkan. Ia optimis akan pulang dengan selamat, ilmu beladiri-ku masih bisa
di pergunakan sewaktu-waktu kan. Jo terus meyakinkan dirinya saat melihat
sekelempok pria mabuk di ujung jalan.
Dengan perasaan was-was ia melewatinya, berbalik arah?
Tidak mungkin dilakukan dengan mudah di jalan yang hanya muat untuk 1 mobil.
Dan tanpa diduga oleh Jo sebelumnya, diantara mereka mengedor kaca mobil.
Perasaannya semakin kalut, segera ia mengambil handphone dan menghubungi Jalal.
“Ha…lo Ja….lal”kata Jo terbata-bata setelah terangkat.
“Iya Jo kenapa suaramu seperti itu, apa kau baik-baik
saja? Aku mencarimu di kamar hotel tidak ada, dimana kau saat ini?”
“Nanti saja aku jelaskan, sekarang cepatlah ke jalan
kecil di dekat hotel. Ada beberapa pria mabuk yang mendekati mobilku dan
mengedornya”penjelasan Jo berakhir saat pria tadi meneriakinya dari luar.
“Halo Jodha….”ternyata panggilannya telah terputus dan
Jalal bergegas menuju basement melayangkan mobilnya ke tempat tadi. Berharap
kekasih hatinya masih dapat terlindung dan baik-baik saja.
“BUKA KACA MOBILNYA DAN KELUARLAH. JANGAN BERDIAM DIRI
SAJA DI DALAM NONA MANIS.”katanya memerintahkan dan Jo segera membuka kaca
mobilnya hanya setengah.
.
.
.
(Komentar membangunnya yang kita butuhkan, biar kedepannya bisa lebih baik.)