“BUKA KACA MOBILNYA DAN KELUARLAH. JANGAN BERDIAM DIRI
SAJA DI DALAM NONA MANIS.”katanya memerintahkan dan Jo segera membuka kaca mobil
setengah.
“Keluarlah nona, kami tidak akan menyakitimu”katanya
dengan sorot mata tajam mengartikan sesuatu.
Jo keluar dengan tenangnya, menganggap semua ini hal yang
sepele. Tak ada fikiran buruk yang menghinggapi
dirinya, Jo seperti meyakini bahwa mereka adalah orang baik, tak ada rasa takut
gelisah atau apapun juga.
Hingga mereka semua memasuki sebuah rumah gelap
bertingkat dua, terkesan tertutup dan juga aneh. Bukan angker yang dimaksud tapi
begitu suram. Salah satu dari mereka membawa Jo kedalam kamar, cukup tampan
diantara pria lainnya tapi wajahnya tertutup oleh topi yang ia kenakan.
“Duduklah!” ucapnya tak terbantahkan.
Jo langsung duduk tanpa perlawanan keraguan mungkin.
Laki-laki itu mendengar suara keributan dari luar sesaat
sebelum ia menggapai Jo, ia geram.
“Siapa yang menganggu acaraku!” matanya menggambarkan
kemurkaan.
Ia langsung keluar meninggalkan Jo yang masih setia duduk
diatas kasur kamar itu. Jo terdiam, ia tak terganggu oleh kegaduhan diluar
sana.
“Siapa kau!” ucap laki-laki itu setelah keluar dari
kamarnya.
Seorang pria yang membuat keributan tadi menatap tajam
laki-laki yang baru keluar dari kamarnya, “Dimana Jodha!!” Jalal berteriak.
“Siapa Jodha?” laki-laki itu bingung, “Yang kau maksud
wanita di dalam kamarku?” ia tersenyum. “Dia kekasihku untuk malam ini, bukan
Jodhamu!”
“Hentikan mulut busukmu!” Jalal menghajar pria itu tanpa
persiapan.
Laki-laki itu tertawa, “Aku suka caramu membela
kekasihmu!” ia melanjutkan, “Bawalah kekasihmu itu. Aku ikhlas”
Jalal langsung mendobrak pintu, Jo ada di dalam. Masih
dalam kondisinya sesaat sebelum ditinggalkan oleh laki-laki tadi.
Jalal menghampiri Jo.
Jo menjauh, Jo marah, “Jangan kau dekati aku! Menjauh
kau!”
Jalal bingung, mungkin Jo masih kesal karena Jalal
mengingkari janjinya hari ini. Tapi bukankah Jo mengerti kondisinya tadi. Gadis
aneh! “Jo maafkan aku soal tadi, aku tak bermaksud” Jalal mendekat.
“Menjauh kau” Jo histeris.
Laki-laki itu menghampiri Jodha berdiri disisinya, “Sudah
kubilang, jika ia bukan kekasihmu lagi” Ia merangkul Jo.
Jalal menarik tangan pria itu dari bahu Jo, “Lepaskan
tanganmu!”
“Kenapa kau marah. Jodha saja suka aku rangkul seperti
ini” Ia mengejek.
Jalal
berfikir sesuatu,”Kenapa dengan Jodha? Tadi dia menghubungiku? Tapi sekarang
dia menjauhiku? Ada yang aneh” Jalal menyadari sesuatu.
Kegaduhan terdengar untuk kedua kalinya. Laki-laki itu
geram “Tadi kau! Sekarang siapa lagi” Ia berlari keluar.
Jalal tahu itu adalah polisi yang ia hubungi sebelum
kesini, entah apa Jalal yakin bahwa Jo dalam keadaan buruk
Disana keributan terjadi, Jalal tak peduli. Yang
terpenting, bagaimana agar Jo mau ikut dengannya.
Jalal kembali mendekat setelah tadi menjauh, “Jo ikutlah
denganku. Aku orang baik, percayalah padaku” Jalal memohon.
“Pergi kau dari sini!” Jodha kembali histeris, “Pergi
kau!” Ia menatapa Jalal, “Aku tahu kau orang jahat yang akan melecehkanku!”
Jalal terpaksa mendekati Jo, Jo berontak “Pergi kau!
Jangan mendekatiku!”
Jalal merangkul Jo, Jo berontak. Jodha memukul Jalal
dengan segala kemampuan yang ia punya. Jalal diam, Jalal tahu ada yang tak
beres dengan Jo hari ini.
Jo menangis, ia mulai kehabisan tenaga “Pergi kau! Aku
bilang pergi! Lepaskan tanganmu dari bahuku!” Jalal menepuk pundak Jo dan
memulihkan kesadarannya, ternyata benar firasatnya tadi. Jo telah dihipnotis
sehingga tak dapat melawan apapun perlakuan yang pria tadi berikan.
“Jalal?” Jo bertanya dengan air mata yang tersisa.
Jalal memeluknya, seorang polisi melaporkan bahwa ia
telah menyelesaikan tugasnya hari ini, mereka diminta kesaksian tapi Jalal
memohon agar polisi itu memberikan beberapa hari untuk menenangkan Jo. Polisi
itu mengangguk.
Jo masih bingung, apa yang terjadi pada dirinya.
Jalal melihat kebingungan itu, “Biar aku jelaskan nanti”
Jalal mengajak Jo untuk pulang.
“Tenangkan dirimu,
sekarang kau akan aman. Ada aku disini” ucap Jalal saat mereka sampai di depan
mobil masing-masing.
Jo melepaskan pelukan Jalal dari tubuhnya,“Aku tidak
apa-apa Jalal, ini salahku. Aku akan lebih berhati-hati”
Jalal memaksa agar Jo ikut dalam mobilnya tapi ia tetap
menolak, Jo tak mau bergantung pada kekasihnya itu. Sekarang Jo sudah aman, lagipula
tujuan mereka sama kan? Jalal bisa jalan berdampingan dengan Jo, itupun sudah
cukup.
Jo telah berada di dalam kamar, ia sadar seseorang tak
boleh larut lama dalam suatu hal. Itu hanya akan membuat egonya turun sebagai seorang
Komandan PATERATA. Walau kenyataan tak bisa dipungkiri, dirinya juga wanita
yang pasti merasa sedikit takut bila mengingat kejadian yang hampir memupuskan
masa depannya. Tapi semua itu ia jadikan pelajaran untuk kedepannya agar tidak
bersikap ceroboh lagi, Jalal juga berjanji tidak kembali mengungkit kejadian
itu. Dan merahasiakan ini semua dari ayah dan ibunya, terlebih orangtua Jalal
sendiri.
***
Jalal mengetuk pintu kamar Jo dan telah mengirimi 5 pesan
ke dalam handphone-nya, serta 2 kali panggilan. Tapi tetap saja ia tak
membalas, apa mungkin Jo lupa dengan rencana mereka hari ini.
“Hai Nona, mengapa kau tidak segera bersiap. Apa kau
sudah lupa, hari ini aku ingin mengajakmu berkeliling kota Milan dan sekitarnya
sebagai pengganti kesalahanku beberapa waktu lalu”
Akhirnya Jodha membuka pintu dan mendapati Jalal telah
rapi di depan pintu kamar hotelnya.
“Kenapa kau rapih sekali? Memangnya kita akan kemana, aku
tak ingat kita punya janji” Jawab Jo sambil mengucek-ngucek matanya.
“Dan apa-apaan ini, bahkan kau baru bangun tidur. Lihat sudah
jam berapa sekarang?”jawab Jalal langsung masuk ke dalam ruangan Jo.
“Janji apa Jalal? Aku memang baru bangun tidur, tadi pagi
aku bangun untuk sholat shubuh dan aku kembali tertidur.” Terang Jo masih
dengan ketidak tahuannya.
Jo kembali berfikir, “Ohh aku baru ingat kau akan
mengajakku kan? Aku sampai lupa tunggu sebentar, aku akan segera bersiap-siap”
jawab Jo dan langsung bergegas ke kamarnya untuk merapihkan diri, tanpa
menunggu jawaban Jalal dan meninggalkannya yang masih termenung dengan sikap
Jo.
Gadis aneh, aku datang ke kesini untuk segera mengajaknya
pergi sesuai rencana kita waktu itu. Tapi sekarang dia belum rapih sama sekali.
Kini aku ditinggalkan sendiri, aku tahu ia takkan lama untuk urusan berdandan.
Ia berbeda dengan gadis lainnya. Yang memerlukan waktu berjam-jam hanya untuk
mempercantik diri mereka. Jo hanya akan berdandan seperlunya.
“Ayo Jalal, kita pergi aku telah siap.” Keluar dari kamarnya
Jo langsung menghampiri Jalal dan menarik Jalal untuk segera keluar dan
bergegas pergi.
***
“Kita akan kemana? Aku tidak mau bertemu dengan wartawan
apalagi paparazzi menyebalkan itu. Aku tak mau disorot dan aku juga tak mau
namaku muncul di media negara lain. Sudah cukup nama Jodha Ardani muncul di
beberapa majalah Indonesia, Aku tak mau orang membicarakanku” Jo yang terus
berbicara dan tak membiarkan Jalal membalas pertanyaannya.
“Iya Nona Cerewet,
aku juga tak mau kau seberisik tadi. Dan kau berdoa saja agar tak ada wartawan nanti. Begitu takutnya kah kau
Jo kalau namamu masuk ke media bersama namaku. Banyak yang ingin ada di posisimu
Jo. Bersanding dengan Jalal Zavier” jawab Jalal membanggakan dirinya
“Terserah kau sajalah, teruskan saja kepedeanmu itu.”
Akhir nya mereka berdua sama-sama diam setelah lelah berdebat
hanya ada lagu Just The Way You Are milik Bruno Mars mengalun merdu dalam
mobil. Dan tiba- tiba hp Jodha berbunyi otomatis membuat Jalal menengok ke arah
Jodha yang bingung sambil menatap handphone-nya.
“Halo, ini siapa ?”
“……”
“Oh kau Leon, maaf aku tak mengenalimu.”
“……………”
“Ada hal apa sampai kau menghubungiku?”
“……”
“Besok? Dimana? ”
“………………….”
“Baiklah, akan ku usahakan.”
“……”
“Ya, sampai bertemu besok”
Setelah percakapan berakhir, Jalal memecah keheningan
diantara mereka,,,
“Siapa yang menghubungimu? Kelihatannya penting
sekali”tanya Jalal.
“Tidak terlalu penting hanya teman lamaku, aku besok akan
pergi dengan nya. Apa kau mau ikut Jalal?”
“Maaf Jo aku tak bisa, ada beberapa urusan besok. Aku
harus bertemu orang juga, biasa urusan pekerjaan. Kau tidak keberatan bukan
jika aku tidak ikut”
“Hahaha Jalal tidak usah merasa bersalah seperti itu, ya
aku tak keberatan lah. Aku tahu kau super sibuk disini.”
“Nah, sekarang
kita sudah sampai”ucap Jalal turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Jodha.
“Gak perlu dibukain juga kali, emang aku ini anak kecil
apa?”protes Jo.
“Ya gapapa, sekali-kali aja gitu biar keliahatan
romantis. Hehehe”
“Emang kamu bisa romantis gitu?”
“Bisa lah, buktinya pas kita ke Pulau Bangka kau terharu
bukan saat aku melamarmu? Aku tahu Jo kau sempat menitikkan air mata. Dan
melihat semua ekspresimu dari rekaman video yang diambil Ulfah waktu itu. Haha
kau lucu sekali Nona. Aku tak habis fikir wanita jadi-jadian sepertimu bisa
juga menangis” ucap Jalal meledek Jo.
“Apaaa? Seorang Jodha Ardani wanita yang tangguh, seenaknya
saja dia bilang wanita jadi-jadian”kesal Jo berbisik.
Jodha turun dan melihat bangunan besar yang berdiri
didepannya. Ya, Colosseum salah satu Landmark Kota Roma peninggalan bersejarah
yang juga merupakan Tujuh Keajaiban Dunia Pertengahan. Gedung pertunjukkan besar
yang berbentuk elips biasa disebut amphitheatre atau nama aslinya Flavian
Amphitheatre. Situs yang terletak di Roma, Italia dan salah satu karya terbesar
dari arsitektur Romawi Kuno.
“Indah sekali, walaupun sudah hancur karena gempa besar
dan sejarahnya yang kelam. Tempat ini tetap menyuguhkan pesonanya kepada turis
yang datang.”ucap Jodha penuh bangga, senyuman yang sangat manis bagi Jalal
terukir di wajahna.
“Apa kau senang?”tanya Jalal.
“Ya, aku senang bahkan sangat senang. Memang ini bukan
kali pertama aku datang ke tanah Italy tapi saat aku kesini ayah dan ibu tidak
sempat mengajakku melihat keindahan Italy, karena kesibukannya mungkin”
“Dan sekarang aku yang akan menggantikan kesibukan ayah
dan ibumu, anggap saja budi baikku sebagai calon menantu mereka”lanjut Jalal.
Selain membawa Jodha ke Colosseum Jalal juga mengajaknya
ke Trevi Fountain sama-sama berada di Roma dan merupakan kolam air mancur
terkenal di dunia. Dengan arsitektur bergaya Baroque Style yang menjadi daya
tarik para turis. Mereka mengabadikan moment langka ini dengan smart phone
milik Jodha.
***
Jo telah datang pada tempat yang dijanjikan Leon. Ia
datang sendiri kesini, Jo tak mau merepot kan Jalal. Kemarin Jalal telah
menemaninya mengelilingi kota Roma, itu cukup membuatnya senang. Hari ini Jalal
mungkin sedang berkutat dengan pekerjaannya.
Restaurant besar terletak di pusat perbelanjaan dan
terlihat orang-orang penting sedang berdikusi dengan pekerjaannya. Entah apa
yang didiskusikan orang-orang itu. Mereka terlihat sibuk dengan kemeja dan jas
kebesarannya. Jo berpikir, apa mereka tidak bosan seharian hanya bekerja di
depan layar dan kertas-kertas yang memuakkan. Apa saja yang mereka lakukan?
Dari dulu Jo memang tak menyukai apapun yang berhubungan dengan bisnis. apa
dasarnya, Jo juga tak tahu. Padahal ayahnya juga terjun ke dunia itu.
Tiba- tiba laki- laki yang ditunggunya itu telah datang.
“Bagaimana Le? Apa yang ingin kau bicarakan denganku?”
tanya Jo to the point setelah Leon duduk di bangku berhadapan dengannya.
“Begini Jo, sebenarnya…ehm…aku ragu mengatakannya padamu”
Jo menatap mata Leon meminta keyakinan, “Le, kau
percayakan padaku? Katakan saja ”
Memang Jo sangat angkuh kepada laki-laki tapi tidak
terhadap Leon, ia sudah sangat dekat dengan Leon. Seingat Jo, Leon adalah
sahabatnya dulu. Dan satu lagi Erlen temannya itu entah kemana ia sekarang. Jo
berhubungan dengannya satu tahun terakhir, sebelum anak itu hilang tanpa kabar
hingga detik ini.
“Jadi…seseorang dikampus telah memfitnahku. Dia bilang
aku sudah menghamili temannya. Aku shock bagaimana aku bisa menghamilinya, menyentuhnya
saja aku tak pernah”ucap Leon menjelaskan pada Jodha.
“Lalu, apa kau punya bukti yang kuat untuk menjauhi
dirimu dari tuduhan ini atau kau pernah dijebak untuk melakukannya?”tanya Jodha.
“Tidak Jo, yang membuatku
tambah pusing adalah dulu kami pernah pacaran, tapi kami menjalani
hubungan yang baik dan tak melebihi batasan. Suatu saat ia menganggap hubungan
kami telah putus sepihak karena ia tertarik dengan pria yang tampan, kaya, tapi
menurutku pria itu cukup bandel. Ya kau tau lah apa maksudku Jo.”
“Sekarang aku bingung mengatakannya pada Papa, jika
beliau tahu aku tersangkut masalah seperti ini pasti ia akan sangat murka
kepadaku. Memang aku tinggal di Negara liberal tapi tata kramaku sebagai Bangsa
Indonesia tidak pernah kulupakan walau sudah bertahun-tahun disini kau sendiri
tahu kan Jo pergaulanku dulu. Aku tak sebebas itu.”lanjut Leon dan kali ini
matanya telah berkaca-kaca.
“Lebih baik, kau secepatnya memberi tahu Papa-mu akan
masalah ini. Jika kau terus-menerus menyembunyikannya Papa-mu akan mengira yang
tidak-tidak padamu. Ayolah Le, ku tahu kau pria tangguh, hanya karena masalah
ini saja kau takkan menyerah bukan?.”jawab Jodha.
“Tapi Jo, ini sudah sangat keterlaluan. Aku tidak punya
siapa pun disini selain dirimu, saat bertemu denganmu aku merasa kau mampu
membantuku menghadapi masalah ini. Entah dorongan dari mana itu, aku pun tak
mengerti”
“Baiklah, aku sangat paham dengan keadaanmu sekarang.
Tapi ku ingatkan sekali lagi, cepat katakan pada orang tuamu sebelum semuanya
terlambat. Jika sempat, kau langsung temui orang tuamu, agar mereka yakin akan
ucapanmu nantinya ”ucap Jodha.
“Iya Jo akan ku pertimbangkan usulanmu nanti”
“Tapi aku tak habis fikir Jo, mereka berani memfitnahku.
Apa yang mereka mau dariku. Maaf Jo jika aku terlihat cengeng, aku merasa bebas
berbicara denganmu”
Leon tampak berfikir sebentar, merenungkan sesuatu. Jo
dapat melihat itu dan tiba –tiba Leon berpindah duduk disebelahnya, serta
mendekap Jo dalam pelukannya, hatinya merasa damai.
Jo kaget, “Leon, lepaskan aku. Kau ini apa-apaan sih”
Leon damai saat memeluk Jo, Leon memeluk Jo bukan karena
dia menyukai gadis ini lebih kepada untuk mencari ketenangan. Lagipula Jodha
kan sahabat lamanya, bukan suatu masalah kan ‘fikirnya’.
Sedangkan Jodha, jantungnya berdegup sangat kencang.
Bukan karena dipeluk pria tampan blasteran Eropa ini, tapi ia sedang memikirkan
perasaan Jalal jika sewaktu-waktu melihat.
“Leon lepaskan!” Jo memukul Leon.
Leon melepaskan pelukannya, “Maafkan aku Jo, aku hanya
ingin ketenangan yang tak pernah kudapatkan dari siapapun” Mukanya bersalah.
“Ya baiklah” Jo diam “Aku bercanda Leon, seharusnya kau
minta izin dulu kepadaku. Jangan tiba-tiba seperti itu, bagaimana jika aku
mengidap penyakit jantung”
Leon kembali pada muka aslinya, “Wanita sepertimu
bagaimana bisa mengidap penyakit seperti itu”
Jo kesal “Semua orang bisa terkena penyakit itu Leon”
“Ya baiklah, kuharap tidak terjadi padamu. Hahaha”Leon
berhenti sejenak, “Kalaupun terjadi, aku akan menjadi pria pertama yang
khawatir akan keadaanmu”katanya setengah serius.
“Ayahku Le, dia yang lebih pantas. Bukan kamu !”kata Jo
sambil menjewer telinga Leon.
“Awww, aku bercanda doang kali”
Dan selanjutnya mereka bercengkrama sebagai 2 orang
kawan, yang lama tak berjumpa. Menceritakan semua kealfaannya saat berpisah,
dan masa-masa sekolah dulu (kalian tahu lah, apa yang dibicarakan manusia
ketika lama tak bertemu).
***
“Apa
salahku Jo? Apa kau benar-benar membenciku seperti yang tertulis di bukumu itu?
Apa kau mencintai dia? Apa? Ahh entahlah”
Sudah 3 hari ini Jalal mengabaikan Jo, ia hanya ingin
menenangi hatinya, agar tak bersikap gegabah yang dapat menghancurkan hubungan
mereka nanti. Atau membuat Jo menghilang seperti 7 tahun lalu, tidak Jalal
takut akan kemungkinan yang satu itu. Ia berusaha menata ulang hatinya,
melupakan apapun yang dapat menciptakan emosi baru dalam dirinya. Ia memutuskan
untuk mengabaikan Jo, Jalal tak tahu bagaimana sekarang kabar Jo, puluhan
panggilan ratusan pesan yang telah Jo kirim hanya Jalal abaikan. Memang
terlihat berlebihan tapi memang begitu adanya.
Terlalu gila fikiran Jalal untuk pindah ke hotel lain
setelah kejadian itu. Tapi sungguh ia hanya tak ingin gadisnya takut jika ia
emosi, lebih baik begini menurut Jalal. Setelah 5 hari ini Jalal memutuskan
untuk menemui Jodha di hotelnya terlebih dahulu, ia sudah siap menerima amukan
gadisnya karena menghilang tanpa kabar. Tapi Jalal tau Jo bukan gadis yang suka
mengamuk histeris, Jalal yakin Jo hanya akan diam atau ada kemungkinan lain.
“Tapi
bagaimana pun juga aku harus mencari kebenaran nya.” Batin Jalal
Jalal kini hanya menyesali keputusannya. Ia telah
mendatangi kamar hotel Jo untuk mencari gadis itu tapi hasilnya nihil, Jo sudah
tidak ada di sana. Apa mungkin Jo kesal karena diacuhkan beberapa hari ini?
Sehingga dia pergi tanpa memberitahu siapapun, setidaknya ia bisa beritahu
Fikri kan. Jalal berjalan sambil menyusuri lorong hotel dan menerawang kejadian
yang cukup membuat mukanya tak punya tempat di manapun alias malu.
Jalal
telah berada di depan kamar hotel Jo tapi saat ia mengetuk pintu ia melihat
orang asing, seorang ibu muda yang sedang menggendong bayi. Tak dipungkiri
walau wanita itu telah mempunyai bayi tapi tetap cantik. Dan bayi di dalam
gendongan wanita itu, siapapun yang melihatnya akan langsung jatuh hati,
bagaimana tidak bayi yang menggemaskan dengan mata biru cerah seperti ayahnya.
Sepertinya Jalal terlalu sok tahu tapi yang benar saja mata ibunya tak seperti
itu lalu mata siapa lagi yang ditiru kecuali ayahnya.
“Maaf,
anda mencari siapa ?
“Saya
mencari Jodha Ardani penghuni kamar hotel ini.”
“Maaf
saya tak mengenali wanita yang anda sebut dan kamar hotel ini telah saya
tempati tadi pagi”
“Oh
maafkan saya tentu saja anda tak mengenalinya. Maaf sekali lagi karena telah
mengganggu kenyamanan anda. Mungkin saja teman saya telah keluar dari hotel
ini”
“Ya
tak apa”
Jalal
langsung ke lantai dasar untuk menemui resepsionis hotel, sejak kapan Jo meninggalkan
hotel ini.
“Maaf
saya ingin tahu penghuni kamar 66 atas nama Nona Jodha Ardhani, kapan
meninggalkan hotel?”
“Nona
Jodha Ardhani meninggalkan hotel kemarin kira-kira pukul 2 siang”
.
.
.
(Komentarnya yang kita butuhkan, untuk kedepannya lebih baik. Maaf, mungkin FF ini akan lama tidak di post karena 1 dan lain hal. Terimakasih pengertiannya.)