Kulangkahkan kaki ini menuju tempat ku bekerja yakni di salah satu Rumah Sakit pemerintah yang berada di kawasan Bandung.
Setelah sampai di depan pintu masuk Rumah Sakit seorang satpam menyapaku "Pagi dok" sapa nya dengan sopan. Lalu ku jawab dengan senyum ramah "Pagi pak Samuel".
Satu tahun yang lalu aku lulus dari salah satu Universitas ternama di Jerman dan bekerja di Rumah Sakit ini sekitar sembilan bulan yang lalu.
Aku berjalan melewati koridor-koridor rumah sakit sambil sesekali menjawab beberapa orang yang menyapaku. Menikmati pekerjaan sebagai seorang dokter membuatku terus bersyukur.
Bisa membantu orang-orang yang sedang dalam keadaan tidak sehat dan juga berkat pekerjaan inilah aku bisa memenuhi kebutuhan ibu dan adik-ku yang tengah duduk di bangku kuliah. Fabiayyi aalaairabbikumaa tukadzibaan (Maka nikmat tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?).
Setelah sampai di ruangan ku, ku sampirkan jas putih kebesaran ku ini di kursi dan memperbaiki kerudung yang ku kenakan.
Tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu sambil membukanya seraya mengucapkan salam "Assalamu'alaikum dokter Jodha" suster Ratna menyapaku dengan senyum ceria nya. Aku pun mendongak "Wa'alaikumussalam suster cantik", setiap aku memanggilnya dengan sebutan itu, wajahnya merona bak kepiting rebus, kkk. Kapan lagi bisa menggoda suster Ratna di tengah kesibukkan kami di Rumah Sakit ini.
"Dokter Jodha hari ini kelihatan beda dari hari-hari biasanya, tampak lebih cantik." Apa aku tidak salah dengar, aku rasa penampilanku hari ini biasa-biasa saja hanya memakai baju gamis berwarna pink soft di padukan dengan kerudung berwarna senada. Atau mungkin dia hanya menggodaku saja. Suster Ratna terlihat tertawa terbahak-bahak ketika melihat ekspresi ku yang nampak seperti orang bingung. "Maaf dok saya cuma menggoda dokter saja, biar pagi-pagi kita releks" Ujar Suster Ratna sambil mengerlingkan matanya.
"Ohiya dok, hari ini dokter Fadli sedang ada tugas di luar kota, jadi untuk beberapa hari kedepan dokter Jodha yang menggantikan beliau." Suster Ratna memberitahuku jadwal hari ini dan beberapa hari kedepan. Berhubung Rumah Sakit ini hanya memiliki tiga dokter spesialis bedah yaitu aku, dokter Fadli dan dokter Ayu yang sedang cuti melahirkan. Maka mau tidak mau aku harus menggantikan beliau sementara waktu.
Aku mengangguk sebagai tanda paham. "Oh iya suster sudah sarapan belum?" aku bertanya karena biasanya suster Ratna jarang sarapan di rumahnya.
"Belum dok jawabnya di sertai cengiran lucu." Ohiya Suster Ratna ini tiga tahun lebih muda dariku.
"Sarapan bareng saya yuk di kantin, kebetulan barusan di rumah saya tidak sempat sarapan." "Boleh dok, tapi dokter yang bayar yaah" dia memasang wajah puppy eyes. Aku pun mengangguk, tak apa sesekali mentraktir toh ini juga baru tanggal muda.
Baru saja aku tiba di kantin, tiba-tiba suster Aliya menghampiriku dengan berlari tergopoh-gopoh "Dok barusan ada korban kecelakaan, pasien mengalami luka yang cukup serius di bagian kepala. Kami sudah memindahkan pasien ke ruang operasi." Tiba-tiba tubuh ku mendadak lemas mungkin akibat belum sempat sarapan.
Dengan sedikit berlari aku menuju ruang operasi. Setelah sampai aku mencoba mengecek denyut nadi pasien. Seorang perempuan paruh baya yang ku taksir usianya hampir sama dengan ibuku. Beliau mengalami pembekuan pembuluh darah di kepala akibat benturan yang cukup keras.
Alhamdulillah sekitar empat jam operasi berjalan lancar. Dan sekarang pasien sudah di pindahkan ke ruang rawat inap.
Saat aku tengah memeriksa denyut nadi nya menggunakan stetoskop. Tiba-tiba pasien yang bernama bu Farah menggerakkan jari tangannya. Alhamdulillah beliau sudah siuman. "Saya dimana?" bu Farah bertanya dengan suara lirih. Lalu ku jawab dengan suara lembut "Ibu sekarang ada di Rumah Sakit, barusan ibu mengalami kecelakaan."
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu seraya mengucapkan salam "Assalamu'alaikum.." "Wa'alaikumussalam" ku jawab sambil menengok ke arah sumber suara. Dan muncullah sesosok pria berperawakan tinggi dan tegap di lengkapi kemeja putih yang melekat di tubuh nya. Saat kedua mata kami bertemu alangkah terkejutnya melihat pria yang selama ini sering ku sebut dalam setiap doaku. Memori-memori beberapa tahun lalu terus menari-menari di kepalaku.
Flashback
Kulangkahkan kaki menuju tempat dimana sudah dua tahun aku mencari ilmu di tempat ini yakni di salah satu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang ada di kawasan Bandung.
Namaku Jodha Atsilia Haura atau biasa dipanggil Jodha, aku duduk di bangku kelas 12 semester satu. Dua tahun yang lalu aku mendaftar di sekolah ini lewat jalur undangan.
Setiap hari nya aku berjalan kaki karena jarak sekolah dari rumah ku tidak teralu jauh. Di tengah perjalanan menuju sekolah, tiba-tiba di sampingku sebuah mobil melintas. Karena semalam turun hujan, akhirnya genangan air membasahi sebagian seragamku. Innalillah seragam yang sudah ku setrika tadi pagi terlihat memprihatinkan.
Mobil tersebut berhenti kemudian turun sesosok pria mungkin itu pemiliknya. Dia berjalan ke arahku "Dek tidak apa-apa?" tanya nya dengan nada khawatir, yang benar saja apa dia tidak melihat keadaan ku. Mau marah tapi sangat tidak sopan karena dia terlihat lebih tua dariku. Akhirnya akupun mendongak dan saat kedua pasang mata kami bertemu sejenak aku tertegun belum pernah aku melihat mata seperti itu tajam dan seperti mewakili sikap pemiliknya yakni misterius dan tegas namun segera dia memalingkan wajahnya begitupun aku, dengan gugup aku menjawabnya . "Saya tidak apa-apa pak, hanya saja seragam saya jadi basah dan kotor."
Dia mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya. Dan mengulurkannya kepadaku "Ini dek untuk membersihkan sisa lumpurnya." Dengan ragu-ragu aku pun mengambilnya "Terimakasih" ucapku dengan sopan. "Saya minta maaf atas kecerobohan saya barusan" dia berkata dengan nada menyesal.
"Tidak apa-apa pak, saya juga salah karena kurang berhati-hati". "Kalau begitu saya pergi dulu. Assalamu'alaikum" pamitnya. Lalu ku jawab "Wa'alaikumussalaam."
Setelah mobilnya melesat, baru kusadari ternyata sapu tangannya masih berada di tanganku. Mungkin pria itu sedang terburu-buru hingga melupakan sapu tangannya.
Akhirnya aku terpaksa pergi ke sekolah dengan kondisi seperti ini. Untungnya hanya rok ku saja yang terkena cipratan air.
Setelah tiba di sekolah aku langsung masuk dalam barisan untuk mengikuti upacara hari senin. Ada yang tidak biasa pada upacara kali ini. Karena ini awal semester jadi banyak mahasiswa dari berbagai Universitas untuk melaksanakan program PPL (Program Pengalaman Lapangan).
Program tersebut bertujuan untuk mempersiapkan tenaga pendidik yang profesional.
Tapi tunggu dulu mata ku fokus menatap salah satu mahasiswa yang ada di ujung dekat para guru laki-laki. Bukan kah pria itu yang menabrak ku tadi, ralat lebih tepatnya yang mencipratkan air ke seragam ku.
Setelah upacara selesai, aku langsung menuju kelas. "Jodha... kita sekelas" Vina menghampiri sambil memelukku.
Alangkah senang nya hati ini di tahun terakhir di masa SMA bisa sekelas dengan teman lamaku ini.
Vina... Sebenarnya kami berasal dari MTs yang sama tapi mungkin kami di takdirkan untuk kenal lebih dekat di Aliyah.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.45. Sudah masuk jam pertama. Tapi tak ada tanda-tanda akan ada guru yang masuk ke kelas kami. Sambil menunggu guru datang aku mengisi spidol yang biasa di gunakan oleh guru.
"Assalamu'alaikum... " Akhirnya pak Ahmad yakni guru bahasa Arab tiba juga.
"Wa'alaikumsalaam..." ujar kami serempak. Kami semua saling melirik satu sama lain. Mengapa kali ini berbeda. Pak Ahmad tidak datang sendiri melainkan ada seorang pria berbadan tegap yang mengikuti di belakangnya. Setelah ku amati, benar ia pemilik sapu tangan ini.
Aku kembali ke meja ku dan duduk dengan sikap yang hampir sempurna dan sesekali memainkan pulpen.
Setelah pak Ahmad menyimpan tas nya di atas meja guru ia langsung mempersilahkan pria itu untuk memperkenalkan diri.
"Perkenalkan nama saya Jalaluddin Faisal Akbar, panggil saja pak Jalal"
Pria itu memperkenalkan diri didepan kelas yang ia ajar . Kelas 12 IPA A. Dengan suara yang berat seperti suara bass dan sikapnya yang terlihat berwibawa.
Sudah tiga kali aku melihat melihat pria itu. Pertama saat insiden tadi pagi, kedua saat upacara meskipun tidak terlalu jelas karena aku berada di barisan paling belakang, dan terakhir saat ini. Mungkin aku akan melihat pria itu selama enam bulan kedepan.
Pak Jalal lalu bercerita tentang pengalamannya sampai bisa berada di hadapan anak-anak kelas 12 IPA A.
Ternyata pak Jalal tinggal di pondok pesantren Gontor semenjak duduk bangku MTs hingga MA.
Tidak terasa sudah masuk waktu dzuhur. Berhubung Vina sedang dalam keadaan tidak shalat. Maka aku pun sendiri pergi ke masjid.
Setelah sampai di masjid aku bergegas untuk berwudhlu. Tempat wudhlu akhwat (Perempuan) terletak di samping kanan masjid sedangkan tempat wudhu ikhwan (Laki-laki) terletak di samping kiri masjid. Tempat shalat akhwat berada di atas.
Saat aku akan menaiki tangga. Aku berpapasan dengan pak Jalal.
Seperti tadi pagi saat kedua pasang mata kami bertemu. Dia selalu menundukkan wajahnya. Apa ia sering bersikap begitu dengan perempuan lain. Ahh akan ku tanyakan pada sahabat ku Vina, ia pasti paham dengan hal-hal yang berurusan dengan agama.
Entahlah aku sangat mengagumi sahabatku yang satu itu. Terlihat anggun dengan kerudung besar nya. Kapan aku bisa seperti itu, tapi melihat kondisiku sekarang, aku tersenyum miris. Kerudung yang ku pakai saat ini saja masih tipis. Tapi bukan kah Hijrah itu proses...??
Karya: Sasha Citra