“Selamat tinggal Faridha, semoga kau bahagia dan aku berharap kita tidak akan
pernah bertemu lagi, karena itu hanya akan menyakiti hatiku” Gumam Rajatha
setelah masuk kedalam mobilnya, matanya masih menatap nanar kearah rumah
Faridha sebelum ia melajukan mobilnya meninggalkan rumah Faridha dengan segala
kenangan yang ada disana.
^^^
Kini, sudah hampir tiga minggu sejak kejadian Rajatha melihat Faridha bertemu
dengan Ardhan, suaminya. Bahkan Rajatha baru benar-benar menyadari cintanya yang
begitu dalam pada sosok cantik bernama Faridha Anggun tersebut.
Jangan ditanya bagaimana Rajatha menjalani hari-harinya setelah hari itu, hati
dan cintanya yang dipaksa gugur jauh sebelum berkembang, betapa menyakitkan
rasanya patah hati, ia baru mengalaminya sekarang.
Rajatha membuat dirinya sibuk dengan perusahaan barunya demi
melupakan Faridha, walau itu tidak terlalu membantu karena semakin ia berusaha
melupakan, bayangannya justru semakin sering muncul di pikirannya, tapi Rajatha
terus berusaha menekan semua perasaan yang kapan saja bisa meledak di dadanya,
memusnahkan segala rasa rindu yang semakin menggunung setiap detiknya.
Rajatha bukanlah pria yang suka memaksakan kehendak apalagi
untuk urusan hati dan cinta, jika memang benar wanita yang ia ingini masih
bersuami dan mereka saling mencinta, tidak ada lagi ruang bagi Rajatha untuk
mendapatkannya, dia membayangkan jika itu adalah orang tuanya, pasti ia akan
menghabisi siapa saja yang mencoba mengusik kebahagiaan orang tuanya.
Tidak mungkin baginya menghancurkan rumah tangga orang lain,
merusak kebahagiaan yang tengah di rajut oleh Faridha dan Ardhan. Lebih baik ia
mati daripada melakukan hal bodoh seperti itu.
Ternyata kesibukan Rajatha akhir-akhir ini membuatnya lupa
untuk menghubungi kedua orang tuanya, kebiasaan yang selama ini tidak pernah ia
lupakan sesibuk apapun dirinya dengan pekerjaan, hingga membuat Jodha khawatir
pada putera semata wayangnya tersebut dan memaksa Jalal untuk kembali menemui
Rajatha di Indonesia.
Dan setelah merayu suaminya mati-matian akhirnya Jodha dapat
mengunjungi Rajatha, tentu saja bersama Jalal, suaminya itu bahkan sampai
menghentikan kontrak kerja yang sudah ada didepan mata demi menuruti keinginan
Jodha yang sepertinya tidak bisa dibantah.
Dan saat menemui puteranya, Jodha dapat melihat kehampaan dalam sorot mata
tajam milik Rajatha, walau wajah itu berusaha menutupinya dengan tersenyum
namun perasaan seorang ibu terhadap anaknya sangatlah kuat, fisiknya memang
nampak sehat tapi hati sang putera jauh dari kata baik-baik saja.
“Kau jatuh cinta Nak” Kata Jodha lembut pada Rajatha yang
kini membaringkan kepalanya dengan manja di pangkuan Jodha
“Please,,, Jangan membahasnya lagi Mah.
Terima kasih Mama dan Papa sudah datang, aku sangat merindukan kalian” Jawab
Rajatha dengan mata terpejam menikmati elusan sayang yang dilakukan Jodha
dikepalanya
“Apa yang membuat kalian tidak bisa bersama,,Hmm” Jodha seakan tidak perduli
pada Rajatha yang sejak tadi menyuruhnya berhenti membahas tentang gadis itu,
gadis yang belum diketahui oleh Jodha siapa dia, karena sejak tadi Rajatha
terus saja menghindar.
“Mah,,,” Rajatha mulai gusar dan tidak nyaman dengan segala pertanyaan Jodha
“Dengar Nak, walau Mama tidak mengerti permasalahan mu tapi sebelum semuanya
terlambat lakukan apa yang harus kau lakukan, tidak ada permasalahan yang tidak
mempunyai jalan keluar sayang” Jodha diam sejenak untuk berpikir sementara
tangannya masih terus mengelus kepala Rajatha yang berada di pangkuannya, ia
berusaha mencari cara bagaimana membuat puteranya itu mau berbicara
“Ah ya,,, Jangan-jangan,,,” Kata Jodha tiba-tiba
“Kenapa sayang” Tanya Jalal yang berada disampingnya
Sedangkan Rajatha langsung membuka matanya dan menatap waspada kearah Jodha,
biasanya mamanya ini selalu bisa menebak apa yang ia rasakan, walau serapat apapun
ia menyembunyikannya
“Wanita itu hamil” Tuduh Jodha langsung pada Rajatha
Rajatha yang kaget segera bangkit dari rebahannya, sedangkan
Jalal langsung menatap tajam pada Rajatha
“Rajatha!” Geram Jalal dan Rajatha tahu betul Papa nya itu sedang marah dan tidak
main-main, jarang sekali Papa nya memanggil ia dengan nama seperti itu
“Ti-tidak Pah, Sumpah!” Jawab Rajatha cepat
Jalal menatap ragu pada Rajatha lalu ia mengalihkan pandangannya kearah Jodha
yang nampak percaya diri kalau tebakannya tadi itu benar, hingga membuat Jalal dilemma
dan kembali melotot kearah Rajatha seolah meminta penjelasan
“Bahkan aku belum sempat menjalin hubungan apapun dengannya” Lirih Rajatha
namun cukup terdengar
Jalal dan Jodha saling tatap, Jodha mengangguk pada Jalal
namun Jalal tidak mengerti apa maksud anggukan kepala istrinya itu, jadi ia
memutuskan untuk diam saja dan melihat apa yang akan dilakukan Jodha
“Kenapa kau tidak sempat menjalin hubungan dengannya? Apa gadismu itu sudah
mempunyai kekasih? Apa mereka saling mencintai? Lalu kau memutuskan untuk mundur
setelah mengetahui semuanya? Bagaimana jika yang kau ketahui itu bukanlah hal
yang sebenarnya? Dan cintamu akan berakhir hanya karena salah paham, begitu?
Benar begitu? Apa mama benar Rajatha?” Jodha memberondong Rajatha dengan
seabrek pertanyaan yang sangat tepat mengenai sasaran
Rajatha tidak menjawab pertanyaan Mamanya, dia menyandarkan
kepalanya pada sandaran sofa, membuang napas perlahan, ia lelah dengan semuanya.
Mamanya memang selalu tahu apa yang ia rasakan, terkadang ia bertanya darimana
Mamanya mendapatkan keahliannya yang satu ini.
Jalal akhirnya mulai mengerti, ternyata tuduhan Jodha pada
Rajatha tadi hanyalah sebuah umpan untuk memancing agar Rajatha berbicara dan
itu berhasil, terbukti Rajatha hanya diam saja dicecar begitu banyak pertanyaan
oleh Jodha barusan, sepertinya Jodha mendapatkan ikan yang cukup besar atas
umpannya itu.
“Jagoan, jika memang ada kesalahpahaman diantara kalian
pastikan jika semua yang kau ketahui itu adalah kebenarannya, bukan hanya
katanya dan katanya jangan sampai terlambat karena kau akan sangat menyesal
nantinya” Kata Jalal bijak
“Aku sudah
terlambat Pah dan ya aku sangat menyesal karenanya” Batin
Rajatha
^^^
Dan tidak jauh berbeda dengan yang dialami oleh Faridha, hari ini sudah tepat
tiga minggu ia sudah tidak bertemu lagi dengan pelayan istimewanya itu, Putra.
Kabar terakhir yang ia dengar adalah bahwa dihari saat ia akan pergi ke rumah
sakit ternyata Putra datang kerumahnya namun demi Tuhan, Faridha sama sekali
tidak merasakan kehadiran Putra hari itu, biasanya ia mampu menyadari kehadiran
Putra dari aroma parfumnya, apa Putra sengaja tidak ingin menemuinya padahal
sehari sebelumnya Putra sudah berjanji untuk menemaninya pergi kerumah sakit. Akhirnya
hari itu Faridha pergi bersama Bik Min ke rumah sakit dan menelan kekecewaan yang
mendalam pada Putra.
Sejak hari itu tidak terdengar lagi kabar berita mengenai Putra, ia menghilang
begitu saja
“Bik Min” Panggil Faridha
“Ya Non,, Eh Non hari ini cantik sekali, mau kemana Non?” Tanya Bik Min setelah
menghampiri Faridha yang hari ini nampak seperti akan pergi keluar
“Iya Bik, Aku mau pergi ke rumah Kak Ardhan, mengembalikan surat yang sudah aku
tandatangani ini” Jawab Faridha seraya menunjukan sebuah amplop
“Ohh,, Mau Bibi antar Non?”
“Ah tidak Bik, sekarang kan aku sudah bisa melihat lagi. Aku akan menyetir
sendiri. Sekarang aku pergi dulu ya Bik. Assalamu’alaikum” Pamit Faridha
Yah,, Sudah hampir dua minggu ini Faridha sudah bisa melihat
lagi, setelah menjalani perawatan intensif dengan ditangani para dokter ahli
akhirnya Faridha bisa kembali melihat dengan kedua matanya, dia senang? Pasti.
Tapi ia juga merasa kehilangan dan kecewa, pada siapa lagi
kalau bukan pada Putra, padahal salah satu motivasi kuat Faridha ingin melihat
lagi adalah Putra, ia sangat ingin melihat bagaimana rupa pelayan yang selalu
menjaganya itu.
Putra yang sering membuatkannya makanan, mengajaknya
bernyanyi bersama dan Putra yang selalu membuatnya nyaman berada dalam
dekapannya.
Ada apa dengan Putra?
Kemana dia sebenarnya?
Apa dia melupakan janjinya untuk mengantarku waktu itu?
Kalau lupa kenapa tidak datang untuk minta maaf?
Pertanyaan-pertanyaan yang hingga kini tidak seorangpun yang
dapat menjawabnya selain Putra sendiri
“Aku sangat kecewa tapi aku juga merindukan kehadirannya. Ya Tuhan” Desah
Faridha kecewa
^^^
Faridha sudah berada di rumah Ardhan dan nampak mereka sedang berbicara ringan
“Ini surat cerai kita Kak, aku sudah menandatanganinya” Kata Faridha seraya
menyerahkan amplop yang dibawanya sejak tadi
“Kakak terima ya, sekali lagi terima kasih atas segala pengertianmu Dik” Jawab
Ardhan mengambil amplop tersebut lalu membukanya untuk memastikan
“Sama-sama Kak, aku malah akan merasa menjadi duri dalam hubungan kalian jika
aku tidak melepaskan Kakak untuk Mbak Lavina yang cantik ini” Kata Faridha dan
tersenyum ramah pada Ardhan dan juga wanita yang ada disampingnya yang bernama
Lavina Mayang, wanita yang baru dinikahi oleh Ardhan bulan lalu. Mereka pun
kembali berbicara dalam suasana hangat dan sesekali diselingi canda tawa dan
tidak lama Faridha pamit pulang.
Faridha sudah kembali kerumahnya, ia tengah bersantai
diruang tengah menikmati segelas juice.
Apa yang dirasakan Faridha saat ini, melihat mantan suaminya sudah menikah
lagi. Jawabannya adalah Lega dan bahagia. Dan itu bukanlah omong kosong belaka,
Faridha benar-benar merasa lega dan ikut bahagia melihat mantan suaminya yang
sudah menikah lagi, Kak Ardhan dan Mbak Lavina sangat terlihat begitu bahagia
dan mencintai satu sama lain.
*Flashback
Saat malam kecelakaan terjadi
Faridha yang sudah terpental keluar dari mobil langsung tidak sadarkan diri
begitupun dengan Ardhan yang masih berada didalam mobil, jarak mereka sangat
jauh hingga saat polisi datang bersama Ny Wijaya (Ibu Ardhan), sedangkan Tn
Wijaya langsung terkena serangan jantung mendadak saat polisi mengabari bahwa
anak dan menantunya mengalami kecelakaan parah malam itu.
Polisi sudah menemukan Faridha, Ny Wijaya nampak gemetar
melihat keadaan puteranya yang juga sangat parah sama seperti menantunya, kini
Ardhan dan Faridha sudah dibawa kedalam mobil ambulance.
Dengan langkah tertatih dan dibantu oleh beberapa orang Ny Wijaya berjalan
menuju mobil, namun salah satu dari seorang yang membantu Ny Wijaya berjalan
berbisik padanya
“Ikutlah ke mobilku dan jangan berteriak atau anak dan menantu kesayanganmu itu
tidak akan pernah sampai kerumah sakit karena sopir ambulance tersebut adalah
suruhanku” Bisik seseorang itu dengan tajam membuat Ny Wijaya seketika menoleh
padanya dan menatap tidak percaya
“Nora?”
“Cepat!” Nora yang merupakan ibu tiri Faridha berpura-pura membantu Ny Wijaya berjalan
untuk melancarkan aksinya melalui Ny Wijaya
“Nyonya, anda tidak ikut bersama kami kerumah sakit?” Tanya salah seorang
polisi pada Ny Wijaya karena dilihatnya Ny Wijaya tidak berjalan menuju mobil
polisi
“Em,, Saya akan kesana bersama teman saya Pak” Jawab Ny Wijaya sambil meringis
karena menahan sakit pada lengannya yang dicengkram dengan kuat oleh Nora
“Baiklah, kami permisi kalau begitu. Hati – hati Nyonya”
Ny Wijaya hanya mengangguk lemah dan berusaha untuk tersenyum agar tidak
mengundang kecurigaan
Nora membawa Ny Wijaya ke sebuah tempat yang ia tidak tahu
itu dimana
“Baiklah Ny Wijaya yang terhormat, yang baru saja menjadi besanku beberapa jam
yang lalu. Tentu kau bertanya-tanya ada apa aku membawamu kemari,,heh” Kata
Nora santai namun cukup mengerikan
“Cepat katakan apa yang kau inginkan Nora, aku tidak ingin membuang-buang waktu
disini. Anak, menantu serta suamiku sedang kritis dirumah sakit saat ini” Jawab
Ny Wijaya tidak suka
“Hahaha,,, Tidak banyak yang kunginkan. Aku ingin kau bawa suami dan anakmu
pergi jauh dari Faridha atau,,,,”
“Apa maksudmu! Aku tidak akan meninggalkan Faridha bersama orang sepertimu”
“Ckckck,, Beruntung sekali anak tiriku itu mempunyai mertua
sebaik kalian tapi sayangnya aku tidak perduli, lakukan apa yang kuminta atau
kau tidak akan pernah melihat kesembuhan untuk mereka dan jangan pernah
bermimpi untuk mengatakan ini pada siapa pun karena kau akan lihat akibatnya
jika kau melanggar, kau tahu aku bisa dengan mudah menjalankan apa yang
kuinginkan”
“Wanita brengsek! Apa yang kau inginkan sebenarnya hah” Hardik Ny Wijaya
“Jangan mengataiku sialan!” Dan Nora pun menampar dengan keras pipi Ny Wijaya hingga
tersungkur
“Bawa anak dan suami mu pergi jauh dari Faridha, buat kalian seolah-olah
menghilang dan jangan pernah temui Faridha lagi mulai hari ini. Kalau tidak aku
akan benar-benar mengantar kalian semua ke neraka malam ini juga tanpa
terkecuali” Kata Nora lagi berapi-api pada Ny Wijaya
“Kau gila Nora, kenapa kau begitu jahat!”
“Ya, aku gila. Aku gila karena harta yang dimiliki oleh ayah Faridha, aku
terobsesi memiliki seluruh kekayaannya dan tidak akan kubiarkan siapa pun
menghalangi keberuntunganku yang sudah didepan mata, termasuk kalian keluarga
baru anak sialan itu, dan kau tahu dengan meninggalnya Hermawan (ayah Faridha)
dan kecelakaan yang dialami Faridha itu semakin memuluskan rencanaku, kurasa
iblis ikut membantuku dalam menguasai semua ini,,, Hahaha”
“Kau benar-benar gila Nora, kau menghalalkan segala cara demi memenuhi ambisimu,
aku tidak percaya kau bisa hidup dengan baik dikeluarga Hermawan selama ini,
kau wanita ular!” Dan Ny Wijaya pun mendorong Nora melampiaskan kemarahannya
pada wanita tersebut, namun apalah daya karena tak berapa lama beberapa
pengawal Nora langsung menahannya dan balik mendorong Ny Wijaya lalu
menghempaskannya ke dinding
“Aaarrggghhhh” Teriak Ny Wijaya kesakitan
“Jangan coba-coba berani melawanku Ny Wijaya yang terhormat. Sekarang pergilah
kerumah sakit dan lakukan apa yang tadi aku minta”
“Jack, antar dia dan pastikan mereka benar-benar pergi jauh dari Faridha”
Lanjut Nora pada salah satu pengawalnya
Dan benar, sejak malam itu keluarga Wijaya menghilang tak
ada kabar. Ternyata Ny Wijaya membawa keluarganya ke Jerman, tempat yang ia
rasa cukup jauh dari Faridha walau demi Tuhan ia sangat tidak tega meninggalkan
Faridha disana, setiap harinya Ny Wijaya seringkali menangis.
Tiga minggu setelah kejadian itu Tn Wijaya yang merupakan
ayah Ardhan meninggal karena keadaannya yang semakin hari semakin kritis dan
juga Ny Wijaya yang tidak sanggup menahan beban dan kesedihan juga ikut
menyusul suaminya tanpa sempat mengatakan yang sebenarnya terjadi pada siapapun
termasuk Ardhan, karena saat itu Ardhan masih dalam keadaan koma.
Dan saat Ardhan sadar dari koma, tidak ada orang yang ia
kenal yang berada disekitarnya, yang lihat hanya seorang dokter cantik yang
tampak tersenyum manis kearahnya
“La,,Lavina?” Lirih Ardhan tidak percaya
“Ya, ini aku Kak, Lavina-mu” Jawab wanita cantik tersebut
Ardhan menatap sekeliling, mencari-cari keberadaan orang lain yang mungkin ia
kenali diruangan tersebut namun hasilnya nihil
“Tidak ada orang lain disini Kak, hanya ada kau dan aku” Kata Lavina seolah
mengerti kebingungan Ardhan
“Kau?”
“Aku dokter disini, ternyata Allah masih mempertemukan kita kembali, aku yang
selama ini merawatmu Kak. Bagaimana keadaanmu?”
Dulu Ardhan dan Lavina adalah sepasang kekasih, namun karena
suatu hal Lavina harus pergi ke Jerman meninggalkan Ardhan, cintanya.
Ardhan cukup shocked kehilangan Lavina yang begitu tiba-tiba, hingga akhirnya
putus asa karena tidak mendapatkan petunjuk apapun mengenai keberadaan
kekasihnya itu, tak berapa lama setelah itu ia memutuskan kembali ke Indonesia
dan ternyata kedua orang tuanya berniat menjodohkan dirinya dengan Faridha dan
terjadilah pernikahan antara Ardhan dan Faridha dengan masa perkenalan yang
sangat singka.
Namun kini ternyata Allah kembali mempertemukan mereka di
Jerman namun dengan keadaan yang berbeda, Ardhan yang sudah menikah dengan
Faridha dan ia sudah berjanji untuk membuat istrinya itu bahagia, tidak mungkin
ia mengkhianati Faridha demi untuk kembali pada Lavina, cintanya.
Keadaan Ardhan semakin hari semakin membaik, Lavina
benar-benar merawatnya dengan baik walau Lavina tahu ternyata Ardhan sudah
menikah, ia berusaha menutupi rasa sakitnya dengan tetap tersenyum dan bersikap
profesional. Sebenarnya Lavina masih sangat mencintai Ardhan, cinta itu tidak
pernah hilang dihatinya.
“Lavina, sekarang katakan kapan tepatnya kedua orang tuaku
meninggal?” Tanya Ardhan tidak sabar karena Lavina selalu mengelak untuk
menceritakan hal tersebut padanya sejak ia sadar dengan alasan kalau ia masih
harus istirahat dan tidak boleh berpikir berat demi memulihkan kondisinya
Lavina menarik napas sejenak dan akhirnya memutuskan untuk menceritakannya pada
Ardhan, karena bagaimana pun ia berhak tahu.
“Ya Allah,, Lalu bagaimana dengan istriku? Mengapa dia tidak dibawa juga
kesini, apa Faridha baik-baik saja” Gumam Ardhan, ia merasa sangat bersalah
karena sudah menyebabkan kecelakaan naas itu. Lavina memandang Ardhan sendu
“Boleh aku pinjam ponselmu Lavina?” Tanya Ardhan
“Eemm,, Tentu saja, ini” Lavina segera menyerahkan ponselnya
Ardhan mencoba menghubungi Faridha, sungguh ia sangat cemas
akan keadaan Faridha dan mulai saat itu jugalah Ardhan sering menghubungi
Faridha melalui ponsel Lavina namun ia belum mengatakan kalau kedua orang
tuanya sudah meninggal, hingga Ardhan meng-iya-kan saja saat Faridha seringkali
menitip salam untuk kedua orangtuanya
Dan suatu ketika saat Faridha yang lebih dulu menghubungi
nomer telephon yang selama ini menghubinginya, Lavina lah yang mengangkatnya,
Faridha tidak tahu ternyata ponsel yang selama ini digunakan oleh Ardhan adalah
milik orang lain dan itu adalah milik seorang wanita.
“Maaf, kau siapa?” Tanya Faridha sopan
“Eem,, A-Aku,, Lavina. Kau kah Faridha?”
“Lavina?”
“Aku dokter suamimu Faridha”
“Oh,, Bisa aku berbicara dengan suamiku dok?”
“Tapi Kak Ardhan baru saja tidur setelah meminum obat yang kuberikan, mungkin
kau bisa menelpon nanti”
“Kak Ardhan? Kau memanggil suamiku Kak Ardhan? Siapa kau sebenarnya?” Tanya
Faridha
“Ak-Aku,, Ehmm,,,” Lavina gugup menjawabnya, ia merutuki kebodohannya yang bisa-bisanya
keceplosan
Dan singkatnya Faridha mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi, saat itu ia tidak menyangka bahwa ternyata Kak Ardhan rela mengabaikan
perasaan dan cintanya pada Lavina demi menjaga perasaan dirinya, istri yang
mungkin tidak bisa melayani suami dengan baik dengan segala keterbatasan
Faridha saat itu.
Faridha yang masih mengalami kelumpuhan dan buta membuatnya
merasa egois jika tetap memilih mempertahankan Ardhan, sedangkan ia tahu ada
wanita yang jauh lebih layak berada di samping Ardhan juga Faridha tengah bimbang
dengan perasaannya terhadap pelayan barunya, Putera.
Daripada ia kekeuh mempertahankan pernikahan yang hanya akan
melukai banyak hati lebih baik mengakhiri semuanya sebelum terlambat, dan gayung
pun bersambut setelah berkali-kali Faridha meminta cerai akhirnya Ardhan
mengabulkan dan menjatuhkan talaq pada Faridha, namun Ardhan tidak ingin jika
setelah perceraian ini hubungan mereka menjadi renggang, Ardhan sudah berjanji
pada kedua orang tuanya dan Ayah Faridha untuk selalu menjaga Faridha sesaat
setelah mereka menikah dulu, ia akan tetap menyayangi dan menjaga Faridha
sebagai adiknya.
Tidak lama setelah Ardhan menjatuhkan talaq padanya, Faridha
memaksa Ardhan untuk menikah dengan Lavina secepatnya, karena salah satu tujuan
Faridha adalah menyatukan cinta mereka yang sejak lama tertunda karena
kehadiran dirinya di tengah-tengah mereka, Ardhan dan Lavina berhak bahagia diatas
kekuatan cinta mereka selama ini.
*Flashback Off
Begitulah kini hubungan Ardhan dan Faridha, yaitu sebatas
kakak adik bahkan Faridha juga mendapatkan kakak perempuan yang begitu baik
padanya, yaitu Lavina Mayang, istri Ardhan yang sekarang.
Saat Faridha masih melamunkan Ardhan dan Lavina, tiba-tiba
segerombolan orang tak dikenal masuk dengan paksa kedalam rumahnya
“Apa-apaan ini” Kata Faridha tidak suka
“Selamat sore sayang, long time no see my girl” Sapa seorang wanita dengan
seringai liciknya yang muncul dari arah belakang gerombolan orang tersebut
“Kau!!”
------------------------------
- To Be Continue -