Ketika
Salim berusia 3 tahun ...
Hubungan Jodha dan dokter Suryaban semakin lama semakin
dekat, bahkan dokter Suryaban tidak segan segan mengutarakan keinginannya untuk
menikahi Jodha apalagi setelah mendapat dukungan dari Salim yang menganggapnya
sebagai ayahnya sendiri dan kali ini ketika Salim berusia 3 tahun kembali
dokter Suryaban mengungkapkan keinginannya untuk menikahi Jodha “Aku serius,
Jodha ... Aku ingin menikahi kamu, aku ingin membangun sebuah rumah tangga baru
dengan kamu dan Salim, aku sangat menyayangi kalian berdua” siang itu disebuah
restaurant, ketika mereka menikmati makan siang berdua, dokter Suryaban kembali
mengutarakan niatnya. Jodha terharu mendengar keinginan dokter Suryaban yang
selama 3 tahun ini terus gencar mendekatinya bahkan berkali kali mengajaknya
untuk menikah “Kamu tahu, aku benar benar ingin mengajakmu berumah tangga, aku
bahkan saat ini sedang melakukan terapi agar aku bisa melaksanakan tugasku
sebagai seorang suami”
“Maksudmu?” Jodha penasaran dengan ucapan dokter
Suryaban.
“Jodha, kamu tahu kenapa sampai usiaku yang sekarang ini
aku belum menikah?” Jodha menggelengkan kepala, perlahan dokter Suryaban
menghela nafasnya “Aku menderita suatu penyakit” sesaat Jodha tertegun, Jodha
mencoba menjadi pendengar yang baik “Dulu aku pecandu narkoba dan pemabuk, parah
hingga akut, aku bahkan bisa sakau kalau aku tidak mengkonsumsi barang jahanam
itu”
“Kapan itu?” Jodha mulai tertarik dengan cerita dokter
Suryaban.
“Kalau minum minuman keras, itu sudah aku lakukan sejak
aku SMA sedangkan narkoba ketika aku kuliah, itulah mengapa kuliahku molor
nggak karuan”
“Kenapa kamu menyakiti dirimu sendiri, dok?”
Sesaat dokter Suryaban menghela nafas “Biasa, aku korban
broken home, sejak aku SMA, kedua orangtuaku sibuk dengan urusannya masing
masing, kalau bertemu mereka selalu bertengkar, tidak ada kedamaian dalam
rumahku, itulah mengapa barang terkutuk itu menjadi pelarianku”
“Lalu bagaimana akhirnya kamu bisa sembuh?”
“Mereka jugalah yang menyembuhkan aku, entah mengapa, aku
sendiri nggak tahu, tiba tiba mereka maksudku kedua orangtuaku sepakat membawa
aku ke pusat rehabilitasi narkoba, disanalah aku bisa menyembuhkan
ketergantunganku itu”
“Padahal saat itu kamu sedang kuliah kedokteran kan?
Maksudku secara sadar kamu tahu apa akibatnya kalau kamu mengkonsumsi barang itu,
tapi ternyata tetap nekat kamu lakukan?” Jodha merasa heran dengan masa lalu
dokter Suryaban yang begitu kelam.
“Saat itu yang aku pikiran aku hanya ingin menghibur
diriku, Jodha ... Aku tidak peduli dengan kuliahku, ya itulah aku ... kebetulan
juga teman teman yang aku temui juga sama seperti aku, rata rata mereka pecandu
semua, jadi klop lah sudah” Jodha hanya menggeleng gelengkan kepalanya, Jodha
benar benar tidak habis pikir dengan apa yang dokter Suryaban lakukan dimasa
mudanya, sesaat dokter Suryaban terdiam sambil terus memandang ke Jodha “Tapi
sejak saat itu aku mendapat masalah baru, aku ...” kembali dokter Suryaban
tidak melanjutkan ucapannya “Aku ... aku menderita impotensi, Jodha” sesaat
Jodha tertegun “Itulah mengapa aku selalu takut berkomitmen dengan setiap
perempuan yang aku pacari karena aku takut menyakiti mereka”
“Tapi itu kan bisa disembuhkan, dok”
Dokter Suryaban menganggukkan kepalanya “Iya aku tau,
penyakit itu sebenarnya bisa diobati tapi entah kenapa pada saat itu aku enggan
untuk melakukan penyembuhan disamping itu pula saat itu aku juga enggan untuk
berkomitmen lebih jauh dengan seorang perempuan” lama mereka berdua terdiam
dengan pikiran mereka masing masing.
“Tapi ... sekarang beda, Jodha ... sejak aku bertemu
denganmu apalagi sejak aku bertemu dengan Salim, aku ingin menjadi bagian hidup
kalian, itulah mengapa aku ingin sembuh dari penyakit itu, agar aku bisa
membahagiakanmu”
Kembali lama mereka terdiam, Jodha bahkan takut menatap
kedua bola mata dokter Suryaban “Aku belum bisa, dok” suara Jodha terdengar
lemah sambil tertunduk.
Dokter Suryaban segera menyentuh tangan Jodha dengan
lembut namun reflek tangan Jodha segera menghindar “Sampai kapan, Jodha? Terus
terang aku ingin sekali menyembuhkan luka dihatimu dan lagi Salim semakin lama
semakin besar, dia butuh figur seorang ayah bahkan kamu tau sendiri kan kalau
dia telah menganggap aku ini sebagai ayahnya, kamu tau aku sangat bahagia kalau
Salim memanggil aku dengan sebutan papa Surya, aku benar benar sangat berharap
itu bukan hanya sebuah sebutan semata, Jodha ... tapi bisa menjadi sebuah
kenyataan” ‘
Sedikit banyak dokter Suryaban sudah tahu posisi Jodha
selama tiga tahun ini, sementara itu begitu mendengar permintaan dokter
Suryaban, Jodha hanya bisa menggelengkan kepalanya “Sudahlah, dok ... tolong
jangan paksa aku, aku belum siap”
“Kamu masih menantikannya?”
Jodha langsung menatap doktr Suryaban tajam “Entahlah
...” ujar Jodha melemah sambil memalingkan muka kearah lain. “Apakah iya aku
masih berharap banyak terhadap Jalal? Berharap bisa bertemu dengannya walau
sekali saja? Aku akui aku memang sangat mencintainya tapi aku ini bagaikan si
pungguk yang merindukan rembulan, aku tidak tahu sampai kapan aku bisa membuka
diriku untuk laki laki didepanku ini yang jelas jelas dengan ikhlas menerima
aku apa adanya, mencintai aku dan Salim sepenuh hati sementara Jalal, aku tidak
tahu bagaimana keadaannya sekarang, apakah dia masih mempunyai perasaan yang
sama seperti aku atau mungkin sudah bisa melupakan aku, entahlah ...”
~~~o0o~~~
Sementara itu 3 tahun ditempat Jalal, Jalal sudah mulai
bisa berjalan normal seperti biasa namun kadang pusing dikepalanya sering
menyerang bila dia mulai memforsir tenaganya, hal ini akibat trauma kepalanya
akibat benturan hebat yang dulu dialaminya ketika kecelakaan tragis yang
membuatnya koma hingga 6 bulan. Dan selama 3 tahun tersebut Rukayah tak henti
hentinya memberikan dukungan moril ke Jalal dan sore itu ketika Jalal dan
Rukayah sedang menikmati suasana sore mereka ditaman belakang dirumah Jalal,
Jalal mencoba mengungkapkan rasa terima kasihnya ke Rukayah “Rukayah, aku
sangat senang sekali, akhirnya aku bisa berjalan seperti sedia kala, terima
kasih, Rukayah ... Ini semua berkat bantuan dan dukunganmu”
“Bantuanku tidak seberapa, Jalal ... semua ini karena
keinginanmu yang besar untuk sembuh, semangat hidupmulah yang mempengaruhi
proses penyembuhan tubuhmu”
“Terima kasih, Rukayah ... Aku janji apapun yang kamu
minta kamu bisa katakan ke aku, insyaallah aku akan memenuhinya” Jalal
tersenyum senang menyadari kondisinya yang mulai membaik karena itu artinya dia
bisa segera mencari Jodha setelah 3 tahun lamanya ini dia menahan diri dan
bersabar.
“Jalal, ada sesuatu yang ingin aku katakan, kamu tidak
marah kan?” Rukayah nampak hati hati mengutarakan keinginannya.
“Kenapa harus marah? Apa yang ingin kamu katakan?”
Lama Rukayah terdiam sambil berupaya menyusun sebuah
kalimat yang pas untuk Jalal “Jalal, terus terang ... selama 3 tahun ini
setelah kita bersama, aku merasa, aku bukan hanya sebagai perawat bagimu, jujur
... ada satu perasaan lebih yang selama ini aku pendam, aku sendiri nggak tahu
apakah kamu juga merasakan perasaan yang sama denganku atau tidak”
Jalal langsung menatap Rukayah tajam, Rukayah salah
tingkah dibuatnya “Apa yang ingin kamu ungkapkan, Rukayah?”
Rukayah mencoba untuk memberanikan diri menatap kedua
manik manik mata Jalal yang berwarna coklat “Maafkan aku, Jalal ... aku mungkin
tidak pantas untuk mengungkapkan hal ini, apalagi aku adalah teman Jodha, tapi
perasaan ini sungguh menyiksa bathinku, Jalal ...” mereka saling berpandangan
cukup lama. Rukayah mencoba untuk mengumpulkan semua keberaniannya untuk
menyatakan perasaannya ke Jalal “Jalal, aku mencintaimu ...”
Kembali mereka berdua saling mematung sambil saling
menatap satu sama lain, tiba tiba Jalal merengkuh Rukayah dalam pelukkannya “Terima
kasih, Rukayah ... aku tahu kamu merawatku bukan hanya sekedar merawat, aku
menyadari itu, aku ...”
Rukayah langsung memotong ucapan Jalal sambil membalas
pelukan Jalal dengan hangat “Aku ingin lebih dari sekedar perawatmu, Jalal ...
Jujur aku sangat menyayangi kamu”
Jalal segera melepaskan pelukkannya “Aku juga sangat
menyayangi kamu, Rukayah ...” sesaat Rukayah tersenyum bahagia bagaikan
mendapatkan sebuah oase digurun pasir yang gersang “Tapi ... “ Jalal tidak
meneruskan ucapannya.
“Tapi apa Jalal? Jodha?” Rukayah langsung menebak arah
pembicaraan Jalal.
Jalal mengangguk lemah kemudian terkulai lemas dikursi
“Maafkan aku Rukayah, aku masih belum bisa melupakannya”
“Tapi dia sudah meninggalkan kamu, Jalal ... dia pergi
begitu saja tanpa pesan, sampai kapan kamu sadar kalau dia itu bukan yang
terbaik buat kamu?”
Jalal langsung menatap Rukayah dengan perasaan marah “Aku
paling tidak suka kalau ada yang menghina Jodha didepanku!”
Rukayah jadi salah tingkah “Tapi Jalal ... maksudku, aku
ingin kamu menyadari kalau kepergiannya itu sudah lama sekali, kalian sudah
berpisah selama 3 tahun! Coba bayangkan? Dan dalam waktu 3 tahun itu semuanya
bisa saja terjadi, kamu tidak tahu kan bagaimana dia sekarang, aku hanya ingin
kamu sadar akan hal itu” Jalal masih menahan amarahnya “Maafkan aku Jalal ...
Aku tidak bermaksud melukai perasaanmu, aku sayang padamu, aku hanya tidak
ingin kamu terluka, apalagi oleh bayangan masa lalumu itu, Jodha adalah masa
lalumu, Jalal ...”
“Tapi aku masih mempunyai keyakinan, Rukayah ... kalau
dia masih milikku, terus terang selama 3 tahun ini aku memang berusaha untuk
melupakannya, aku berusaha untuk menghapus semua kenangan kami berdua, tapi ...
“ Jalal menggelengkan kepalanya sambil tertunduk dan menangis, Rukayah segera
bersimpuh didepan Jalal dan menyeka airmata yang membasahi pipi Jalal “Aku
nggak bisa, Rukayah ... aku nggak bisa melupakan dia begitu saja, semakin aku
berusaha melupakannya, aku malah semakin mengingatnya”
Rukayah mengangguk anggukkan kepalanya berusaha menyelami
perasaan Jalal yang begitu rapuh. Rukayah segera memeluk Jalal, Rukayah
berusaha untuk menjadi dewi penolong buat Jalal dengan memberikan kehangatan
pada laki laki itu yang menderita karena cintanya “Aku bisa mengerti, Jalal ...
Aku bisa memahami perasaanmu, maafkan aku kalau aku terlalu memaksa kamu, mulai
sekarang kamu bisa menumpahkan semua keluh kesahmu padaku, aku akan selalu ada
buat kamu”
Jalal segera melepaskan pelukkan Rukayah “Pulanglah ...
aku ingin sendiri, tinggalkan aku”
“Tapi Jalal ...”
Jalal segera menggelengkan kepalanya “Kamu bilang mau
membantu aku kan? Pulanglah, Rukayah ... aku ingin sendiri saat ini, itu cukup
membantu aku, aku mohon ...”
Rukayah tidak percaya akan ucapan Jalal, namun tidak ada
gunanya juga kalau dirinya tetap bertahan disana karena Jalal akan semakin
murka bila keinginannya tidak dituruti, akhirnya Rukayah berlalu meninggalkan
Jalal dengan deraian air mata.
Dari kejauhan bibi Maham Anga melihat Rukayah berlari
sambil menangis sementara Jalal sedang terduduk seorang diri ditaman belakang
... “Ada apa dengan Rukayah?”
Part Selanjutnya Klik Disini