Lanjutan Love In Silence Part 2 ⏩
Saat keluar dari ruang guru, Vina langsung menghampiriku. "Ada apa Jo?" Aku menghela nafas berat sebelum menjawab pertanyaannya. "Aku jadi perwakilan sekolah, buat lomba debat Bahasa Arab minggu depan". "Waah alhamdulillah, selamat yah. Semoga kamu bisa mengharumkan nama almamater kita. Tapi kok dari tadi aku lihatin muka kamu kayak gugup gitu?"
Vin masalahnya yang ngebimbing aku itu bukan pak Ahmad tapi pak Jalal bisa-bisa aku nggak bisa tidur semaleman. Teriakku dalam hati.
"Jo, kamu nggak apa-apa kan..?" Ucapan Vina membuyarkan lamunanku. "A-aku nggak apa-apa kok. Kita ke kelas aja yuuk" Ku rangkul tangannya menutupi kegugupan ku.
Saat di depan kantin kami berpapasan dengan pak Jalal. "Assalamu'alaikum pak" "Wa'alaikumussalam, kamu Jodha kan?" "Iya pak saya Jodha" ku jawab dengan sopan
"Saya di beri amanah oleh pak Ahmad untuk membimbingmu dalam perlombaan debat Bahasa Arab". "Iya pak, barusan pak Ahmad juga sudah ngasih tahu saya". "Oke kalau gitu nanti pulang sekolah saya tunggu kamu di ruang PPL, untuk mulai bimbingan". "Siap pak".
Setelah pak Jalal meninggalkan kami Vina mulai angkat suara.
"Loh kok kamu di bimbing sama pak Jalal bukannya kalo perlombaan bahasa Arab biasanya kamu di bimbing pak Ahmad"
"Soalnya Vin pak Ahmad lagi sibuk ngurus-ngurus berkas buat nanti akreditasi". Vina pun ber oh ria
Terdengar suara bel yang menandakan waktu pulang telah tiba. Kubereskan dan kumasukkan buku-buku kedalam tas.
"Vin maaf yah, hari ini kita nggak bisa pulang bareng." "Nggak apa-apa Jo, lagian kamu kan ada bimbingan sama pak Jalal." "Oke, aku duluan yah, Assalamu'alaikum..”. "Wa'alaikumussalam."
Tibalah aku di ruang PPL yang berada di lantai dua. Ruang ini di khususkan untuk para PPL beristirahat.
Ku ketuk pintu. "Assalamu'alaikum" tak lama ada perempuan yang membukakan pintu tenyata bu Nurul guru PPL matematika. "Wa'alaikumsalam" "Bu, pak Jalal nya ada?". "Ada dek ayo masuk."
Aku menunggu di atas sofa. Tak lama kemudian pak Jalal menghampiri dan duduk di sofa yang berseberangan dengan ku. Ia membuka laptop dan di letakkan nya di atas meja. "Kemarin saya sudah bicara sama pak Ahmad mengenai perlombaan ini, ada tiga babak yang pertama babak penyisihan, yang kedua babak semifinal, yang ketiga babak grand final." Pak Jalal memulai percakapan dengan suara bass dan sikap nya yang berwibawa.
Aku mengangguk paham, pak Jalal melanjutkan. "Untuk pembelajarannya saya sudah buat powerpoint untuk mempermudah kamu memahami materi”.
Ia menghubungkan kabel proyektor ke laptopnya. Lalu menjelaskan sambil berdiri dan sesekali menekan mouse untuk melanjutkan ke slide selanjutnya. Aku memperhatikannya. MasyaaAllah terlihat tampan dengan baju kemeja panjang yang melekat di tubuh nya dan bagian lengan nya ia gulungkan sampai siku. Baru kali ini aku melihat pak Jalal menggulungkan bajunya padahal kalau sedang mengajar ia terlihat sangat formal.
"Apa kamu mendengar apa yang saya jelaskan."
"I-iya pak.. saya dengar." Gelagapan aku menjawabnya, kalau menurut rumor yang beredar ini lah yang dinamakan gagal fokus. Ckckck.
Pak Jalal kembali menjelaskan.
"Jadi untuk materi hari ini cukup sampai disini besok kita lanjutkan pulang sekolah."
Kok jadi deg-degan gini yah. "Hmm.. pak ini sapu tangan bapak waktu itu ketinggalan." Aku menyodorkan sapu tangannya. "Oh, saya sengaja ngasih sapu tangan itu buat kamu, tidak usah di kembalikan siapa tahu kamu lebih membutuhkannya."
"Kalau gitu makasih pak." "Sama-sama saya duluan yaah, Assalamu'alaikum" ia pergi sambil menenteng laptop nya.
"Wa'alaikumussalam." Aku mengamati sapu tangan ini, mungkin terdengar sederhana hanya sebuah sapu tangan.
Namun bagiku ini sangat berharga karena setiap aku melihat sapu tangan ini teringat kejadian dulu ketika insiden di jalan, saat pertama kali melihat matanya.
*****
Tidak terasa hari ini adalah hari yang ku tunggu-tunggu, itu artinya sudah satu minggu aku di bimbing oleh pak Jalal. Setiap hari bertemu dengannya baru ku ketahui ternyata ada sisi lain dalam kepribadiannya selain ramah ia pun humoris. Berbanding terbalik saat ia tengah mengajar di kelas terlihat kaku dan dingin, tak aneh jika ia terkenal sebagai guru yang killer.
Pagi-pagi aku datang ke sekolah karena tempat perlombaan ada di daerah Bogor jadi untuk menghindari macet kami sengaja berangkat pagi-pagi.
Saat ini aku sedang duduk di kursi depan ruang guru bersama Pak Ahmad dan Bu Nisa. Kami tengah menunggu Pak Jalal, karena jarak yang cukup jauh Pak Jalal membawa mobil nya.
15 menit kami menunggu dan akhirnya tampak mobil Avanza hitam berhenti. Benar dugaanku itu mobilnya Pak Jalal. Ia turun dari mobilnya. Yang membuat aku terkesima yaitu hari ini ia terlihat sangat-sangat tampan dengan baju kemeja pendek kotak-kotak dan celana katun hitam. Ternyata benar kalo orang ganteng itu mau pake baju apapun juga tetep kelihatan ganteng.. Kkkk
"Akhirnya supir kita datang juga." Candaan Pak Ahmad langsung membuatku tersadar. "Barusan isi bensin dulu pak." Pak Jalal menjawab sambil tertawa garing.
Dan disinilah aku. Duduk di kursi penumpang bersama Bu Nisa guru Bahasa Arab kelas sepuluh. Sedangkan Pak Ahmad duduk di samping pak Jalal. "Gimana Jo, kamu siap?" Pak Jalal bertanya sambil mengemudi. Dengan mantap aku menjawab "InsyaAllah siap Pak."
Sepanjang perjalanan aku memilih diam sambil mengulang-ulang materi yang sudah di ajarkan Pak Jalal. Sedangkan Pak Ahmad, Pak Jalal, dan Bu Nisa nampak berbincang-bincang sambil sesekali tertawa karena gurauan Pak Ahmad.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam. Akhirnya kami sampai.
Masih ada waktu 30 menit sebelum acara di mulai. Kami menunggu Pak Ahmad yang sedang mengantri untuk pendaftaran ulang.
Setelah pak Ahmad mendaftarkanku. Aku menuju ruangan yang telah di sediakan panitia untuk para peserta. Sedangkan para pembimbing di sediakan ruangan untuk menunggu.
Setelah beberapa jam aku berjuang. Alhamdulillah aku lolos di babak penyisihan dan babak semifinal.
Sekarang kami sedang beristirahat untuk melaksanakan shalat Dzuhur. Setelah shalat akan ada babak selanjutnya yakni babak grandfinal. Berbeda dengan babak-babak sebelumnya di babak ini tidak di laksanakan di dalam ruangan melainkan di atas panggung dan di saksikan oleh semua pembimbing dan tak lupa juga di saksikan oleh gubernur Jawa Barat, mengingat acara ini di adakan untuk seluruh Madrasah Aliyah se-Jawa Barat.
Ohiya Pak Ahmad dan Bu Nisa pulang terlebih dahulu di jemput oleh pihak sekolah, karena hari ini sekolahku akan melaksanakan akreditasi dan para guru-guru di wajibkan menghadiri akreditasi ini, tapi pengecualian untuk pak Jalal.
Saat berada di atas panggung ku lihat Pak Jalal sedang duduk di barisan paling depan. Ia melihatku sambil mengangguk dan menggerakkan kedua tangannya sebagai isyarat "Tenang Jo, releks.."
Di babak grandfinal ini terdiri dari 5 orang peserta. Dan di sini sudah sediakan kursi serta meja yang diatasnya sudah di terdapat semacam bel.
Bismillah. Ku jawab soal-soal yang di berikan juri menggunakan bahasa Arab dengan tenang dan tepat.
Kini semua peserta dan pembimbing duduk di sebuah aula menantikan siapa yang akan menjadi pemenang untuk tahun ini. aku berbicara pada pak Jalal yang tengah memainkan ponselnya. "Hmmm.. Pak kalau saya nanti kalah. Maaf saya sudah mengecewakan bapak."
Ia melirikku yang duduk di sampingnya sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. "Kalah atau menang itu biasa dalam sebuah pertandingan yang penting kamu sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik karena usaha tidak akan mengkhianati hasil. Lagipula saya justru bangga sama kamu meskipun kita baru latihan selama satu minggu tapi kamu bisa masuk grandfinal. Jangan pesimis gitu saya yakin kamu pasti menang”. Pak Jalal tersenyum meyakinkan.
Pengumuman pemenang akan segera diumumkan, terlihat beberapa orang sedang memindahkan tiga piala ke atas meja. Semoga aku bisa membawa salah satu piala itu.
Terlihat baik pembimbing maupun peserta harap-harap cemas. Dua orang MC maju kedepan sambil membawa sebuah amplop yang ku tebak berisi nama-nama pemenangnya.
Salah satu dari kedua MC itu membuka amplop dan satunya lagi membaca isi nya. "Juara 1 di raih oleh MAN * Bandung. Ananda Jodha Atsilia Haura". Alhamdulillah Yaah Allah. Kemudian MC melanjutkan membaca pemenang kedua dan ketiga. "Untuk ketiga pemenang di persilahkan maju kedepan di dampingi oleh pembimbingnya masing-masing”
"Ayo Jo kita maju ke depan." Tampak suara tepuk tangan memenuhi ruangan ini.
Pak gubernur memberiku piala serta sebuket bunga. Tak lupa momen ini diabadikan. Aku berada di tengah sedang pak Jalal dan pak Gubernur berada di sampingku. Ku pasang senyum manisku di depan kamera.
Acara telah usai dan kami langsung menuju parkiran untuk kembali pulang. Karena kami hanya berdua. Aku duduk di bangku penumpang. Pak Jalal mulai melajukan mobilnya meninggalkan kota Bogor.
Kami berhenti di sebuah rumah makan yang memiliki fasilitas mushola di dalamnya untuk melaksanakan shalat Ashar.
Suasana tampak ramai. Banyak para pengunjung yang datang kesini bersama keluarganya. Pak Jalal memesan satu buah meja untuk kami makan pada pelayan.
Setelah itu ku ambil air wudhu. Mungkin karena di sini daerah pegunungan jadi airnya sangat dingin hampir mendekati air es.
Saat aku masuk mushola, suasana tampak sepi karena waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore.
Saat aku memakai mukena datang Pak Jalal. Karena di sini hanya ada kami berdua maka aku berdiri di belakangnya sebagai makmum.
Ini pertama kalinya aku shalat berimamkan pak Jalal.
Kuteteskan air mata sambil bertanya dalam hati. Bolehkah aku menjadi makmum di kehidupanmu?
Setelah shalat kami menuju meja yang sudah di pesan pak Jalal. Lalu kami menyantap makanan di temani suara gemericik hujan.
Saat ini kami berada di mobil tak banyak percakapan dan suara musisi religi yang populer dengan lagu "Sepanjang Hidup" lah yang mendominasi suasana.
"Rumah kamu dimana?". Ia bertanya sambil melirikku lewat spion
"Di jalan Mohamad Toha pak"
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu setengah jam akhirnya kami sampai di bandung.
Pak Jalal mengantarku sampai rumah dan bertemu dengan ibu.
"Loh kok buru-buru pak, silahkan masuk dulu"
Ia menolak dengan halus tawaran ibuku. "InsyaAllah lain waktu bu, saya pamit dulu Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Saat kami masuk ke rumah. Ayah yang tengah duduk di kursi dan bertanya padaku."Yang tadi itu gurumu Jo?"
"Iya yah, beliau yang ngebimbing Jodha buat lomba ini" ku jawab setelah mencium tangan ayah terlebih dulu.
"Kamu mandi terus wudhu gih, bentar lagi shalat maghrib" ibu menimpali
"Iya bu".
Setelah shalat aku bergabung dengan ayah yang sedang menonton televisi ditemani ibu.
"Gimana tadi kak lombanya?" Fahmi bertanya sambil duduk di sampingku.
"Lancar mi. meskipun pas ngejawab soal kakak sempet deg-degan. Tapi alhamdulillah juara satu"
"Alhamdulillah" ujar mereka serempak.
****
Waktu berjalan begitu cepat. Sudah satu semester pak Jalal mengajar disekolahku.
Setahu ku saat ini ia tengah menyusun skripsi.
Aku tengah membaca novel di perpustakaan bersama Vina.
"Jo tolong ambilkan buku merah di atas meja bapak". Pak Dani kepala perpustakaan menyuruhku karena saat ini ia sedang sibuk menghitung jumlah buku.
Saat aku akan mengambilnya ternyata di atas buku merah ini ada sebuah undangan.
Dan alangkah terkejutnya aku saat membacanya.
****
Dalam hening, ku peluk erat bayangmu...
Melalui doa yang selalu ku ucapkan...
Kau tak pernah lupa untuk ku sebut...
Walau kau tak pernah tau bahwa disini, ya aku selalu menyapamu disetiap sujudku...
Berbisik ke arah tanah namun rasa ini menjulang ke langit...
Rasa yang hadir melalui getaran di hati saat mendengar namamu di sebut...
Tanpa tatap, tanpa bicara timbul harapan di hati...
Harapan kepada Allah agar menjagamu...
Menjaga hatimu serta pandanganmu...
Yaa Allah tetapkan lah dia menjadi pria sholeh...
Karena hanya kesholehannya yang mampu memikat hati ini...
Tak perlu bertemu dan bercanda bersama...
Cukup doa yang menjadi penghubung antara kita...
Doa tanpa perantara yang langsung di dengar oleh sang pemilik hati...
(Jodha Atsilia Haura)
Karya: Sasha Citra