Jo” Jalal mulai cemas.
Ia merutuki dirinya kenapa bisa secepat ini untuk melamar
gadisnya. Jalal tahu betul bahwa Jo sering membuat laki-laki patah hati dari
Ulfah. Bagaimana jika Jo menolakku. Batin Jalal saling beradu.
Jo melihat mata Jalal yang agak sedih, dan ia tak tega
lama - lama mengerjai Jalal yang mulai frustasi karena lamarannya tak kunjung
dijawab.
“Hahaha wajahmu lucu sekali Jalal. Mana mungkin aku
menolak laki-laki yang memelas sepertimu” balas Jo dengan memegangi perut nya
yang sakit karena banyak tertawa.
“Nona ini tidak lucu, kau mengerjaiku saat ini” Jawab
Jalal kesal dengan ulah Jo.
“Maafkan aku Jalal, aku hanya tak mau moment indah ini
menjadi sangat kaku mengingat wajahmu yang dingin seperti tadi”
(Jodha mendekat ke arah Jalal dan berbisik ke
telinganya.)
“Aku menerimamu dan segala keromantisan tadi Tn Jalal
Zavier”
Wajah Jalal kaget sekaligus senang, tak menyangka kalau
Jo akan berbisik untuk membalas lamarannya. Membuat mereka sangat dekat.
“Terimakasih Jo” balas Jalal setelah menyematkan cincin
putih berlambangkan JJ di tangan wanita yang menjadi kekasihnya beberapa menit
lalu itu.
Jo merasa kepalanya sangat pusing, dan rekaman
kebersamaan mereka 7 tahun silam bermuculan di ingatannya.
-----------------------------------------
|
“Jo
kau duduk disana suatu saat nanti aku akan melamar gadisku dengan sebuah lagu romantis
dan kata indah yang belum pernah didengar seorang pun selain dia” ucap Al
bergebu-gebu.
“Halah mana bisa orang sepertimu menjadi romantis yang ada gadis itu
mati ditempat mendengar suaramu Hahaha” sahut Jo meledek Al dan tertawa
terpingkal-pingkal setelah melihat perubahan raut wajah Al.
“Aku akan membuktikannya padamu, kalau perlu kau sendiri yang
menjadi saksi di hari bersejarah itu.”kata Al tak mau kalah.
“Oke..oke..baiklah. Kita lihat saja nanti, semoga Tuhan berkenan untuk mengabulkan keinginanmu agar tak malu di depanku nanti. Hahaha”ucap Jo masih terkekeh.
---------------------------------------
Memory itu tampak samar Jo tidak tahu apa yang terjadi
pada dirinya saat ini. Dan siapa pria itu? “Awww”jerit Jo.
***
Ia bangun karena merasa silau mendapati mentari pagi
masuk dari balik celah jendela dan melihat sekeliling ruangan yang asing
baginya. Kepalanya masih terasa pusing, ia mencoba mengingat kejadian semalam
tapi itu malah membuat kepalanya bertambah sakit. Tiba-tiba Ulfah datang
memasuki kamar,,,
“Bagaimana kondisimu kini Jo? Apa sudah merasa baikan?
Kami sangat khawatir melihat keadaanmu semalam”cerocos Ulfah.
“Apa yang terjadi denganku, kenapa aku bisa disini?
Bukankah semalam aku berada di pantai bersama kalian?”
“Iya, setelah Jalal memberimu suprise semalam, kau
pingsan dan kami langsung membawamu ke cottage”
Tidak salah Jalal mengajaknya ke Pantai ini. Pantai ini
sangat indah sehingga tidak heran Pantai Parai Tenggiri ditetapkan sebagai kawasan
wisata hijau dengan sebutan parai green resort. Menurut pencarian Jo di google
sebelum ia berangkat, nama Parai Tenggiri diberikan oleh Presiden pertama RI
yaitu Ir.Soekarno. Parai yang dimaksudkan oleh Ir.Soekarno adalah “surga”.
Sementara Tenggiri diambil dari ikan tersebut karena waktu Ir Soekarno
diasingkan di Pulau Bangka, Presiden dengan rombongannya waktu itu berdikusi
sembari membakar ikan tenggiri sebagai menu utamanya.
Sebenarnya kemarin mereka akan bermain di pantai, karena
kondisi Jo yang tidak memungkinkan Jalal memutuskan untuk menundanya hingga
hari ini. Jalal dan Fikri telah siap dengan kaos tak berlengan dan celana
boxernya, sedang Jodha dan Ulfah tak kalah keren dengan celana pendek sebatas
paha dan kaos hijau yang mereka beli bersamaan waktu itu. Setelah sebelumnya
mengoleskan krim di tubuh masing-masing agar tidak kering saat bersentuhan
langsung dengan mentari.
“Hei para nona cepatlah berdandan jangan membuat kami
menunggu lama disini!”teriak Fikri dari balik pintu kamar Ulfah dan Jodha.
“Aduh dia berisik sekali sih Jo, gak ngerti urusan
perempuan apa?”dumel Ulfah dengan suara kecil.
“Aku udah siap ya Fah, kamu aja yang lama. Daaa……”ucap Jo
segera berlalu dan membuka gagang pintu. “Eh tunggu Jo, topi yang aku bawa
kemarin mana sih?”Ulfah masih mondar-mandir mencari sesuatu.
“Mana aku tahu….”jawab Jo menggendikkan pundaknya sambil
terkekeh, "Buat apa sih pakai topi segala?"lanjutnya.
"Biar kulit wajah aku gak hitam dong Jo, kamu ini gimana?"
"Ya ampun Ulfah, sebenarnya kamu pernah ikut pelatihan gak sih? Sama panas aja takut, kita itu udah terlatih! Kamu ingat kita militer."katanya dan keluar menuju Fikri.
"Apanya militer?"tanya Fikri bingung.
"Ngg....ngga kok. Aku tadi lagi ngomong BINDER kok jadi MILITER sih Fik?"jawab Jo menutupi kealfaannya, "Aduh keceplosan lagi, kalau Fikri mendengar semuanya tapi pura-pura tuli gimana?"kata hati Jo.
"Ohh iya ya, berarti aku salah dengar. Maaf.."katanya polos.
“Ayo buruan aku udah siap.”kata Jo. “Loh Ulfah nya mana? Dia gak jadi ikut kita hari ini?”tanya
Fikri heran.
“Tenang aja nanti dia juga hadir dengan sendirinya,
ayolah jangan menunda lebih lama lagi..”ucapnya sembari membuyarkan kebingungan
Fikri menuju ke depan menemui Jalal. Terlihat di depan cottage Jalal sedang
bercengkrama bersama seorang pria yang sudah cukup tua, entah untuk apa. Dan setelah
melihat kedatangan kami pria itu langsung pergi.
“Hem…kamu lagi ngomongin apa?”tanya Jo sambil berdehem.
“Gak ada, cuman sesuatu urusan yang gak terlalu penting
dan harus dibicarakan”
“Oh bisa gitu ya”kata Jo seraya menganggukan kepala tanda
mengerti.
“Ya sudah, ayo kita ke pantai nanti kesiangan dan lebih
terik lagi.”kata Jalal dan kami pun jalan sejajar.
TIBA-TIBA
“Hei Jodha, Jalal, Fikri tungguin aku!”teriak Ulfah dari
arah belakang dengan berlari.
“Tuh Fik apa kata aku, dia datang sendiri kan tanpa
dicari atau ditungguin.”kata Jodha tersenyum penuh arti.
“Jahat kamu Jo, aku cariin di dalam hilang ternyata sudah
jalan sejauh ini mana gak tungguin aku lagi. Tadi kan aku cuma lagi mencari
topi, terus gak ada. Apa kamu yang menyembunyikan topiku ya?”jelasnya panjang
lebar sambil menyelidik.
Jo menepuk bahu Ulfah “Sembarangan kamu menuduh aku,
lagian ngapain juga sih pakai topi. Aneh!!!”
“Udah…udah…kalau kita mendengar ributan kalian berdua
kapan selesainya, yang ada kita berempat gak jadi pergi.”sambar Jalal kesal.
“Let’s go”ucap Jo semangat dan menarik pergelangan tangan
Jalal sambil berlari menyusuri hamparan pasir putih.
“Ehhmm….Ehmmm….Ehhmmm….yang baru jadian auranya beda sama
kita.”ledek Fikri membuntuti di belakang.
“Ehh maaf..”kata Jo melepaskan genggaman tangannya dan
kini wajahnya telah bersemu merah. “Aduh Jo, bikin malu aja sih. Harusnya kan
Jalal yang pegang tangan kamu, ini malah terbalik.”batinnya menyalahi diri
sendiri.
“Awas kamu Fik, merusak suasana romatis orang saja”geram
Jalal dalam hati.
Sesudahnya kami pun bersenang-senang menikmati indahnya
pesona air parai tenggiri dengan menaiki jetski dan banana boat yang penuh
dengan cerita dan makna. Kalian pasti akan merasakan serunya jika merasakan
sendiri (Maaf untuk kali ini pengalaman menyenangkan mereka berempat tak dapat
digambarkan, karena masih banyak cerita yang belum diceritakan. Hehehe).
Setelah mereka menginap beberapa hari disini dan menjelajah
hampir semua wisata alam yang daerah ini suguhkan untuk para mata manusia, mereka
siap untuk pulang. Masing-masing bersiap merapihkan baju serta barang bawaan.
Jodha dan Ulfah terlihat sibuk di dapur untuk menyiapkan bekal selama
diperjalanan. Sedangkan Jalal dan Fikri memeriksa kesiapan mobil. Setelah semua
siap, kepulangan pun diadakan sebelumya mereka berdoa agar lancar.
***
Arkan, kakak Jalal akan meminang kekasih pujaannya Askana
Dariazafat gadis berdarah Spanyol dan Indonesia. Lahir di tanah Jawa, dan besar
di Spanyol. Kepintarannya tidak diragukan lagi, ia berprofesi sebagai Dosen muda
di Univertas Indonesia. Sisa 1 hari menjelang prosesi penikahan, segala
keperluan telah dipersiapkan secara matang. Ayah dan Ibu Jalal juga sudah
datang di Jakarta, mereka tidak sabar melihat anak dan calon menantunya bersanding
di pelaminan.
“Jo besok kak Arkan akan menikah, aku tidak mau tau kau
harus meninggalkan celana jeans dan baju kemejamu itu. Berdandanlah sekali-kali
Jo, jadilah wanita feminim yang anggun.” Jalal yang tiba-tiba datang ke
apartemen Jodha dan langsung merebahkan dirinya di sofa empuk milik Jodha.
“Jalal kau ini apa-apaan sih, masuk tiba-tiba bukannya
mengetuk pintu dulu atau ucapkan salam. Dan sekarang kau mengomentari
penampilanku selama ini. Memangnya ada yang salah dengan penampilanku? Aku
nyaman dengan apa yang aku pakai” tanya Jo dengan tampang polosnya sedikit
kesal.
“Bukan begitu nona, malam ini di acara pernikahan kak
Arkan aku ingin mengenalkanmu pada
seluruh keluarga besarku. Dan kau belum pernah bertemu dengan orang tuaku bukan?
Ayolah Jo kali ini saja, aku ingin melihatmu dengan gown yang indah. Pasti kau
akan terlihat sangat cantik” jawab Jalal yang menerawang sambil sesekali
mengeluarkan senyumnya membayangkan Jo memakai gown.
“Kau tahu kan, gown itu hanya akan menyusahkan gerakku.
Aku tidak ingin terlihat konyol Jalal. Aku tidak terbiasa, bagaimana kalau aku
terlihat seperti badut saat memakai gown, sepatu berhak dan make up yang
membayangkan nya saja aku ngeri” Jo bergidik ngeri saat membayangkan ia memakai
pakaian yang Jalal inginkan.
“Hahaha Jo lihatlah tampangmu di cermin, kau terlalu
berlebihan menganggap kalu gown itu hal yang menakutkan. Sekarang ikut aku ke
suatu tempat, aku akan mengenyahkan pikiran menakutkanmu itu tentang gown”
jawab Jalal sambil terkekeh dan menarik tangan Jo untuk mengikuti nya keluar.
“Jalal tunggu, mau kau bawa kemana aku?” tanya Jo
penasaran.
“Diam saja nona cerewet kau akan tahu nanti” masih dengan
mengenggam tangan Jo untuk menuju basement.
Akhirnya mereka sampai ke salah satu butik, itu yang terlihat
dari luar oleh Jo. Jalal masih saja mengenggam tangan Jo sampai masuk kedalam
butik yang cukup mewah. Datang seorang perempuan dewasa yang belum terlalu tua berwajah
teduh, mengenakan jilbab dan sepertinya ia sang pemilik butik. Wanita ini pun menghampiri
mereka.
“Bu Asiah bisa bantu aku untuk memilihkan baju untuk
wanita disampingku ini. Untuk pernikahan kak Arkan nanti malam, aku yakin kau
sudah tak sibuk lagi. Persiapan kak Arkan telah kau selesaikan bukan?” tanya
Jalal.
“Tentu Jalal, baiklah gadis cantik mari ikut aku, dia
hanya perlu didandani sedikit agar terlihat sempurna” ucap orang yang bernama
Asiah itu.
“Jalal sudah kukatakan aku tak mau, baju di apart ku
masih banyak, aku pakai salah satu bajuku saja ya. Ini hanya akan merepotkanmu
Jalal” tolak Jo memelas.
“Kali ini kau tidak bisa menolakku Jo” Jalal mendorong Jo
agar mau mengikuti Bu Asiah yang sudah berjalan di depan mereka. Sementara Jalal
duduk sambil menunggu.
Satu jam kemudian Bu Asiah dan Jo telah kembali dengan
sekantung barang di tangan Jo.
“Sudah siap sekarang silahkan pulang, aku yakin nanti
malam keluargamu akan takjub melihat gadis pilihanmu ini yang cantik dan anggun”
usir Bu Asiah sambil meledek Jalal.
“Terimakasih Bu, aku yakin hasilmu tidak akan pernah mengecewakan..Hehehe”balas
Jalal berbisik sedangkan Bu Asiah hanya tersenyum geli.
Mereka berdua pamit dan pulang menuju tepat parkir mobil
Jalal tadi, Jo yang dari tadi bingung akhirnya mengeluarkan pernyataan, “Apa
yang kau bicarakan dengan Bu Asiah tadi?”
“Tidak ada”
“Jangan-jangan kau ingin berniat buruk denganku, untuk
menyuruhku memakai gown ini dan terlihat aneh di depan seluruh keluargamu”kata
Jo sambil menyodorkan paperbag-nya.
“Oh nona, lagi-lagi kau berfikir buruk tentangku.
Ayolah,,,mana mungkin kekasih pujaanmu akan membuat dirimu malu”kata Jalal
membela dirinya.
“Lihat saja kalau yang aku pikirkan nanti sampai
benar-benar terjadi…”
“Apa ancamanmu kali ini????”tanya Jalal.
“Aku akan mengunci rapat pintu apartemen dan menghambat
pergerakanmu agar tidak bisa menemuiku dan menolak semua panggilan dari pria
bernama Jalal Zavier…”balas Jodha meninggikan suaranya.
“Owh…owh…owh…aku takut jika semua itu akan terjadi. Tapi
apa kau yakin untuk menjauh dariku?”
“Sangat”kata Jo mantap dan ia langsung masuk kedalam
mobil mendahului Jalal.
(Maaf ya, part kali ini kurang bahkan tidak memuaskan)