Rekap
Chapter 36
Jalal dan Jodha
duduk pada sisi yang berbeda dengan tempat duduk Surya dan Shivani... Jalal
memperhatikan wajah Surya yang menahan marah... bahkan pria itu tidak sadar
Jalal duduk di sampingnya... Dengan nada serius, Jalal menyapa, “Apa kabar
Surya..” Barulah Surya sadar keberadaan Jalal di dekatnya... Dengan hormat dia
menjawab, “Aku baik-baik saja Shenshah.” Jalal masih ingin mengganggunya,
“Surya, kau tahu adikku Mirza?” Surya menjawab, “Ya, aku pernah melihatnya tapi
kami belum berkenalan langsung..”
Sambil menunjuk
Sukanya dan Mirza, Jalal berkata,”Itu adikku yang sedang duduk di samping
Sukanya.” Dengan suara rendah menambahkan, “Sukanya dan Mirza terlihat cocok
bersama..seakan mereka terlahir untuk satu sama lain..”
Mendengar itu, seketika
Surya bangkit dari duduknya dan berkata, “Maaf Shenshah, aku pergi dulu..”
Jodha dan Jalal
saling bertukar pandang sambil tersenyum kecil... rencana mereka berjalan
dengan lancar...
***************
IS
IT HATE OR LOVE
Chapter
37 - 1
Written
By Bhavini Shah
Translate
By Tyas Herawati Wardani
Akhirnya,
kedatangan Raja Bharmal diumumkan, Dia memasuki arena dengan wajah gundah...
Jalal terkejut
mendapati pengaturan yang berhasil dilakukan dalam waktu sesingkat itu... Arena
itu sangat luas berbentuk melingkar, cukup untuk menampung ribuan penonton;
satu sudut diperuntukkan khusus untuk semua anggota keluarga kerajaan dari
Rajvanshi dan sisi lainnya untuk keluarga kerajaan dari Mughal... Jodha dan
Jalal duduk bersebelahan... Masyarakat umum datang berbondong-bondong memasuki
gerbang yang lain menuju ke arena... Dalam waktu lima menit, arena itu telah
dipenuhi ribuan orang... Ada pengaturan khusus yang dibuat untuk para Raja dari
Rajvanshi dimana tempat duduk mereka diatur di dekat Raja Bharmal... Dengan
pengamatannya yang jeli Jalal memperhatikan seluruh penonton yang ada... Dia
tahu alasan Raja Bharmal mencemaskan kontes publik ini... Jalal memperhatikan
wajahnya yang pucat dan gelisah... Raja Bharmal sangat yakin bahwa Jodha
memiliki kemampuan lebih tinggi dalam memanah dibandingkan Jalal dan ini akan
menjadi kesempatan para Rajvanshi untuk mempermalukan Jamaisanya dan Mughal,
yang akan memicu perang di tempat ini... Semua Rajvanshi duduk di satu sisi... Golongan
para Raja Rajvanshi yang menentang Mughal duduk saling berdekatan... Sementara
di sisi lain ada orang-orang Mughal yang akan menyemangati Rajanya.
Jodha juga
menyadari keseriusan kontes ini... mendadak dia ingin mundur dari kontes ini...
Dia tidak ingin Jalal kalah di hadapan semua Rajvanshi... Jika dia secara
sengaja mengalah dalam tantangan ini, hampir semua orang akan mengetahuinya
karena Jodha selalu memenangkan kompetisi memanah sebelumnya... Keahlian
memanahnya yang tak tertandingi sangat terkenal diantara para Rajvanshi... Bahkan
orang-orang membandingkannya dengan Arjun... Tembakannya tidak pernah meleset...
jadi tidak mungkin baginya untuk sengaja mengalah demi kemenangan suaminya. Dia
tidak pernah melihat Jalal berlatih memanah dan tidak punya dugaan apakah dia
hebat atau tidak... dia tahu Jalal adalah prajurit yang handal... Raut mukanya
mulai tampak cemas... Hatinya berdebar karena rasa takut tanpa alasan yang
jelas...
Jalal tersenyum
melihat wajah Jodha yang tertekan... tanpa Jodha mengatakannya, dia sudah tahu
apa yang ada di pikirannya... Dia tahu Jodha mencemaskan kekalahannya...
Jalal menggenggam
tangannya dan meremasnya lembut... Dia bertanya pelan... ”Junglee Billi, apa
kau takut kalah?”
Jalal menoleh
padanya dan dengan wajah kaku... bertanya... ”Apa? Kau pikir aku mencemaskan
kekalahanku dalam kompetisi ini?”
Jalal makin
menggodanya, dengan sinis dia berkata, “Aku akan merasa kasihan pada Begum
favoritku hari ini”... dengan sedikit tekana... “Aku sangat sedih Jodha Begum...
Rajvanshi yang malang... Sasuralku dan Maykamu akan menghadapi kekalahan... Jika
kau ingin mundur maka kau mengaku kalah dan malam ini...” Jalal menyeringai
padanya, dan berbisik di telinganya... “Aku tidak akan membiarkanmu tidur
sedetikpun malam ini...” semuanya terbayang jelas dari wajahnya..
Wajah Jodha
bersinar karena kemarahan dan terusik karena kata-katanya bahwa semua Rajvanshi
akan kalah... dengan tatapan kesal dia memandang jalal beberapa lama... dan
berkata.. “Kurasa kau terlalu meremehkan kemampuanku... Sebenarnya, kau benar,
aku sangat bodoh dan tolol... Aku sudah mencemaskan suami hebatku Shenshah E
Hindustan Jalalludin Mohammad... Tapi sepertinya suamiku terlalu percaya diri
dan berpikir dia tak tertandingi... Dia belum pernah terkalahkan... Jadi
bersiaplah suamiku tercinta untuk merasakan kekalahanmu di hadapan banyak orang...”
Kata-katanya penuh sindiran dan kekesalan..
Jalal hanya
tersenyum menyadari ambisinya untuk menang... Mata Jalal berkilau melihat
semangat di mata Jodha... Wajah Jodha yang kesal karena olokannya, selalu
menjadi hiburan untuknya dan ketika Jodha kembali mengeluarkan kata-kata pedasnya...
Jalal merasa sudah memenangkan seluruh Hindustan... Dia sudah lama menanti gairah
seperti ini dari dirinya...
Jalal terpesona
memandang wajahnya yang bersemu merah... tatapan intensnya membuat Jodha tersadar...
perlahan dia menoleh ke arahnya untuk memastikan perasaanya... Menangkap gairah
dalam matanya membuat amarahnya sejenak hilang... dan kemarahannya menguap... Jodha
mengerutkan hidungnya dan membuang muka... Justru membuat Jalal terpesona...
Jalal bergerak
mendekati Jodha dan berkata... ”Jodha Begum... Permintaanku padamu adalah...”
Jodha menatap
Jalal dengan sengit, dia tahu Jalal hanya sedang menggodanya... ”Aku siap
melayanimu”... dan memberinya senyum lebar yang berlebihan...
“Jodha begum... Betapa
inginnya aku mendengarnya dari mulutmu sendiri...”
Dengan raut marah
yang dibuat-buat... “Kau pikir aku lupa mengatakan padamu bahwa aku mencintaimu....”
Jalal menyeringai...
”Itulah dirimu Ratu Jodha... ”
Jodha memotongnya
dengan cepat... ”Shenshah, aku bersungguh-sungguh..”
Jalal memberinya
tatapan kemenangan dan berkata sekali lagi... ”Ucapanmu setajam belati... ”
Jalal menggoda
Jodha dengan tatapannya dan berkata, “Sukriya Jodha Begum... meski kau
mengatakannya dengan terpaksa”... Jodha membeku menatapnya...
Sudut mata Jalal tertumbuk
pada Mansingh yang berlari ke arah Raja Bharmal... Wajahnya menampakkan
kecemasan... Dengan suara sangat pelan dia mengatakan sesuatu di dekat telinga
Raha Bharmal... Mendengar pesan yang disampaikan... Ekspresi Raja Bharmal langsung
terhenyak seakan petir menyambar langsung ke kepalanya... Matanya terbelalak
dan wajahnya memucat... Keempat putranya mendekat... dan ekspresi mereka
langsung berubah seketika...
Diiringi hentakan
drum... Mengumumkan kedatangan seseorang... ”Telah datang pewaris besar... Raja
Udai Singh dari Sisodia Rajput Pemimpin Mewar Saputra... Sambutlah Maharana
Pratap.” Semua mata langsung tertuju ke arah gerbang.
Mendengar nama
Rana Pratap... wajah Jalal berubah sengit... wajahnya menunjukkan amarah... Tapi
pengalaman hidupnya yang luas, keahlian politik dan taktik yang bekerja dalam
otaknya mampu mengontrol emosinya... Darah ksatrianya yang membara mampu
diredamnya... Kemarahannya melunak dalam sekian detik... Semua orang Mughal dan
Rajvansh tahu permusuhan mereka... Jauh dalam hati Jalal dia salut pada Rana
Pratap atas cinta dan kebanggaannya pada negerinya juga tentang keberaniannya..
Pada masa itu Rana
Pratap menaklukkan hampir seluruh Raja Rajvansh... Dia adalah pemimpin
persekutuan Rajvanshi yang memberontak pada Mughal... Jalal tahu dengan benar
hasratnya yang kuat untuk melawan dan mengalahkan Mughal... Banyak Raja
Rajvanshi yang membencinya tapi mereka tidak mau berhadapan langsung dengan
Jalal... Pratap dan Jalal tahu kekuatan mereka masing-masing... Rana Pratap
sadar dia tidak mampu memukul mundur pasukan Mughal yang sangat besar... Karena
itu dia menggalang kekuatan dengan Raja-Raja Rajvanshi agar mereka mendukungnya...
Dan diperparah setelah hubungan politik dan penyatuan Jalal dengan Amer... Membuatnya
makin mustahil... Pada awalnya banyak yang berasumsi bahwa raja Bharmal membuat
kesalahan besar tapi kemudian setelah mengetahui bagaimana perlakuan Jalal pada
Jodha dan keluarganya... Betapa dia melindungi dan mendukung Amer, asumsi
mereka terbantahkan dan mulai menghormati keputusan Raja Bharmal...
Umat Hindu kini
melihat Jalal dengan pandangan berbeda... Banyak orang Rajvanshi melihat
visinya yang jauh dan beberapa kebijakan politiknya membawa perubahan dan
keuntungan yang berpihak pada umat Hindu dan memancing rasa hormat mereka
padanya..
Seluruh penonton
merasa cemas melihat dua orang pemimpin besar dan ksatria pemberani berada di bawah
satu atap... Dan kedua orang itu sama-sama berasal dari Keluarga Kerajaan...
Sesuai tradisi,
Raja Bharmal bangkit menyambut Pratap dengan senyum dipaksakan di wajahnya....Dia
tak pernah membayangkan bahwa Pratap akan menerima undangannya untuk datang
pada pernikahan Jodha...
Jalal saling
bertukar pandang dengan Jodha... Jodha terlihat cemas melihat Pratap... Dia
paham benar amarah yang dirasakan Jalal dan Pratap... Dia mulai gemetar
membayangkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi disini... Dengan lembut
Jalal meletakan tangannya di atas telapak tangan Jodha... sedikit meremasnya
untuk meyakinkan Jodha bahwa semua akan baik-baik saja...
Sebelum duduk di
tempatnya... Pratap berjalan ke arah Jodha dan Jalal... Sebagai penghormatan
kepada tamu, pasangan itu bangkit menyambutnya... Pratap dan Jalal saling
menatap dengan tajam satu sama lain... Bharmal berdiri di belakang Pratap... dia
gemetar... Dia terdesak di antara kedua pria angkuh itu...
Rana Pratap bicara
dengan nada angkuhnya, “Halo Jamaisa... Ini kedua kalinya, bukan?”
Jalal menahan
dirinya, “Kau tidak memberikan berkatmu saat yang pertama...”
Rana Pratap mulai
terpancing amarah, “Berkatku, saat itu bahkan kita tidak punya waktu...”
Jalal membalas... ”Jadi
kami menikah lagi, demi semuanya... Kalau kau senantiasa mendukung Raja
Bharmal, maka kita perlu bermusuhan lagi..”
Wajah Rana Pratap
dipenuhi amarah yang tertahan, “Aku harap kau menyadari bahwa perang adalah apa
yang kau gali sendiri..”
Bharmal melihat ketegangan
yang mulai meningkat antara Jalal dan Rana Pratap... untuk menyela pembicaraan
itu dia berkata..”Shenshah..Waktunya pertandingan...”
Dengan sedikit
mencela, Rana Pratap berkata, “Makin menantang, makin menarik... kau akan tahu
hari ini... bagaimana hebatnya orang Rajvanshi... dan lagipula kami akan
menikmati pestanya... Berusahalah sebaiknya, dan kalahkan macan Rajvanshi...”
Jalal tertawa kecil... ”Rana ji, kau benar, Ratu kita
adalah seorang singa dan akan sehebat seekor singa... Dan kau tidak akan
melupakannya...”
Mendengar
kata-katanya yang pedas.. Rana Pratap mendidih darahnya karena marah... dia
mengepalkan tangannya kuat-kuat dan berkata... ”Shenshah, kau akan belajar
bagaimana menaklukkan seekor singa, dan jika kau berhasil maka belati berharga
ini akan kuhadiahkan untukmu.”
Jalal melihat ke
arah belati itu... dia seperti ingin mengatakan sesuatu... Jodha sangat ngeri
mendengar perdebatan yang memanas ini... Sebelum Jalal membalas perkataan Rana
Pratap... Jodha menyela... ”Rana Ji kau belum memberkati pernikahan kami... kami
belum diberkati untuk pernikahan yang langgeng..” Jodha menunduk untuk
mendapatkan berkatnya dan hal itu mengusik Jalal...
Rana Pratap menatap
Jalal dan berkata... ”Aku memberkatimu... dan berdoa untuk kemenanganmu... demi
harga diri bangsamu..”
Seketika Jodha
mengangkat kepalanya dan berkata dengan nada tinggi... ”Ranaji.. Kemenanganku
adalah kemenangannya juga.. Terima kasih atas kedatanganmu...”
Jalal melihat Raja
Bharmal... Wajahnya menampakkan ketakutan dan dia berkeringat di cuaca sedingin
ini...
Semua orang
mengambil tempatnya masing-masing... Ditandai suara terompet yang keras... Kompetisi
dimulai..
Pengumuman bagi
Jalal dan Jodha untuk berdiri di tengah arena... Sekali lagi Jalal mengedarkan
pandangan ke seluruh area... Pandangannya bertemu dengan mata Hamida dan Mirza...
keduanya sama-sama terpengaruh seperti Raja Bharmal... dengan tatapannya yang
tenang... Jalal mengisyaratkan pada Hamida bahwa semuanya akan baik-baik saja..
Putaran pertama
dari kompetisi itu dimulai... Sebuah tantangan yang cukup mudah.
Keduanya
masing-masing diberikan 10 anak panah...
Jodha yang pertama...
Dalam beberapa menit... Dia membentuk lingkaran sempurna dengan anak panahnya
dan satu anak panah terakhir tepat di tengah-tengah target...
Jalal bertepuk
tangan melihat keahliannya dalam Kemampuan Memanah... Dia mendekati Jodha dan
berbisik... ”Kau gagal dalam tantangan ini... Targetmu tidak tepat..”
Penonton bertepuk
tangan lebih lama dan bersorak atas kehebatan Jodha....
Sekarang giliran
Jalal... Dia mengambil busur dan anak panahnya... Menarik pegasnya dan menatap
lurus ke arah target... Dia melirik ke arah Jodha... Wajah wanita itu
menyiratkan ketakutan... Dia bisa mendengar bisikannya dan doanya pada Kanha
demi kemenangan suaminya...
Dalam sekejap
mata, Jalal berhasil melesatkan anak panah membentuk hati di papan target... dan
panah terakhir... tepat pada tengah-tengah sasaran...
Melihat
kesempurnaan tembakannya... wajah Jodha diselimuti kegembiraan... Ketakutan
tersapu seketika... Jalal juga bisa merasakan kebahagiaannya...
Dia mendekati
Jalal dan berbisik.. “Jadi kita memiliki kemampuan yang sama Shenshah... Kuharap
kita hanya berdua saja agar aku bisa memberikanmu sebuah hadiah kecil..”
Jalal balas
menggoda..”Tidak Junglee Billi... hadiahnya pasti akan kau berikan nanti
malam..”
Jodha terusik,
“Shenshah, ini baru putaran pertama... jangan terlalu percaya diri... Junglee
Billi mu ini sangat ahli dalam bidang ini... Tidak ada kesempatan untuk malam
ini..”
Raja Bharmal
terlihat senang melihat kemampuan Jalal dalam hal memanah... Dia memberikan tepuk
tangan sambil berdiri kepada Jalal... Dan hal itu mengusik perasaan Rana Pratap...
Jalal melihat ke
arah Raja Bharmal dan tersenyum berterima kasih dengan tulus... Lalu dia
melihat ke arah semua Raja Rajvanshi dan Rana Pratap (Para Raja yang bersekutu
melawan Mughal) dengan tatapan kemenangannya..
Keluarga Jodha
merasa lega mengetahui kemampuan Jalal... Mereka semua ingin Jamai Sa menang di
depan semua Rajvanshi...
Putaran kedua
dimulai...
Keduanya diberikan
masing-masing 10 buah anak panah... dan tantangannya adalah membentuk X dalam
dua kali tembakan...
Jalal pernah
melihat Jodha melakukannya saat Adham menyerangnya... Dia yakin Jodha pasti
dengan mudah melakukannya..
Jodha bersiap... mengambil
5 anak panah dan menembakkannya membentuk x di papn target...
Semua Rajvanshi
dan Mughal bertepuk tangan dan mengelu-elukan Jodha...
Jalal berkata
sambil tersenyum..”Aku lupa bagaimana hebatnya dirimu, Jodha Begum... Bahkan
kau menyelamatkan hidupku... ”
Jalal mengambil
busur dan anak panahnya... dan mulai menembak... dalam sekejap dia juga telah
membentuk tanda x dalam dua tembakan...
Semua orang
terpana dan kagum melihat kemampuan memanah Jalal.. Jalal belum pernah
menunjukkan kemampuannya ini di depan publik... Bahkan prajurit Mughal pun
terkejut... Semua orang sudah tahu tentang keahliannya memainkan pedang tapi
hampir tidak ada yang tahu keahliannya memanah...
Jodha tidak hanya
kagum, namun juga teramat senang bahwa Jalal mampu melewati setiap putaran
dengan sangat mudah... Dia bertepuk tangan lebih lama... Di satu sisi, hanya
dia satu-satunya yang bertepuk tangan dan menangis bahagia... Dia sangat bangga
mengetahui suaminya adalah seorang pejuang hebat... ahli di semua bidang... Jalal
menatapnya dengan penuh cinta...
Semua Raja
Rajvanshi makin tertarik dengan kompetisi yang sedang berlangsung... sekarang
mereka menunggu dalam diam... Mereka semua terkejut melihatnya ahli dalam
memanah... mereka semua tahu, pada jaman itu tidak ada yang mengalahkan
kemampuan Jalal dalam pertarungan pedang... tapi tidak ada yang menduga soal
ini... Ada perasaan takut dalam diri mereka... Rana Pratap senang melihat
keahlian Jalal dalam bidang ini. Dia sudah tahu bahwa Jalal adalah pejuang yang
sangat hebat dan dia memiliki kesempatan melihat sendiri kemampuan itu...
Putaran berikutnya
cukup berat... Pada putaran ini, masing-masing akan diberikan 10 anak panah... dan
mereka harus menembakkan pada objek yang bergerak... Jodha sangat ahli dalam
menembak objek bergerak, ketepatannya adalah 10 dari 10 tembakan... Belum ada
seorang Rajvanshi yang mampu mengimbangi kemampuannya...
Jodha yang pertama
mulai... Seperti yang selalu terjadi, hanya dalam hitungan menit... semua anak
panahnya tepat mengenai targetnya...
Jalal kagum
padanya... Dengan rasa bangga dia bertepuk tangan untuk Jodha... dan berbisik
di telinganya... “Jodha Begum, aku sangat terkesan dengan bakatmu... Sepertinya
malam ini akan kita habiskan sambil menghitung bintang... ”
Jodha menatapnya
marah dan berkata... “Jadi sekarang kau menantangku di depan semua pendukungku...
Kemenangan kecilmu membuatmu sombong... Kau tidak akan bisa mengalahkanku....Aku
tidak akan mempertaruhkan harga diriku hanya untuk kau taklukkan... ”
Dengan tersenyum,
Jalal berkata... ”Tenanglah Malika E Hindustan... Apa yang akan kau lakukan
malam ini...
Jodha menatapnya...
dan berkata... “Setelah ini kau akan lihat siapa yang lebih menang diantara
kita”
“Baiklah Jodha
Begum.. Sesuai permintaanmu..”
Jalal bersiap
dengan busur dan anak panahnya... Seperti kebiasaannya dia mengedarkan
pandangan ke seluruh penonton... dan bertatapan dengan Abdul... Mereka saling
melempar senyum...
Target mulai
bergerak... bola sudah meggelinding di udara... sebelum jatuh dia sudah harus
membidiknya dengan tepat...
Dalam beberapa
menit Jalal menembak semua target tanpa terlewat satupun... Penonton bersorak...
Para Raja Rajvanshi terpana tak percaya... termasuk Jodha... Dia pikir dia yang
paling ahli dalam menembak objek bergerak... tapi Jalal juga sama hebatnya
seperti dirinya bahkan dia menyelesaikannya dengan lebih cepat... Rona wajah
Bharmal bersinar melihat keberhasilan Jalal... Dia bertepuk tangan paling keras...
Semua orang bersorak untuk kedua pasangan yang tak terkalahkan itu...
Jalal menoleh ke
arah Abdul sekali lagi... keduanya saling melempar senyum... Hanya Abdul yang
tahu betapa hebatnya kemampuan memanah Jalal... Jalal dulu tidak pernah
tertarik dalam bidang memanah... Dia pernah belajar dan berlatih tapi tidak
mendalami kemampuannya... namun ketika dia melihat Jodha sangat ahli
melakukannya pada saat bertarung dengan Adham... dia memutuskan untuk serius
berlatih dan mengasah kemampuannya sebagai kejutan untuk Jodha... Ketika Jodha
pergi... Jalal berlatih dengan tekun sambil mengingat Jodha... bahkan dia pergi
ke sebuah ashram untuk memperdalam ilmunya...
Wajah Hamida
berseri menyaksikan kehebatan putranya... dia sangat bangga pada putranya... Menyadari
makin tegangnya pertandingan ini... Mirza berlari menghampiri Hamida Mariam
Makani... dan Surya langsung memanfaatkan kesempatan ini... dia bergeser dan
duduk tepat di sebelah Sukanya....
Jalal senang
melihat wajah Jodha yang bersinar gembira.... Wanita itu memberikan kebahagiaan
luar biasa pada Jalal... Sifatnya yang selalu memikirkan orang lain... Jalal
tahu dengan jelas bahwa kemenangannya adalah kebahagiaan untuk Jodha... Jalal
makin merasa tersanjung saat dilihatnya Raja Bharmal juga gembira dengan
kemenangannya... bisa dikatakan sedikit demi sedikit dia telah menjadi bagian
dalam keluarga ini...
Tiba saatnya pada
putaran terakhir pertandingan ini... dengan tantangan yang makin sulit... Memanah
ke arah bola yang bergerak sambil mengendarai kuda... keduanya telah siap di
atas pelana kuda... Jalal dan Jodha saling mencuri pandang sebelum start....
lalu keduanya mulai bergerak dalam kecepatan yang sama... Ada banyak bola yang
mengayun di udara... Jalal dan Jodha mulai mengambil ancang-ancang... Keduanya
memanah tepat sasaran... Akhirnya waktu pertandingan telah usai... keduanya
turun dari kuda... saatnya penilaian... anak panah siapa yang paling tepat
mengenai sasaran....
Setelah dinilai...
dengan mengejutkan... Raja Bharmal mengumumkan... ”keduanya berhasil mengenai
sasaran sama tepatnya dengan jumlah anak panah yang sama pula... Maka
kuputuskan mereka berdua adalah pemenangnya..”
Rana Pratap
bangkit dari kursinya sambil bertepuk tangan dan berkata... ”Raja Sahib, aku
sangat terkesan dengan kemampuan memanah dari Jamaisa-mu... Sungguh, dia adalah
prajurit yang hebat dan pasangan serasi bagi Jodha... tapi keduanya tidak bisa
menjadi pemenang... Aku dengar Shahenshah pernah menantang Jodha bahwa dia bisa
mengalahkan Jodha dalam pertandingan memanah dan dalam pertarungan seorang pria
harus selalu lebih unggul dari wanita... Jadi harus kukatakan bahwa Jodha lah
pemenangnya... Putri Rajput kita adalah pemenangnya... ” Seluruh Raja Rajvanshi
setuju dengan pernyataan itu...
Jalal dengan
bangga berkata..” Ranaji.. Aku setuju dengan apa yang baru saja kaukatakan... Aku
sangat bangga pada Begum Mughal-ku... Malika E Hindustan... yang bisa
mengalahkan semua orang dalam memanah... Aku bangga akan hal itu... Pada
kenyataannya dia tidak menang tapi ya dia menang menurut teorimu... Dalam hal
ini, aku patut berbangga pada kemenangan Begum-ku..”
Dengan nada sinis,
Rana Pratap berkata... ”Jadi Shahenshah Mughal telah mencicipi kekalahan untuk
pertama kalinya dari seorang Putri Rajvanshi... Aku senang kau tahu betapa
tangguhnya seorang Rajvanshi... dan jangan pernah lupakan itu..”
Mendengar
perdebatan mereka di depan khalayak ramai... Bharmal... Hamida.... Mirza... seluruh
anggota keluarga merasa terluka...
Jantung Jodha
berdebar saat Jalal menerima kekalahannya... Di depan seluruh Rajvanshi, Rana
Pratap mengambil kesempatan itu mempermalukan Jalal meski dia sudah melihat
kemampuan hebatnya... air mata jatuh di wajah Jodha mendengar hinaan rana
Pratap..
Ekspresi Jalal
penuh amarah tapi dengan nada yang terkendali dia berkata, “Ranaji... terima
kasih sudah mengingatkanku betapa tangguhnya seorang Rajvanshi... Aku paham
betul... Aku selalu ingat kekuatan setiap teman dan musuhku... Aku tidak pernah
menganggap enteng semua musuhku.... itulah kenapa Jallaluddin Mohammad tak
pernah terkalahkan dalam pertempuran..”
Abdul bangkit... Dia
tidak bisa terima semua Raja-Raja itu menertawakan temannya.. Darah pejuangnya
bergejolak dalam emosi... Dia berteriak kencang..”TIDAAK.”