“Aku ingin kamu memakainya lalu kita makan malam bersama, bagaimana?”
sekilas Jodha melirik ke arah Jalal “Kamu yakin baju ini pas untukku?”, “Aku
sangat yakin 1000%!” ujar Jalal sambil mengacungkan tangannya membentuk huruf O.
“Kalau begitu, aku mandi dulu!” bergegas Jodha membawa baju itu kemudian
masuk ke dalam kamar Jalal dan mandi disana, setelah selesai mandi dirapikan
dulu wajahnya dengan make up minimalis dengan rambut yang dibiarkannya terurai “Aku
lebih suka kalau rambutmu terurai seperti ini” Jodha teringat ketika dulu
Jalal memuji rambut panjangnya, setelah urusan make up dan rambut selesai,
Jodha segera mengenakan gaun merah darah pemberian Jalal itu, ketika
dikenakannya ternyata benar, gaun itu sangat pas sekali ditubuhnya, namun
sayangnya ketika hendak menutup resleting paling atas, tangan Jodha tidak bisa
menggapainya.
“Lebih baik aku minta tolong Jalal untuk menutup resleting ini” bathin Jodha sambil menuju ke pintu kamar, begitu keluar dari kamarnya,
dilihatnya Jalal sedang asyik menonton siaran berita di televisi.
“Jalal, aku bisa minta tolong?” Jalal segera menoleh ke arah Jodha, dirinya
merasa takjub begitu melihat Jodha dengan gaun long dress merah tersebut “Apa
yang bisa aku bantu?” ujar Jalal sambil mendekat ke arah Jodha.
“Tolong tarik keatas resleting gaunku ini, tanganku tidak sampai” ujar
Jodha sambil berbalik membelakangi Jalal dan menyibakkan rambutnya kedepan,
Jalal tersenyum begitu melihat punggung Jodha terpapar dengan jelas didepannya,
sesaat Jalal malah menarik retsleting tersebut ke bawah membuat Jodha tersentak
kaget “Jalal...” Jalal tertawa senang melihat kepanikan Jodha kemudian
menggeret resleting tersebut hingga keatas.
“Terima kasih” Jodha segera berbalik menghadap ke Jalal “Kamu cantik sekali
malam ini, istriku... aku sampai sampai tidak percaya melihat kecantikanmu ini
yang sangat luar biasa” Jodha tersipu malu dan berkata “Gombal! Kamu memang
paling bisa berkata kata, sudah siap makan malamnya?” Jalal menyeringai lebar
dengan senyumnya yang menawan.
“Mari, istriku” ujar Jalal sambil memberikan siku tangannya agar digandeng
oleh Jodha, Jodha pun menyambut lengan Jalal dan berjalan bersama menuju ruang
makan.
Malam ini Jalal benar benar menyiapkan makan malam yang spesial untuk
Jodha, hanya diterangi oleh cahaya lilin dan cahaya lampu yang redup, mereka
berdua menikmati makan malam mereka.
“Kamu masih ingat? Dulu 4 tahun yang lalu ketika kita akan merayakan ulang
tahun pernikahan kita yang pertama?” Jodha mengangguk sambil mulai menyuapkan
makanan yang disajikan Jalal “Suasana seperti inilah yang ingin aku berikan padamu
dulu jadi boleh dikatakan telah lunas hutangku padamu” Jodha hanya tersenyum
mendengar ucapan Jalal sambil memegang tangan Jalal yang berada diatas meja
“Malam ini aku juga akan melunasi hutangku” dahi Jalal berkerut.
“Aku rasa kamu tidak mempunyai hutang” ujar Jalal sambil membalas pegangan
tangan Jodha dan mematutkan kedua jemari mereka berdua “Aku punya hutang yang
harus aku bayar, Jalal” ujar Jodha sambil tersipu malu.
“Malam ini aku siap, siap menjadi istrimu kembali lahir dan bathin” deretan
gigi putih Jalal yang rapi langsung terlihat dari senyumannya yang lebar begitu
mendengar ucapan Jodha.
Setelah selesai menikmati makan malam mereka, Jalal segera berdiri dan
melangkah menuju ke ruang keluarga yang tidak bersekat dengan ruang makan,
Jodha bisa melihat Jalal sedang memutar sebuah lagu dari tape decknya dan
memutar sebuah video yang berisi foto foto dan cuplikan video kebersamaan
mereka berdua dulu, Jodha terperangah melihat video tanpa suara itu yang hanya
menampilkan gambar gambar mereka berdua.
Jalal segera mendekat kearah Jodha dan menggandeng tangannya “Video ini
seharusnya sudah aku putar 4 tahun yang lalu, sebenarnya ini bukan yang asli,
ini salinan sedangkan yg asli sudah hancur berkeping keping bersama motor
kesayanganku dulu” Jodha terharu mendengarnya.
“Untungnya kamu buat salinannya” ujar Jodha sambil tertawa kecil untuk
menahan tangisnya, Jalal hanya tersenyum kemudian didekatkannya tubuhnya ke
tubuh Jodha sambil memegang dagu Jodha lembut, Jodha hanya tersipu malu, Jodha
merasa kalau mereka ini baru pertama kali bermesraan seperti ini, jantung Jodha
berdebar sangat kencang, gemuruh di dadanya bisa dirasakannya, apalagi ketika
Jalal semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Jodha sambil memegang pinggang Jodha
dengan kedua tangannya, sedangkan kedua tangan Jodha ditaruhnya diatas bahunya,
perlahan dalam diam mereka menikmati alunan musik yang membuat mereka terlena
satu sama lain.
“Kamu bilang, kamu ingin ngobrol banyak denganku” ucapan Jalal memecah
kebisuan mereka, sambil terus menikmati alunan musik dengan gaya dansa mereka
yang pelan tapi intens.
“Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku sangat mencintaimu papanya Salim,
tapi jujur setelah malam ini aku harus kembali rela berkorban berbagi dirimu
dengan orang lain” Jalal segera menutup mulut Jodha sambil menggelengkan
kepalanya “Tidak ada yang akan berbagi, diriku seutuhnya adalah milikmu,
pernikahanku dengan Rukayah hanyalah formalitas belaka dan hanya sebagai
pemenuhan janjiku semata” Jodha kaget dengan apa yang di ucapkan Jalal, dicarinya
kesungguhan di balik manik manik mata Jalal, Jalal menatapnya penuh cinta
kemudian didekatkan dahinya di dahi Jodha.
“Jodha, kamu harus berjanji padaku, apapun yang terjadi kamu tidak akan
meninggalkan aku lagi seperti kemarin, aku bisa gila bila aku kehilanganmu”
Jodha segera menghentikan ayunan dansanya dan menatap Jalal haru kemudian
memeluknya erat “Aku janji, aku akan selalu menjadi istrimu, berada disampingmu
dalam keadaan susah dan senang walaupun memang dengan cinta saja nggak cukup
(when love is not enough) tapi aku akan berusaha semampuku untuk membahagiakan
kamu, suamiku” Jalal membalas pelukkan Jodha erat sambil mencium rambut Jodha
dari belakang telinga, kemudian melepaskan pelukkannya dan menatap Jodha yang
saat itu tertunduk malu, Jalal tertawa nakal.
Tanpa menunggu waktu lama diciumnya dahi, kedua bola mata Jodha yang
terpejam, kedua pipi dan bibir Jodha yang mungil, Jodha yang masih tersipu malu
segera memalingkan muka begitu Jalal mendaratkan ciumannya dibibir, kembali
Jalal tertawa nakal dan teringat ketika pertama kali mereka melakukan malam
pertama, tingkah Jodha sama seperti ini malu tapi mau dan tak lama kemudian
Jalal segera menggendong Jodha dalam pelukkannya, sontak Jodha kaget namun
akhirnya pasrah ketika Jalal membawanya menuju ke kamar mereka.
Begitu sampai diranjang, Jalal segera membaringkan Jodha perlahan lahan,
gemuruh di dada Jodha semakin berdebar sangat kencang, apalagi ketika tiba tiba
Jalal membaringkan dirinya disebelahnya berada tepat diatas Jodha, Jodha segera
bangun dan terduduk ditempat tidur, Jalal tertawa nakal.
“Kamu masih sama sepeti yang dulu, selalu malu malu kalau mulai kuajak
bermesraan” ujar Jalal sambil ikut terduduk disebelah Jodha, Jodha tidak
membalas ucapan Jalal, Jalal membelai lengan Jodha secara bolak balik keatas
kebawah dengan lembut, membuat bulu kuduk Jodha merinding kemudian diciuminya
bahu dan punggung Jodha dari arah belakang, Jodha hanya bisa memejamkan matanya
sambil menahan nafas apalagi ketika Jalal mulai membuka retsleting bajunya
hingga ke pinggang dan menciumi punggung dan pinggangnya yang terpapar jelas
didepan Jalal.
Lagi lagi Jodha hanya bisa pasrah kemudian Jodha memutar tubuhnya 90
derajat kearah belakang lalu menghentikan upaya Jalal mengeksplor tubuhnya
bagian belakang, Jalal menatap wajah istrinya ini penuh dengan cinta dan
tuntutan atas kerinduan yang begitu mendalam yang telah ditahannya selama 4
tahun ini, kemudian dibaringkannya kembali tubuh Jodha diranjang, Jodha
menurut, lama mereka saling berpandangan dalam diam, hanya mata mereka yang
berbicara penuh cinta sambil saling membelai wajah mereka satu sama lain.
“Aku sangat mencintaimu nyonya Jalal”, “Aku juga sangat mencintaimu tuan
Jalal” perlahan Jalal mencoba memenuhi bibir Jodha dengan bibirnya, secara
lembut dan bertahap, Jalal mencoba mengulangi moment moment indah mereka dulu,
serangan bibir Jalal yang intens akhirnya mampu meluluhkan benteng pertahanan
Jodha yang sempat tertahan kemarin, rasanya malam ini mereka berdua begitu
lepas memadu kasih, kerinduan keduanya yang tertahan selama 4 tahun ini
terbayar sudah dengan sebuah penyatuan diri mereka kembali hingga mencapai
langit ke tujuh bersama sama.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~