Lanjutan Love In Silence Part 1 ⏩
Waktu menunjukkan pukul 14.00 itu artinya semua siswa-siswi di perbolehkan pulang. Tinggal aku berdua dengan Vina yang masih di kelas. Nampak Vina sedang menenteng beberapa buku berjalan ke arahku yang sedang membersihkan kelas. "Jo, mau anter aku ke perpustakaan nggak?". "Ayo Vin, bentar yaah nanggung nih..." Aku menjawab sambil membereskan meja guru.
Saat kami berada di dalam perpus, Vina nampak asyik membaca novel favoritnya, siapa lagi kalau bukan novel karya penulis terkenal yang ceritanya sudah beberapa kali di filmkan. Apa ini waktu yang tepat untuk aku bertanya masalah di masjid tadi, dengan ragu-ragu aku pun bertanya. "Hmmm.. Vin boleh tanya sesuatu nggak?" Ia pun mendongak sambil menyimpan novelnya. "Boleh, mau tanya apa Jo..?" . "Vin dalam islam memang ada yah hukumnya menundukkan kepala?". Vina terkikik mendengar pertanyaan ku. "Loh Vin ada yang salah yah dengan pertanyaan ku". Tanyaku bingung.
ak ada yang salah Jo , tapi lebih tepatnya menundukkan pandangan bukan menundukkan kepala. Dalam islam menundukkan pandangan di kenal dengan nama Ghaddul Bashar". "Oh, terus kenapa kita harus menundukkan pandangan" . "Karena Allah dan Rasul-Nya memerintahkan menjaga pandangan mata, sehingga dengan menjaga pandangan mata kita telah beribadah kepada Allah" jelas Vina. "Terus Vin kalau mandang nya tiba-tiba tapi nggak sengaja itu gimana?". Vina pun tersenyum lalu menjawab. "Dulu ada sahabat yang bertanya tentang pandangan mata yang tiba-tiba dan tanpa sengaja memandang sesuatu yang haram, lalu Rasul pun menjawab: "Palingkan matamu" (HR. Muslim, riyadhus shalihin(1625)). Mungkin untuk lebih jelasnya bisa kamu tanyakan langsung sama ayahmu Jo". Aku pun mengangguk paham "Makasih banyak yaah Vin". Ucapku memeluk Vina. "Sama-sama Jo" Vina menjawab sambil menepuk pundakku.
Sampailah aku di depan rumah kontrakan tempat tinggal ku selama lima tahun belakangan ini. Ku buka pintu seraya mengucap salam "Assalamu'alaikum..", "Wa'alaikumussalam.." terdengar suara ayah dari arah kamar.
Ku simpan tas dan sepatu lalu setengah berlari menuju kamar ayah. Terlihat ayah sedang berbaring sambil membaca Al-Qur'an kecil di tangannya. Ayah menderita penyakit liver sejak satu tahun yang lalu, karena keterbatasan biaya kami hanya mampu mengobati ayah di rumah menggunakan obat tradisional.
Aku tersenyum lalu menghampirinya. "Yah, ibu sama Fahmi kemana?", "Ibumu sedang berjualan kalau adikmu barusan pergi mau kerja kelompok katanya". Sejak ayah sakit ibu lah yang menjadi tulang punggung keluarga dengan berjualan kue-kue buatannya.