By: Sally Diandra
Keesokan harinya Jalal dan keluarganya mengunjungi Rukayah dirumah sakit
termasuk Jodha dan Salim, sambil menggendong anak semata wayangnya itu, Jalal
memperkenalkan Salim ke Rukayah “Rukayah, lihat siapa yang aku bawa?” Rukayah
terheran heran begitu melihat Jalal datang bersama seorang anak laki laki kecil
dalam gendongannya
“Siapa dia, Jalal?”, “Dia ini anakku, kenalkan...” belum juga Jalal selesai
berbicara, Rukayah sudah memotong ucapan Jalal “Ooo... jadi ini anak yang
dikandung, Jodha dulu?” senyum diwajah Jalal langsung menghilang begitu Rukayah
keceplosan berbicara soal Salim
“Dulu...?” nada suara Jalal terdengar bergetar ketikan menanyakan hal itu,
seperti ada sebuah kekecewaan yang ditahannya “Jodha!” Jodha yang sedari tadi
duduk menunggu didepan kamar Rukayah, sontak kaget begitu Jalal memanggil
namanya sementara Rukayah terlihat salah tingkah didepan Jalal, saat itu kedua
orang tua Rukayah belum datang, hanya mereka berempat yang ada didalam kamar
tersebut
“Ada apa, Jalal?” Jodha segera menyeruak masuk kedalam kamar Rukayah,
dilihatnya Jalal masih menggendong Salim “Bawa Salim keluar, ada sesuatu yang
ingin aku bicarakan dengan Rukayah” Jodha segera mengambil Salim dari gendongan
Jalal dan ketika hendak keluar dari kamar “Jodha, kalau boleh aku tahu, kapan
kamu tahu kalau dirimu mengandung Salim?” sesaat Jodha terdiam lalu menoleh
kearah Jalal dan Rukayah
“Ketika kamu kecelakaan tempo hari, saat itu aku pingsan begitu tahu kamu
kecelakaan, pas aku bangun, dokter yang menolongku mengatakan bahwa aku hamil,
kenapa?” gigi geraham Jalal bergemeretak menahan marah, tangannya mengepal
“Apakah saat itu Rukayah ada disana, menungguimu?” Jodha mengangguk lemah
“Iya, Rukayah ada disana, sebenarnya ada apa ini, Jalal?” Jalal hanya
mengangkat tangannya dan menyuruh Jodha keluar dari kamar
“Bawa saja Salim keluar, Jodha” Jodha menuruti perintah Jalal “Aku menunggu
dikantin rumah sakit” bergegas dibawanya Salim menuju ke kantin rumah sakit,
sementara itu dengan tatapan tajamnya Jalal memandang ke arah Rukayah yang masih
terdiam membisu, Rukayah sadar kalau sebentar lagi Jalal pasti akan marah pada
dirinya “Jalal, bisa aku jelaskan dulu...” Jalal segera memotong ucapan Rukayah
“Apa yang mau kamu jelaskan, Rukayah? Apa? Apakah tentang kebohonganmu selama 4
tahun ini?” nada suara Jalal terdengar tertahan dan marah “Aku tidak menyangka
kalau selama 4 tahun ini, kamu telah membohongi aku! Kamu sebenarnya kamu tahu
kan kalau Jodha hamil, kenapa itu tidak kamu ceritakan padaku Rukayah?”
“Jalal, aku memang tahu kalau Jodha hamil pada saat itu tapi aku kan tidak
tahu apakah anak itu akan lahir atau tidak nantinya, setelah Jodha diusir oleh
Maham Anga” kembali Rukayah keceplosan dengan ucapannya sendiri, senjata makan
tuan, tanpa Rukayah sadari, ucapannya telah menyeretnya pada kebenaran kebenaran
tentang Jodha yang mulai terkuak, memang benar kata pepatah “Mulutmu
harimaumu...”
“Jadi kamu juga tahu, kalau Maham Anga yang merencanakan semua ini? Kamu
tahu kalau Maham Anga yang menciptakan semua rekayasa ini? Hingga aku harus
berpisah dengan anak dan istriku sendiri selama kurang lebih 4 tahun?” Jalal
masih bersusaha menahan amarahnya agar tidak meledak, sementara Rukayah yang
melihat tatapan Jalal yang menakutkan kearahnya dengan raut muka penuh
kebencian, mulai menangis
“Iyaaa... Iyaaa... Iyaa aku tahu semuanya, Jalal! Aku akui itu, aku tahu
kalau Maham Anga yang mengusir Jodha, aku tahu kalau Jodha sedang hamil,
semuanya aku tahu!” Rukayah mulai menangis dengan mengakui semua kesalahannya
“Kenapa, Rukayah? Kenapa? Kenapa kamu lakukan ini semua pada kami?” Rukayah
segera menyeka airmatanya “Itu karena aku mencintaimu, Jalal... aku sungguh
sungguh mencintaimu, aku akui aku iri sama Jodha yang telah mampu merebut
hatimu bahkan sampai sekarangpun, aku belum bisa menggantikan posisi dirinya
dihatimu, aku cemburu sama, Jodha... kamu puas?” Jalal masih terus berusaha
mengontrol emosinya karena bagaimanapun juga, saat ini mereka sedang berada
didalam sebuah kamar dirumah sakit, meskipun sebuah kamar VVIP tapi rasanya
tidak pantas kalau Jalal meluapkan kemarahannya disana, Jalal hanya bisa
berbalik ketembok dan mengantamkan kepalan tangannya disana dan terdiam sesaat
sambil menikmati rasa sakit yang mulai terasa ditangannya, suasana kamar jadi
hening hanya isak tangis Rukayah yang terdengar
“Kamu benar benar telah mengecewakan aku, Rukayah...” nada suara Jalal
mulai sedikit melemah sambil berbalik kembali menghadap ke Rukayah
“Aku melakukan ini semua karena aku mencintai kamu, Jalal... aku sangat
mencintai kamu, aku akui aku ingin melenyapkan bayangan Jodha dari benakmu,
itulah mengapa semuanya aku lakukan demi kamu, aku tulus mencintaimu, Jalal...
untuk urusan cintaku ini aku tidak berbohong, aku rela meninggalkan pekerjaanku
dirumah sakit, hanya untuk merawat kamu selama ini, apakah kamu lupa akan hal
itu? Apakah kamu lupa pada masa masa indah kita berdua? Aku tidak akan pernah
melupakan setiap moment yang kita ukir berdua, Jalal” ujar Rukayah dengan suara
paraunya
“Tapi aku tidak mencintai kamu, Rukayah... karena aku sudah menikah dan
hanya Jodhalah yang aku inginkan, apalagi saat ini ada Salim, anak kami, aku
hanya menginginkan mereka berdua” nada suara Jalal terdengar normal saat ini
“Lalu bagaimana dengan rencana pesta pernikahan kita? Kamu telah berjanji
padaku, Jalal!” terdengar sebuah tuntutan dari ucapan Rukayah barusan “Kita tetap
akan menikah, Rukayah karena aku telah berjanji padamu untuk menikahimu dan aku
juga sudah meminta ijin pada Jodha untuk menikahimu, dia setuju dengan
rencanaku ini, tapi yang harus kamu ingat, pernikahan kita hanya sebuah
formalitas belaka, hanya karena pemenuhan janjiku, tidak lebih, jadi jangan
harap kamu bisa mendapatkan yang lebih dari aku karena kamu telah mengecewakan
aku” ujar Jalal kemudian berlalu dari hadapan Rukayah
Sementara itu, ketika Jalal sedang ngobrol berdua bersama Rukayah, Jodha
menemani Salim dikantin rumah sakit, sambil meminum susu coklatnya Salim
bertanya pada ibunya “Mama, tante yang sakit itu siapa?”, “Itu teman mama dan
papa, sayang... namanya tante Rukayah” Salim hanya melongo dengan wajah
polosnya melihat kearah Jodha
“Salim, tadi sudah kenalan sama tante Rukayah?” Salim menggelengkan
kepalanya “Lalu adik papa mana?” Jodha teringat kalau Mirza Hakim juga ada
dirumah sakit ini namun sayangnya Jodha lupa untuk menanyakannya ke Jalal,
dimana kamar Mirza Hakim
“Oh iya, mama lupa, coba kita tanya ke bagian informasi didepan sana yuk,
kita cari tahu dimana kamar om Mirza” Salim mengangguk mantap sambil melorotkan
tubuhnya dari kursi dan segera menggandeng tangan Jodha, ketika baru saja
mereka hendak keluar dari kantin rumah sakit, dipintu masuk mereka bertabrakan
dengan dokter Suryaban
“Haiii mau kemana kalian?” suara dokter Suryaban mengagetkan Jodha dan
Salim “Om Surya! Bikin jantung Salim copot saja!” tiba tiba reflek tangan Salim
memukul kaki dokter Suryaban, dokter Suryaban segera merunduk dan berlutut
didepan Salim, agar jarak pandang mereka sama “Om Surya? Kok nama papa ganti
sekarang jadi om bukan jadi papa lagi?” Salim menyeringai membentuk sebuah
senyuman yang persis seperti bila Jalal tersenyum
“Kan papa Salim sudah pulang jadi sekarang Salim manggilnya om Surya saja
bukan papa lagi” dahi dokter Suryaban langsung berkerut “Jadi sekarang ganti
posisi? Sekarang om Surya dicoret dari daftar calon papa Salim?” Salim
menganggukkan kepalanya
“Kan Salim sudah punya papa yaitu papa Jalal, papanya Salim, iya kan, ma?”
Salim menuntut sebuah pengakuan dari Jodha “Iya, Salim... papanya Salim itu
papa Jalal” Jodha menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Salim, dokter
Suryaban segera berdiri dan menatap kearah kedua bola mata Jodha lama mereka
terdiam dengan pikiran mereka masing masing
“Kamu masih mencintainya?” sesaat Jodha hanya terdiam sambil mengalihkan
pandangan kearah yang lain “Jawab, Jodha!”, “Aku tidak tahu harus menjawab apa?
Karena aku sendiri juga masih merasa gamang dengan perasaanku ini, Surya...
tapi mendengar perjuangannya yang begitu keras untuk menemukan aku, rasanya aku
tidak adil kalau memperlakukan dia seperti ini” dokter Suryaban memegang tangan
Jodha dengan lembut
“Ikuti kata hatimu, Jodha... karena itulah yang benar, kata hatimu akan
menuntunmu pada siapa kamu akan menjatuhkan pilihan” kedua bola mata Jodha
berkaca kaca, Jodha terharu “Maafkan aku selama ini yang tidak bisa membalas
perasaanmu, Surya” dokter Suryaban hanya menggeleng gelengkan kepalanya
“Aku bisa mengerti, Jo... aku sadar kalau cinta itu tidak mungkin bisa
dipaksakan kalaupun akhirnya terpaksa, akan terasa hambar rasanya” dokter
Suryaban tersenyum, Jodha hanya diam seribu bahasa sementara Salim hanya
melongo sambil menengadahkan kepalanya melihat kearah mereka berdua secara
bergantian dengan wajahnya yang polos
“Ayooo tersenyum... untuk Salim, aku bahagia kalau akhirnya kamu bahagia,
Jodha, akhirnya kamu bisa mendapatkan seseorang yang benar benar kamu cintai
selama ini, kamu pantas mendapatkannya dan kamu tahu... aku punya berita baik
untuk kamu” raut wajah Jodha keheranan ketika mendengarkan ucapan dokter
Suryaban
“Aku sedang mendekati co-as baru kita” tatapan Jodha menyelidik “Siapa?
Yang mana?” dokter Suryaban tersenyum kearah Jodha “Namanya Sukaniya, kamu
ingat? yang rambutnya panjang sebahu, yang ada tahi lalat di dagunya, kami
sudah beberapa kali jalan bareng berdua dan aku rasa aku mencintainya” kedua
bola mata dokter Suryaban berbinar terang, Jodha terharu menatapnya “Apaka dia
juga mencintaimu?”, “Aku rasa iya, Jo... karena dia tidak punya anak dan
sepertinya dia tidak terlibat dengan masa lalunya yang rumit” Jodha segera
meninju bahu dokter Suryaban
“Ngeledek yaaa... tapi aku bahagia, Surya... kalau akhirnya kamu bisa
menemukan seseorang yang bisa kamu cintai dan mencintai kamu, aku doakan semoga
kalian cepet jadian, cepet menikah dan punya anak”, “Terima kasih, Jodha...
aamiin... semoga doamu langsung diijabah oleh Allah SWT” ujar dokter Suryaban
sambil memeluk Jodha, Jodhapun membalas pelukkan dokter Suryaban, namun tanpa
mereka sadari dari arah kejauhan Jalal sudah berdiri disana menatap mereka
berdua yang sedang berpelukkan
“Papa Jalal!” lengkingan teriakan Salim, membuyarkan pelukkan Jodha dan
dokter Suryaban seketika itu juga, mereka berdua langsung menoleh kearah Jalal
yang masih berdiri disana dengan segudang pertanyaan.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~