IS
IT HATE OR LOVE
Chapter
37 - 2
Written
By Bhavini Shah
Translate
By Tyas Herawati Wardani
Abdul bangkit... Dia
tidak bisa terima semua Raja-Raja itu menertawakan temannya.. Darah pejuangnya
bergejolak dalam emosi... Dia berteriak kencang..”TIDAAK.”
Teriakannya
mengalihkan perhatian setiap orang ke arah dirinya..
Dengan suara
lantang dia berkata...”Shenshah punya kemampuan jauh lebih tinggi daripada itu...
Dia bisa mengalahkan semua orang termasuk Jodha Begum... Apa yang bisa
dilakukannya... Tidak seorang pun bisa... Shenshah bisa memanah tepat sasaran
tanpa melihat hanya dengan mendengar...”
Jalal balas
berteriak...”Abdul... DIAMLAH...”
Melihat kemarahan
di wajah Jalal... Abdul menundukkan wajahnya dan terdiam...
Jodha bisa
merasakannya, Jalal sedang menyembunyikan sesuatu... Jalal menatap sekilas ke
arah dirinya..
Dengan suara
rendah Jodha berkata..” Shenshah, tatap mataku dan jawablah dengan jujur..”
Jalal langsung
memotong, “Tidak ada yang perlu kujelaskan disini...”
Jodha menggenggam
pergelangan tangan Jalal dan berkata dengan sedikit memaksa...”Tunggu
Shahenshah, (dengan penuh tekanan pada tiap katanya) Abdul pasti mengatakan hal
yang sebenarnya, kau pasti menyembunyikan kemampuanmu yang sebenarnya... Kemenangan
ini adalah hakmu... Bukan lagi sekedar persaingan antara suami dan isteri... Ini
demi kepentingan politik, bukan hal yang remeh.. Kesempatan untuk menunjukkan
kekuatan Kekaisaran Mughal... Harga diri dan martabat Kerajaan Mughal
dipertaruhkan disini... Harga diri Jamaisa dari Raja Bharmal... juga harga diri
dan kehormatan Malika E Hindustan... Buktikan bahwa Raja Mughal tak terkalahkan...”
Jalal terhenyak
dengan keyakinan dari setiap kata Jodha... Wajahnya menunjukkan tekad yang kuat...
Pandangan matanya penuh semangat yang berkobar... Kepalanya terangkat dengan
angkuh... Jalal tersenyum padanya dengan bangga dan berjalan dengan gagah ke
arah Raja Bharmal, langkahnya penuh energi dan kebanggaan...
Jalal menatap
lurus ke arah Rana Pratap sambil berbicara dengan lantang...”Setiap langkah
pasti akan membawa kita menuju kemenangan atau kekalahan... Dan Ratu Jodha
telah mendesakku untuk menerima tantangan ini... Kalian semua akan lihat, hanya
dengan suara aku bisa...”
Semua orang tak
percaya... Bahkan wajah Rana Pratap terlihat pucat.. Sulit untuk percaya apa
yang telah didengarnya...
Raja Bharmal
bangkit dari singgasananya sambil bertepuk tangan dan dengan suara lantang dia
memerintahkan...”Bersiaplah untuk tantangan selanjutnya..”
Jalal menarik
napas menyadari ekspresi meremehkan dari Rana Pratap... Dia meremas tangannya
dengan kasar sambil memandang berkeliling ke setiap sudut pada semua Raja
Rajvanshi... Darah pejuangnya mulai bergejolak...
Air mata Jodha
menetes di wajahnya melihat sinar di wajah Jalal... saat dia tahu Jalal sanggup
memanah tanpa melihat dan hanya mendengar suara saja... Dia juga tidak percaya
sama seperti yang lainnya...
Dalam waktu lima
menit... semua sudah dipersiapkan sesuai permintaan Jalal demi tantangan ini...
Jalal beranjak ke
tengah arena... saat menoleh ke arah Jodha yang terisak... dengan lembut dia
mengusap air mata di wajahnya... dan berbisik... “Singaku, air mata tidak cocok
untukmu... Aku lebih senang melihat gelora di matamu...” Dia mengedipkan mata
ke arah Jodha dan menggodanya, “Tidak sabar melihat gelora itu meleleh dalam
pelukanku malam nanti...”
Mendengar kata
malam nanti... Tiba-tiba... isaknya berubah menjadi rona... mata Jalal menyapu
wajahnya dengan penuh gairah... Jodha sadar mata semua orang sedang tertuju
pada mereka berdua... tapi jarak mereka cukup jauh dan tidak ada yang sadar
percikan yang terjadi di antara mereka.... Segera Jodha berbalik sambil
tersenyum kecil dan berjalan kembali ke tempat duduknya...
Seorang prajurit
datang dan memasangkan kain hitam menutupi matanya...
Sedangkan yang
lain berdiri di ujung seberangnya... Jalal ada di tengah-tengah... Mereka mulai
saling melempar ghungroo... Jalal berkonsentrasi... anak panahnya mulai
mengukur sasaran.... Dan menembak tepat pada sasaran yang dituju... Sorak sorai
bergemuruh di seluruh penjuru arena...”Shenshah Jalalludin Mohammad... Hidup”...
Abdul bersorak keras... Hidup Raja Mughal Jalaluddin Mohammad... Seluruh rakyat
Mughal mengelu-elukan kehebatan Rajanya...
Air mata Jodha
mengalir karena bahagianya... Begitu bangga dia sebagai istri dari pejuang
gagah berani seperti Shahenshah...
Akhirnya Raja Bharmal
dan keempat saudara laki-laki Jodha menghampiri Jalal untuk merayakan
kemenangannya... Bahkan tak perlu lagi meminta Jodha untuk turut mencoba
tantangan itu... Jalal sudah menunjukkan kemampuan yang luar biasa...
Raja Bharmal
dengan terharu berkata...”Jamaisa, hari ini kau sudah mengangkat harga diri
kami dengan penuh kebanggaan... Sungguh kemampuan yang tak tertandingi...”
Jalal membungkuk
dengan hormat...
Rana Pratap
bersama semua Raja Rajvanshi juga turun menghampiri mereka... dengan penuh
hormat dia mempersembahkan sebuah belati sebagai hadiah... Pandangannya penuh
kekaguman atas kehebatan Jalal.
Jodha memandang
Jalal dengan rasa bangga... suaminya yang gagah berani... ingin sekali dia
menghambur ke dalam pelukannya... Kebahagiaannya tak bisa diungkapkan lagi
dengan kata-kata..
Setelah
pertandingan... Mirza kembali melancarkan misinya... Tepat saat itu dia melihat
Shivani dan Sukanya berjalan menuju istana dan Surya berjalan di belakang
mereka bersama saudarinya... Dia berteriak memanggil.. “Sukanya, tunggu, aku
ingin bicara...” Mirza berlari ke arah Sukanya..
Dengan tersenyum
Sukanya bertanya..”Ya, apa yang bisa kubantu..?”
Dengan nada
menggoda, dia menjawab..”Sukanya, ini pertama kalinya aku datang ke Amer... sedangkan
kakak dan kakak iparku sedang sibuk... tapi aku ingin melihat-lihat Amer... Aku
sudah banyak mendengar tentang wilayah ini... Bisakah kau menemaniku
berkeliling Amer?”
Surya mendengar
percakapan Sukanya dan Mirza... Belum sempat Sukanya menjawab... Dia raih
pergelangan tangan Sukanya dan berkata, “Sebelum kau pergi kemanapun, aku ingin
bicara denganmu berdua saja dan ini sangat penting.” Surya menoleh pada
Shivani, “Bisakah kau menemani Mirza melihat-lihat tempat-tempat bersejarah di
Amer... ?”
Shivani
mengernyitkan hidungnya... dan menoleh pada Mirza... Lalu berkata...”Apa aku
punya pilihan?..TIDAK.. baiklah, aku akan menemaninya berkeliling Amer asalkan
dia berjanji akan bersikap sopan padaku... dan tidak akan menggangguku dengan
tingkah konyolnya..”
Mirza balas
menggoda Shivani...”Kau tahu Shivani, lebih baik aku pergi dengan Sukanya... dia
sangat manis dan penuh pengertian seperti kakak ipar... Tidak kasar dan pemarah
sepertimu... Jika kau berjanji padaku kau akan bersikap dan bicara dengan sopan
maka aku juga, tapi jika tidak maka aku tidak tertarik pergi denganmu..”
Surya, yang masih
menggenggam tangan Sukanya, hampir tidak bisa mengendalikan emosinya saat
membentak Mirza..”Lakukan apapun yang kau mau... tapi menjauhlah dari Sukanya...”
Dengan kasar Surya
menarik tangan Sukanya ke satu sisi dan menatapnya dengan posesif, pandangannya
penuh ancaman, genggamannya makin kencang... dengan suara berat dia
berkata..”Kau tidak akan pergi kemanapun dengan siapapun juga...”
Menyadari
kemarahan Surya... mata Sukanya berkaca-kaca... dengan suara tercekat dia
bicara..”Tinggalkan aku Surya... Kau menyakitiku... Dan kenapa kau marah
padaku?... apa yang telah kulakukan?!..dan kenapa itu mengganggumu?!... Ingatlah,
kau selalu bilang padaku kalau aku adalah temanmu... Tidak lebih..” Air mata Sukanya
mengguncang perasaan Surya... Sedikit dia mengendurkan cengkeramannya... Dengan
sedikit hentakan, Sukanya membebaskan dirinya dan mulai melangkah menuju istana...
Surya melihatnya berjalan menjauh... Jantungnya berdegup ingin meraihnya... Ingin
sekali dia ungkapkan betapa berartinya Sukanya dalam hidupnya... Dia bukan lagi
sekedar temannya, Sukanya telah menjadi hidupnya... Tiba-tiba dia merasa sudah tidak
tahan lagi... Dia berlari mengejarnya... dan kembali meraih tangannya....
dengan suara hampir berbisik dia berkata..”Sukanya, maukah kau menemuiku di
teras kamar Jodha, sendirian, setengah jam lagi... Aku ingin bicara denganmu..”
Sukanya merasa ada
yang berbeda dari suaranya... Dia bertanya sambil menatapnya.. “Sendiri?”
Surya memandangnya
lembut dan menjawab, “Sukanya... apa kau takut padaku?.. Kita pernah
menghabiskan banyak hari, sendirian di teras kamar Jodha...”
Melihat tatapannya
yang intens.. Sukanya bergetar... rona merah menyeruak di wajahnya... dan
dengan suara pelan berkata...”Sampai bertemu setengah jam lagi...” dan dengan
langkah mantap berlalu pergi....
Semua orang mulai
berjalan kembali ke istana... Jalal harus berjalan bersama semua Raja dan
Keluarga Kerajaan... Padahal dia ingin sekali bersama Jodha, jadi dia memanggil
Abdul dan menitipkan pesan untuk Jodha agar datang ke tempat mereka berlatih
pedang dua hari lalu, dalam waktu sepuluh menit...
Abdul menyampaikan
pesan itu pada Jodha Begum... Ternyata Jodha juga sudah tidak sabar bertemu
dengannya..
Jalal pergi ke
teras kamar Jodha dan menunggu di sana dengan tidak sabar... Hanya dengan Jodha
dia merasa seperti ini... Cara wanita itu membangkitkan semangatnya dan
mendukungnya serta mengubah cara pandangnya... Dia begitu terpesona dengan
kepandaiannya, dalam bidang politik maupun kepribadiannya... Dia buktikan bahwa
dirinya bukanlah wanita egois, tapi seorang yang berhati mulia...
Jalal mendengar
suara gemerisik payal.... Jodha berhenti di pintu masuk dan mnegintip ke arah
teras... Dia melihat Jalal sudah ada di sana.. Jalal merentangkan tangannya,
mengundang Jodha masuk ke dalam pelukannya... Jodha menghambur dengan suka
cita.. bahkan dia serasa ingin melompat dan menenggelamkan dirinya ke dalam
dada lebarnya.. Keduanya berpelukan dan berdekapan dengan penuh gairah selama
bebe rapa menit...
Dengan suara
bergetar, Jodha berkata..”Shenshah... Aku benar-benar bahagia... Kau adalah
ksatria terhebat di seluruh dunia... Aku merasa bagai seorang ratu dunia... Aku
tidak bisa mengungkapkannya... Kau adalah pria impian yang selalu kuidamkan... Setiap
kali aku membaca Prithvi Raj Raso, aku selalu berharap mendapatkan seorang
suami yang gagah perkasa seperti dirinya... Aku merasa sangat terlindungi,
aman, dan nyaman di tangannya... Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya
karena aku adalah wanita paling beruntung di dunia yang memiliki suami seorang
pemberani... dan aku menjadi ratu di hatinya..” Lalu dengan suara mendesah,
Jodha berkata...”Jalal, aku mencintaimu.. aku mencintaimu lebih dari hidupku...
Aku tidak bisa jauh darimu sedetikpun... Kumohon cintailah aku... aku ingin
merasuk dalam nafasmu... dalam pelukanmu... ke dalam DIRIMU..”
Mendengar desahan
Jodha... Jalal mendekapnya makin erat... dan dengan suara paraunya dia
berkata..”Jodha kau adalah hidupku... aku bernapas seiring detak jantungmu... cintamu
melengkapi hidupku... kau adalah wanita dibalik keberhasilanku... Cintamu
mengajarkanku bagaimana menjadi manusia yang lebih baik... Kau juga selalu
menghiburku... hari ini saat kau memintaku untuk menunjukkan kemampuanku... saat
kulihat gelora di matamu... aku melupakan segalanya... Kau punya kekuatan untuk
mengendalikan Jalaluddin Mohammad... Awalnya aku tidak ingin menunjukkannya
demi dirimu agar kau tidak kalah... Saat itu aku hanyalah seorang yang kasmaran...
Aku lupa kalau aku juga seorang Shenshah... namun ketika kulihat semangat di
matamu yang menginginkan kemenanganku.. Aku tersadar... Jodha, tak bisa
kukatakan betapa berartinya dirimu dalam hidupku..”
Jalal mengendurkan
dekapannya... dan dengan jari-jarinya dia menengadahkan wajah Jodha dan mencium
keningnya... Jodha menutup matanya untuk meresapi sentuhannya... Jalal mencium
kelopak matanya... kemudian pipinya... dia tatap bibirnya yang bergetar menanti
sentuhannya... Perlahan Jalal menyentuhkan bibirnya... dan dengan satu tangan
melepaskan cincin hidungnya... dengan lembut dia menyusurkan jarinya di wajah
Jodha... keduanya saling menatap dengan penuh gairah... Jalal bisa merasakan
tubuh Jodha mendambakan dirinya... Dia sudah siap menyerahkan dirinya...
Erangan pelan
meluncur dari mulut Jodha... dia mendesah dengan suara tertahan...”Jalal... aku
merasa ingin menggigitmu hingga kau menjerit dengan keras..”
Jalal
menyeringai..”Junglee Billi, jangan bangunkan monster dalam diriku.. aku tidak
akan melepaskanmu kalau kau menggigitku...”
Jodha merapatkan
bibirnya mendekati telinga Jalal dan berbisik mesra...”Aku suka monster dalam
dirimu... aku tidak ingin kau melepaskanku..” Jodha melingkarkan tangannya ke
leher Jalal... Lalu menggigit lembut cuping telinganya... dan mengecup lehernya...
Tubuhnya bergetar makin keras... dia tidak ingin menjauh meski hanya untuk
bernapas... “Jalal, kau sudah membakar gairah dalam diriku...”
***
Suara pintu dibua
terdengar dari luar...
Jodha berbisik
dengan suara rendah...”Jalal, sepertinya ada seseorang di teras...”
Jalal mengabaikannya,
“TIDAK... itu hanya angin..”
Jodha menatapnya
kaku... dan berkata lebih keras..”Jalal, aku yakin ada seseorang di teras... Jelas-jelas
aku mendengarnya..”
Jalal menatapnya
frustasi..”Jodha, pintu dan jendela tertutup dan terkunci... Tidak ada seorangpun
yang bisa melihat kita..”
Jodha merona dan
berujar sedikit membujuk..”Tolong periksalah...” Sambil menunjuk ke arah ujung
jendela...
Jalal mengecup
bibirnya sekilas dan berkata dengan agak sinis, “Kau tahu Jodha, kau pantas
menerima penghargaan karena berhasil merusak momen romantis dan sempurna ini..”
Jodha tersenyum
kecut untu membalasnya..
Sambil bangkit... dia
menggerutu...”Kau ingin tersenyum... hmmm..aku tidak akan melepaskanmu Junglee
Billi..”
Jalal berdiri dan
membuka sedikit ujung jendela... Matanya melihat Surya yang tampak frustasi... Berjalan
mondar-mandir ...
Jalal berbisik...”Apa
yang dilakukan Surya disini?” Desaknya meski dia tidak bermaksud begitu...
Jodha terusik...”Kenapa
bertanya padaku? Aku tidak tahu..”
Jalal menatapnya
minta maaf, “Aku tidak bermaksud begitu, Jodha..”
Jodha segera
bangkit dan mengenakan kembali semua perhiasan dan pakaiannya... Dia pakai
jubah Jalal dan berjalan mendekati suaminya... Jodha sedikit menggeser Jalal
untuk bisa melihat Surya lebih jelas.. lalu dia bergumam...”Ada yang salah... dia
kelihatan tertekan..”
Jalal tersenyum
jahil...”Aku tahu kenapa..”
Jodha menatapnya
bingung...
“Jodha, sepertinya
kau lupa aku pernah menceritakan padanya tentang Mirza dan Sukanya dan betapa
serasinya mereka berdua..” ujar Jalal.
Jodha balas
tersenyum dan berkata, “Kau tahu Jalal, otakmu penuh dengan siasat licik...”
Saat mereka sedang
berbicara... Sukanya datang..
Jodha
bergumam..”Oh sepertinya Surya memanggilnya ke teras untuk bertemu...”
Jalal memeluk
Jodha dari arah belakang... dan berbisik di telinganya..”Sepertinya dia akan
mengungkapkan cintanya..”
Jodha menatapnya
jahil...”Pasti seru.”
Sukanya bertanya
dengan suara pelan, “Surya, mengapa kau memanggilku ke sini sendirian?... Kau
tahu Jodha jiji... jika dia tahu aku hanya berdua denganmu... dia akan
membunuhku..”
Jalal menggoda
Jodha, “Hmmm... jadi kau berkuasa atas adik-adikmu juga...”
Jodha menatapnya
kesal..”Aku tahu siapa yang sok kuasa diantara kita...”
Jalal menggigit
lembut telinganya... dan mencengkeram kedua tangan Jodha..
Surya bertanya ragu...”Sukanya,
apa kau menyukai Mirza?”
Sukanya menatapnya
dan mencoba menerka apa maksud pertanyaannya.. dengan suara pelan dia
menjawab..”Mirza adalah pria yang sopan dan terpelajar... Dia juga mudah
bersahabat dan menyenangkan...”
Lalu mengubah nada
bicaranya untuk memancing Surya,”Tapi kenapa kau menanyakan itu, Surya?”
Surya terbakar
cemburu mendengar jawaban sukanya... dengan sedikit emosi dia menjawab..”Oh
baguslah.. kau juga menyukainya... Wow, Suku, hanya dalam dua hari kau jatuh
cinta padanya... Aku lihat tadi dia mengusap tanganmu...” dia terdengar kasar
dan sedih..
Sukanya terkejut
dengan reaksinya... dengan suara tercekat dia berkata... “kau ingin bilang aku
mencintai Mirza?” Dia memandang jijik dan melanjutkan, “Aku mengobrol dengannya
hanya semata karena dia adalah tamu kami dan dia memaksaku duduk di sebelahnya,
aku tidak bisa menolak... Wow Surya, aku telah menghabiskan jam demi jam hanya
berdua denganmu di teras ini... di dalam kamar jiji... seringkali aku memelukmu
ketika kau bersedih... aku yang menghapus air matamu... Saat itu tidak
sekalipun kau berpikir kenapa aku melanggar semua batasanku dan selalu ada di
sampingmu meski Ibu selalu melarangku... aku menyelinap untuk menemuimu di sisi
sungai hanya untuk menghiburmu... dan sekarang kau mempertanyakan arti Mirza
bagiku?!... Aku hampir tidak pernah bicara dengannya... Aku hanya mengobrol
sebentar dengannya dan kau sudah menuduhku...” Dengan nada pahit dia
melanjutkan, “Wow Surya...” Air mata mulai menetes di pipinya... tenggorokannya
tercekat... lalu dia bertanya sambil terisak, “Kau memintaku kesini hanya untuk
menanyakan tentang hubunganku dan Mirza.. Sekarang kau sudah tahu, Surya... Kuharap
jawabanku membuatmu puas... Kau tahu Surya?!... apa yang kudapat dari
persahabatan kita?..Hanya rasa sakit dan sikapmu yang selalu curiga... Aku
sudah membuang waktuku... dan jika aku masih bertahan maka aku akan hancur...”
Sukanya menatapnya dengan perasaan terluka sebelum akhirnya dia melangkah pergi...
Dengan perasaan
hancur, Surya menatap kepergiannya... melihatnya terluka membuat dirinya
terguncang... sebelum melangkah lebih jauh, Surya meraih tangan Sukanya dan
menariknya jatuh ke dalam pelukannya lalu didekapnya erat-erat...
Sukanya
memberontak dan berusaha melepaskan diri... dengan marah dan mata yang sembab,
dia meminta, “Surya lepaskan aku.”
Dengan penuh
emosi, Surya menolak..”Sukanya, maafkan aku... aku tidak bermaksud menyakitimu...
tapi ketika aku melihat Surya sedang bermain-main dengan tanganmu dan kau ridak
menolaknya... Kupikir kau menyukai dia..”
Sukanya makin
terusik mendengar nama Mirza disebut... Dia berkata dengan lebih keras, “Surya,
tinggalkan aku sendiri... dan kenapa kau harus peduli apa yang kulakukan dengan
Mirza? Mengapa itu mempengaruhimu? Mengapa kau selalu ingin mengendalikan
diriku seakan-akan aku ini milikmu? Kau suka sekali mendikte aku – Sukanya,
masakkan ini untukku... Sukanya, jangan pakai itu... Sukanya, jangan pergi ke
kuil sendirian... Kau marah padaku jika aku datang terlambat ke sungai, padahal
hanya sepuluh menit... Kau menanyaiku macam-macam... Tapi pernahkah kau
memikirkan aku? Bagaimana perasaanku? Aku selalu menuruti setiap perkataanmu
selama delapan bulan ini... Surya, aku bukan Jodha jiji... yang kau cintai... yang
kau tangisi setiap waktu... Aku Sukanya... Aku tidak berarti apapun dalam
hidupmu..” Air mata Sukanya makin deras mengalir.. “Lepaskan aku Surya... Aku
sudah tidak tahan lagi... Sangat menyakitkan tiap kali mendengar kau mencintai
Jodha jiji...”
Jodha terhenyak
dan ikut bersedih... Dia berbalik dan memeluk Jalal... Sambil terisak dia
berkata..”Jalal, aku bersalah pada Sukanya... Tanpa kusadari aku sudah
menyakiti hati adikku... Dia mencintainya sejak lama... dan aku tidak tahu... Sukanya
tidak pernah menunjukkan rasa marah atau cemburunya di depanku... Aku telah
gagal Jalal... Aku tidak bisa melihatnya tersakiti... Aku tidak pernah tahu,
dia telah terluka bertahun-tahun...”
Dengan suara
sedih, Jalal menjawab..”Jodha, tidak perlu merasa bersalah akan perasaan Surya
padamu, dan bila adikmu mencintai Surya, itu juga bukan kesalahanmu... Aku
tahu, melihatnya terluka sangat menyakitkan, tapi semuanya demi yang terbaik...
Surya akhirnya sadar betapa pentingnya Sukanya... Aku bisa lihat cinta yang
tulus di matanya..”
Surya menatap
Sukanya penuh cinta...”Sukanya, kumohon jangan menangis..” Dia seka air mata di
pipi Sukanya sambil tetap menatap matanya. Dengan suara berat dia berucap, “Aku
minta maaf Sukanya... Aku sudah memperlakukanmu sesuka hatiku... Jauh dalam
hatiku, aku sudah tahu kau mencintaiku sejak lama, tapi hatiku sedang patah dan
terluka... Aku tahu benar kau adalah Sukanya dan bukan Jodha... Sukanya,
cintaku pada Jodha adalah masa lalu... Aku sudah menyadari bahwa dia tidak
mencintaiku dan kau juga tahu itu... kami hanyalah sahabat... dia tidak pernah
melihatku lebih dari itu, tidak pernah menganggapku lebih dari teman... Kenyataannya
adalah aku tergila-gila padamu... beberapa bulan terakhir aku selalu datang
hanya untuk melihatmu... aku datang hanya untuk bersamamu... meski aku tidak
tahu kapan dan bagaimana perasaan itu mulai ada... tapi kau telah menjadi
hidupku... kau berarti segalanya untukku, aku ingin setiap hari kumulai dengan
melihat senyummu... dan malamku kuakhiri dengan ciumanmu..” Surya tersenyum
dengan penuh hasrat...
Seketika wajah
Sukanya merona merah... Dia tidak sanggup lagi bertatapan mata dengan Surya...
Dengan lembut
Surya menengadahkan dagu Sukanya dan bertanya pelan...”Sukanya... apa kau
mencintaiku?”..
Wajah Sukanya mulai
bersinar... Dia tidak mungkin menyembunyikan ronanya lagi... Tiba-tiba dia
membalik punggungnya tanpa menjawab...
Surya memeluknya
dari belakang dan berbisik di telinganya...”Suku, apa kau mencintaku?” Dengan
suara pelan hampir tak terdengar, dia menjawab, “Apa aku harus menjawab?”
Jalal tersenyum
sambil menggumam,”Jodha,sepertinya mereka akan melakukan ciuman pertama..”
Jodha membeku,
“Apa?????? TIDAK!!!”
Dengan penuh
hasrat, Surya menggumam, “Ya!!! Sukanya... Aku ingin dengar kau mengatakan
kalau kau mencintaiku..”
Dengan jahil
Sukanya berbisik, “Aku akan menjawab pertanyaanmu jika saatnya sudah tepat...”
Jalal juga
menggoda Jodha sambil memeluknya dari belakang...”Sepertinya kalian bersaudari
terlatih membuat seorang pria putus asa dan tergila-gila...”
Jodha menoleh
dengan wajah kesal...
Jalal mengecup
bibirnya sekilas... wajah kesalnya langsung kembali merona...
Surya berbisik
lagi pada Sukanya, “Aku tidak akan melepaskanmu sampai kau menjawab
pertanyaanku..”
Jodha menyeringai,
“Lihat Jalal, dalam hal ini Surya lebih pintar darimu..”
Jalal membalas...”Tunggu
dulu, sekarang kau akan bilang dia lebih cepat dariku... Aku menunggu sangat
lama untuk bisa menciummu... dan firasatku mengatakan mereka akan segera
berciuman...”
Jodha makin kesal,
“Jalal, tidak mungkin, mereka tidak boleh berciuman sebelum menikah... Aku akan
membunuh Sukanya kalau dia mencium pria itu..”
Jalal tertawa
pelan dan menggumam, “Kasihan Sukanya... ciuman pertamanya akan dihancurkan
oleh saudarinya sendiri...”
Jodha menatapnya marah,
“Jalal, ini bukan lelucon... Jangan buka mulutmu... kalau aku lihat mereka
bertindak lebih jauh lagi dari ini, aku akan keluar dan menendang Surya karena
berani menyentuh adikku..”
Jalal tertawa
kecil... menempelkan telunjuk di mulut Jodha dan menyuruhnya diam...”Jangan
ganggu mereka... ini momen romantis pertama mereka... jangan terlalu kejam..”
Sukanya menjawab
malu-malu, “hmmm..baik, tidak apa-apa... Kau bisa memelukku selama yang kau
mau, tapi aku tidak akan mengatakan apa yang ingin kau dengar..”
Surya pura-pura
mengancam, “Sukanya..aku memberimu kesempatan sekali lagi..”
Sukanya tertawa
jahil, “Oh..Pangeran pemarahku sedang mengancamku... hmmm..oops, maaf, tidak
berhasil..”
Dengan cepat Surya
mengarahkan wajah Sukanya ke arahnya... dengan penuh hasrat dia berkata..”Oh
Sukanya, kau sangat cantik..” Mereka berdua tenggelam dalam tatapan
masing-masing, “Sukanya, aku sangat mencintaimu... aku akan mati tanpa dirimu...
aku sudah menunggu bertahun-tahun untuk mendengar tiga kata ini... Kumohon
katakan kau mencintaiku..”
Sukanya tersenyum..”hmm...
Surya, jangan mengancamku..” dia terkikik, “Aku tidak akan bilang..”
Jalal juga
tersenyum dan berkata, “Kau tahu, Jodha... dalam hal ini, adikmu lebih pintar
darimu... aku sendiri sudah sering menjebak perasaanmu... kau ingat aku pernah
bilang bahwa berciuman sebelum tidur adalah sebuah tradisi dan kau kira aku
serius lalu kau menciumku..”
Jodha menjawab
kecut, ”Oh..kaupikir sudah berhasil mengelabuhiku... berarti aku aktris yang
sangat hebat... Sebenarnya aku ingin menciummu saat itu...” lalu memberikan
senyum kemenangannya..
Sementara Surya
dengan suara rendah dan penuh hasrat berkata..”Maka aku akan menciummu sampai
kau mau bilang kau mencintaiku...”
Sukanya
tertawa..”Kau pasti bercana, Surya..kau tahu kau tidak boleh menciumku sebelum
pernikahan..”
Jodha tersenyum
bangga..”Adikku kecilku yang baik..”
Jalal menyeringai,
“Kita bertaruh..mereka akan berciuman...”
Jodha memandang
kesal, ”Aku akan menghentikannya..Surya memaksanya untuk mengatakan cinta..”
Jalal menahan
tubuh Jodha, “Kau tidak boleh pergi sekarang... Aku sedang menikmati tontonan
ini..Ini kesempatan seumur hidup... dan Jodha, kau terlalu membesar-besarkan
masalah ciuman ini..”
Jodha membeku dan
marah saat bertanya, “Apa???”
Dengan penuh
perasaan, Surya mencium kening Sukanya... dan berkata, “Sukanya, aku
mencintaimu.” Sukanya bergetar karena sentuhan pertama itu..tanpa sadar dia
memejamkan matanya...
Jalal tersenyum
lebar dan berbisik, “Aku menang.”
Jodha
tertegun..Mulutnya membuka lebar...
Surya terus
mencium pipi Sukanya sambil berkata, “Maafkan aku sudah menyakitimu... Aku
ingin kau tahu kaulah hidupku.” Lalu dia tengadahkan wajah Sukanya dan
berbisik, “Sukanya, kau adalah milikku... Aku akan menikahimu.” Dan mencium
bibirnya dengan lembut..
Jodha terhenyak,
“Jalal, lepaskan aku... Akan kubunuh Surya... mereka berciuman, Jalal lepaskan
aku, Ini semua salah..”
Jalal tersenyum
kecil, “Jodha, aku juga tahu... tapi lihatlah ke dalam mata mereka..mereka
sedang jatuh cinta... Kuminta kau jangan mengganggu moment intim pertama mereka...
Kita akan keluar beberapa saat lagi..”
“Jalal, kalau kau
tidak membiarkanku pergi, aku akan teriak.” Sebelum Jodha sempat teriak, Jalal
sudah menutup bibirnya dengan bibir Jalal sendiri...
*******************