“Ya sayang” Jawab Jodha sambil bersandar santai di lengan suaminya, sungguh
pemandangan yang membuat siapapun akan iri melihat mereka saat ini
“Alhamdulillah, aku senang mendengarnya. Lalu Papa dan Mama akan tetap disini
atau bagaimana”
“Tentu saja kita tinggal bersama Rajatha, besok Mama akan mencari rumah dan
kita akan tinggal disana bersama, tidak ada tinggal terpisah di appartement
lagi” Putus Jodha tidak mau dibantah membuat Rajatha hanya bisa mengangguk
tanpa bisa membantah.
^^^
Ini adalah hari Minggu, Rajatha tidak pergi kekantornya namun sudah sejak subuh
tadi ia tidak kembali tidur seperti kebiasaanya jika hari libur
“Temui, Tidak, Temui, Tidak, Temui. Hhhh,, Lalu kalau sudah bertemu dengannya
mau apa? Apa dia akan mengenaliku kalau aku ini Putra si pelayan yang selama
ini dia kenal?” Rajatha bertanya-tanya sendiri, ia nampak ragu untuk menemui
Faridha
“Baiklah, baiklah,, Aku akan datang kerumah Faridha dan menemuinya. Bismillah” Putus
Rajatha akhirnya, tidak lupa Rajatha memakai parfume yang sudah sangat dikenali
oleh Faridha
Akhirnya Rajatha ingin menemui Faridha, begitu banyak hal yang ingin ia katakan
dan ungkapkan pada gadis itu hingga mungkin nanti untuk beberapa saat Rajatha
tidak mampu mengatakannya, walau dengan itu dia harus siap kembali patah hati
saat mendengar jika Faridha bisa membalas perasaannya, namun biar itu menjadi
urusan nanti, sekarang yang harus ia
lakukan adalah pergi menemui gadisnya dulu. Ya, itu jauh lebih baik.
Setelah berpamitan pada kedua orang tuanya yang tengah
berdebat dalam menata isi rumah baru mereka saat ini. Ya, mereka baru saja
pindah kerumah ini sore kemarin, rumah yang sesuai dengan selera Ratu
kesayangan mereka.
Rajatha pun melajukan mobilnya menuju rumah yang sangat ia hapal jalannya,
rumah dengan seseorang didalamnya yang sangat ia rindukan beberapa minggu belakangan
ini.
Selama mengemudikan mobilnya menuju rumah Faridha, perasaan
Rajatha berkecamuk, banyak hal berputar-putar dikepalanya sejak tadi hingga tak
terasa Rajatha sudah berada didepan pagar rumah besar nan mewar milik Faridha.
Rajatha menekan bel berkali-kali namun tidak ada sahutan apa-apa
dari dalam sana, rumah itu pun nampak sepi seperti tak berpenghuni, ia pun
melihat-lihat sekitar dan matanya menangkap sebuah tulisan besar yang
terpampang di pagar tersebut, matanya membelalak tidak percaya
“RUMAH
INI DIJUAL”
Rajatha ternyata sejak tadi tidak menyadari adanya tulisan
tersebut, ia hanya terfokus untuk segera bertemu dengan Faridha tanpa
memperhatikan keadaan rumah tersebut.
“Dijual? Kenapa? Lalu dimana Faridha?” Kata Rajatha heran
Dan tanpa membuang waktu lagi, Rajatha masuk kembali kemobilnya karena percuma
ia bertahan disana, orang yang ia cari jugag tidak ada disana.
Rajatha mencoba menghubungi ponsel Faridha tapi nomer tersebut selalu dan
selalu saja tidak aktif.
*Flashback
(Satu hari sebelumnya dirumah Faridha)
“Selamat sore sayang, long time no see my girl” Sapa seorang wanita dengan
seringai liciknya yang muncul dari arah belakang gerombolan orang tersebut
“Kau!!”
“Ya ini aku, kau merindukanku manis?”
Faridha memalingkan wajah tidak suka dan kembali menatap wanita tersebut dengan
malas “Langsung saja Tante Nora, ada apa kau datang kemari, kau sudah tidak ada
hak menginjakan kaki disini lagi karena aku tidak suka keberadaanmu”
“Hahaha,, Sebaiknya kau hati-hati dengan ucapanmu anak manis, justru aku sangat
berhak menginjakan kaki ku disini”
“Apa maksudmu?”
Dan Nora pun melemparkan sebuah map tipis dengan angkuhnya
keatas meja menyuruh Faridha melihat isinya
Dengan dada bergemuruh Faridha membuka isi map tersebut, ia berani bertaruh
kalau isi map tersebut adalah bencana baginya dan,,, benar saja. Faridha
menghirup napas panjang dan membuangnya perlahan, ingin ia menjerit dan
menampar keras wajah wanita yang pernah menjadi istri dari ayahnya tersebut
namun Faridha tidak bodoh, ia sudah memprediksikan hal seperti ini akan terjadi
karena ia sudah curiga akan menghilangnya Nora disaat ia mengalami kecelakaan
waktu itu.
“Baiklah, ku ikuti permainan mu wanita ular” Batin Faridha
“Surat pengalihan harta dan warisan Alm Hermawan ke tangan Nora Julie” Kata
Faridha dingin
“Tepat sekali dan sebagai ahli waris, aku tidak menginginkanmu untuk tetap
tinggal disini karena aku tidak suka keberadaanmu disini” Kata Nora mengejek
dengan mengembalikan perkataan Faridha barusan membuat Faridha mendengus kesal
“Ah,,, sebenarnya aku sudah terlalu baik padamu Faridha, aku rela mengeluarkan
uangku demi mengobatimu sampai sembuh, kalau tidak kau pasti sudah menjadi
gadis cacat saat ini, jadi tidakah kau mau berterima kasih padaku Nona Faridha
Anggun?” Sombong Nora
“Kau bukan terlalu baik Mami, tapi kita yang terlalu lama menyingkirkan
pengacara sialan yang setia itu” Ujar seorang gadis sexy yang masuk tiba-tiba
lalu mencium pipi Nora
“Apa-apaan ini?!” Hardik Faridha
“Oww,,, Jangan marah-marah Faridha Anggun sayang, kau sekarang hanyalah seorang
gembel dan tidak pantas berteriak seperti itu pada wanita terhormat sepertiku.
Kenalkan ini adalah putriku, Sheila Adelle” Kata Nora dengan bangga
memperkenalkan putrinya yang mengenakan baju kekurangan bahan tersebut
“Dengar Nora, Aku.Sama.Sekali.Tidak.Perduli.Pada.Putri.Jalangmu.Ini” Kata
Faridha menekankan kata demi kata dalam setiap ucapannya seraya menunjuk Sheila
dengan jarinya dan sontak saja hal itu membuat Nora berang
“Apa kau bilang? Putriku jalang? Sialan kau” Nora sudah akan menampar Faridha
namun dengan cepat Faridha menangkisnya dan memelintir tangan Nora kebelakang
membuat Nora merintih kesakitan sedang Sheila menatap ngeri dan tidak berani
maju untuk menolong Nora
“Aarrggghhhh” Teriak Nora kesakitan
“Kalian,,, Jangan coba-coba maju, aku pasti akan keluar dari rumah ini tapi
urusanku belum selesai dengan wanita ular ini” Teriak Faridha pada para
pengawal Nora yang sudah akan mendekat padanya
“Sialan kalian” Jerit Nora pada para pengawalnya
“Aku tahu, kalian adalah orang-orang ayahku sebelumnya tapi karena iming-iming
uang kalian beralih membela wanita sialan ini. Aku sungguh tidak percaya!” Kata
Faridha lagi membuat para pengawal tersebut menundukan wajahnya karena malu
“Katakan, sebelum aku benar-benar mematahkan tangan kotormu ini. Apa yang kau
lakukan pada pengacara ayahku” Geram Faridha dengan semakin memelintir tangan
Nora dibelakang tubuhnya
“Aahh,,,, Sakit Faridha” Rintih Nora
“Tidak sesakit yang kurasakan saat ini, kau telah merenggut dengan cara yang
kotor semua milik ayahku yang dengan susah payah ia bangun hampir seumur hidupnya.
Cepat katakana apa yang terjadi pada pengacara keluargaku!” Bentak Faridha lagi
“Ahh,,A,,Aku sudah meracuninya dan,, ia sudah mati” Kata Nora tanpa rasa
bersalah sama sekali
“Astaghfirullah” Batin Faridha, betapa kejam wanita yang ada didepannya saat
ini dan cengkraman tangannya di lengan Nora pun melemah, dengan sekali sentakan
saja akhirnya Nora berhasil lolos dari cengkraman Faridha
“Sekarang tinggalkan rumah ini Faridha, karena semua ini
sudah menjadi milikku, kau sama sekali tidak aku izinkan menyentuh milikku”
Kata Nora dengan angkuhnya
“Baik. Aku akan pergi Nora tapi tidak akan lama, aku akan segera kembali dan
mengambil kembali milik ayahku. Bersiaplah. Bik Min,,Bik” Faridha memanggil Bik
Min namun tidak ada jawaban sama sekali, ia pun melirik curiga pada Nora dan
anaknya
“Kalian?” Faridha menatap tajam kearah Nora namun Nora seolah tidak melihatnya,
ia pun beralih menatap Sheila yang nampak ketakutan dan emosi Faridha kembali
naik dan berjalan cepat menuju Sheila
“Apa yang sudah kau lakukan pada Bik Min?” Kata Faridha penuh intimidasi
“Ak,,Aku,,Tidak,,”
“APA!!!” Teriak Faridha tepat didepan wajah Sheila, apa sebenarnya yang terjadi
pada Bik Min, wanita yang sudah seperti ibu baginya itu
“Ak,,Aku,, Hanya ingin menakutinya saja,,tap,,tapi,,ia berlari ke jalan raya
dan sebuah truk kencang menabraknya dan,,,aauuwhhhh” Belum sempat Sheila menyelesaikan
kata-katanya, Faridha sudah mendorong Sheila sekuat tenaga ke dinding dan
menampar pipinya dengan keras
Nora sudah akan berlari untuk menolong putrinya namun
langkahnya dihentikan oleh para pengawalnya sendiri
“Apa-apaan kalian!” Bentak Nora
“Maaf Nyonya, untuk sesaat kami terlena akan iming-iming uang anda tapi kini
kami sadar bahwa selama ini Tuan besar Hermawan sudah sangat baik pada kami,
kami tidak akan membiarkan anda menyakiti Nona Faridha seujung kuku pun” Kata
salah satu diantara mereka, Nora tidak bisa bergerak karena sudah berada dalam
kepungan mereka
Sedang Faridha yang sudah sangat marah dan kalap pada Sheila
sudah akan kembali mendorong Sheila ke dinding namun salah satu dari pengawal
menginterupsinya
“Cukup Nona, kalau Nona teruskan Nona bisa masuk penjara, sekarang lebih baik
Nona pergi dulu dan cepatlah kembali untuk mengambil hak Nona kembali”
Faridha pun menghentikan aksinya dan melepaskan Sheila dengan kasar ke lantai
“Terima kasih, kalian sudah membelaku dan aku harap ini terakhir kalinya kalian
mengkhianati kepercayaan ayahku”
“Maafkan kami Nona” Jawab mereka penuh penyesalan
“Aku akan segera kembali Nora, nikmatilah semua ini selagi aku tidak disini
karena jika aku sudah mengambil hak ku kembali, siapapun tidak ada bisa lolos
dariku bahkan semut yang ikut membantumu akan aku kejar sampai ke sarangnya”
Kata Faridha berapi-api dan meninggalkan rumah tersebut, rumah yang penuh
dengan kenangan didalamnya, rumah tempat ia dilahirkan dan dilimpahi kasih
sayang dari ayah dan bundanya.
Faridha tidak menangis sedikitpun, ia sendiri pun sempat
tidak percaya kalau ia bisa melakukan hal seberani tadi pada Nora dan Sheila,
ia hanya mengikuti nalurinya saja, ia begitu marah saat mendengar orang-orang
yang disayanginya disakiti hingga meninggal tanpa sepengetahuannya, untung saja
ia tidak sampai lepas kendali dan melakukan hal paling mengerikan seumur
hidupnya. Terima kasih pada para pengawal yang sudah mengingatkannya tadi.
Pada malam harinya, Nora memasang tulisan besar dirumah
tersebut kalau rumah itu akan dijual dan ia bersama putrinya pun pergi entah
kemana.
* Flashback off
Seharian ini Rajatha terus berkeliling kota Jakarta berharap
menemukan gadis anggunnya, Faridha Anggun. Memang mencari seseorang di kota
Jakarta tidak mudah apalagi Rajatha sama sekali tidak memiliki petunjuk apapun,
tapi hatinya seolah meyakinkan bahwa ia pasti akan menemukannya, bukankah Allah
tidak pernah mengabaikan umatnya yang terus berusaha dan berdo’a.
Hingga larut malam Rajatha masih berada didalam mobilnya, ia
hanya menepi saat mendengar suara adzan untuk sholat di masjid sekitar dan
mengisi perutnya, kalau sampai ia tidak makan maka siap-siap ia akan menerima
ceramah Mamanya sampai besok subuh dan Rajatha tidak akan pernah bisa berbohong
pada Ratunya itu, bahkan untuk hal sekecil seperti itu.
“Dimana kau sebenarnya, Faridha?” Lirih Rajatha
Hingga sampai pada pertigaan jalan, Rajatha melihat seseorang tengah berjalan
diseberangnya dengan menundukan kepala, Rajatha memelankan laju mobilnya dan
menajamkan penglihatannya
“Ya Allah,,, Faridha, Ya itu dia” Tanpa ba-bi-bu lagi ia
langsung keluar dari mobilnya dan berlari menuju Faridha
“FA,,,,” Panggilan Rajatha pada Faridha terhenti saat melihat sebuah mobil
berhenti tepat di depan Faridha dan seorang pria keluar lalu menghampiri
Faridha, langsung Faridha menubrukan tubuhnya pada pria itu dan menangis
tersedu-sedu dalam pelukan pria tersebut, Ardhan. Suami Faridha.
Tangisan pilu Faridha membuat hati Rajatha teriris mendengarnya,
ingin ia menarik paksa Faridha dari pelukan pria itu dan berbagi kesedihan dengannya
tapi siapalah dirinya, pria itu lebih berhak atas Faridha karena dia adalah
suaminya.
Rajatha menggeleng pasrah “Sudah cukup Rajatha, cukup
menyakiti hati dengan memberi harapan palsu untuk diri sendiri, tentu Ardhan
yang Faridha inginkan untuk berada disisinya bukan kau, apa yang sudah kau
pikirkan seharian ini. Demi Tuhan, mereka suami-istri Rajatha” Kata Rajatha
pada dirinya sendiri dan ia pun berbalik menuju mobilnya dan pergi darisana
Tepat setelah itu Faridha melepaskan pelukannya pada Ardhan
dan melihat sekeliling seperti mencari sesuatu
“Dik” Panggil Ardhan dengan sayang, Faridha mengusap air matanya dan menoleh
sebentar pada Ardhan lalu kembali melihat-lihat keselilingnya
“Kau mencari apa?”
“Ak,,Aku,, Seperti merasakan kehadiran orang lain disini Kak” Kata Faridha
dengan suara serak habis menangis
“Tidak ada orang lain disini Dik, sekarang sudah sangat malam, jalanan ini sepi
sejak tadi. Ayo ikut Kakak, kau berhutang cerita banyak pada Kakak. Bagaimana
kau bisa seperti ini” Ardhan pun menarik tangan Faridha masuk kedalam mobilnya
“Wangi itu” Lirih Faridha
^^^
Rajatha sudah sampai kerumah, ia melihat kedua orang tuanya sedang menunggunya
dengan cemas di ruang tamu.
“Sini jagoan” Panggil Jalal dan menyuruh Rajatha duduk diantara mereka
“Mama sengaja tidak menelpon mu seharian ini karena kata Papa kau sedang
mengejar cinta gadismu itu, benarkah? Mama tidak ingin menganggumu tapi kau
tidak lupa makan kan Nak? Kau bahkan tidak sempat sarapan tadi pagi, itu
membuat Mama cemas. Berapa kali kau makan seharian ini? Oh ya lalu bagaimana
hasilnya?” Jodha berkata panjang lebar dengan serentetan pertanyaan seperti
biasanya membuat Rajatha tersenyum dan mencium pipi Jodha dengan sayang
“Hanya Oma Hamidah, Oma Anga dan Mama wanita yang
benar-benar mencintai ku tanpa syarat di dunia ini” Ujar Rajatha membuat Jalal
dan Jodha mengerutkan keningnya karena bingung
“Sayang?” Panggil Jodha pada Rajatha yang diam saja setelah mengatakan hal
tersebut
“Rumah ini sangat nyaman, aku suka pilihan Mama. Oh ya, bagaimana ruang karaoke
nya, mari kita mencobanya” Ajak Rajatha berusaha mengalihkan pembicaraan. Jalal
dan Jodha pun menuruti kemauan Rajatha, mereka berjalan menuju ruang karaoke
yang berada tidak jauh dari ruang tamu.
“Mama ingin nyanyi apa?” Tanya Rajatha antusias
Jodha melirik Jalal tidak mengerti, Jalal menganggukan kepala menyuruhnya menuruti
saja apa yang Rajatha inginkan
“Mama sedang tidak ingin bernyanyi sayang, bagaimana kalau
kau saja yang bernyanyi untuk kami, sudah lama Mama dan Papa tidak mendengar
suara merdu jagoan tampan kami ini” Kata Jodha dan mengajak Jalal duduk
disebelahnya sedangkan Rajatha sibuk mengecek sound dan daftar lagu
“Mama ingin aku yang bernyanyi?” Kata Rajatha dan mengalihkan pandangannya pada
kedua orang tuanya, Jalal dan Jodha pun mengangguk bersamaan
“Hhmm,, Baiklah” Rajatha pun memilih-milih judul lagu dari daftar lagu yang
ada. Pilihannya terhenti pada sebuah judul lagu yang sangat pas untuknya saat
ini, mungkin dengan lagu ini ia bisa mengeluarkan emosinya yang terpendam sejak
tadi, Rajatha pun memilih lagu tersebut dan memutarnya.
*Separuh
Nyawa – By : Xing Hermina*
Senja saat kau menuntun tanganku
Terlukis jelas seperti sesaat lalu
Terbayang masih raut yang tersenyum tenangkanku
Yakinkan diri tuk terus berlayar bersamamu
Siapa dirimu kini dimana hatimu kini
Seketika ku seakan tak mengenalmu lagi
Kemana harus ku cari separuh nyawaku ini
Kau hilang sisakan perih untukku
Maafkan aku tak mampu mengerti mimpi-mimpimu
Berulang kali ku mencoba tuk memahami isi hatimu
Maafkanku kebodohanku walau tahu ku tak berdaya
Namun tak bisa ku bernafas tanpamu
Malam saat kau tinggalkan diriku
Terbayang buram seperti tak pernah lalu
Tak berhenti ku cari kenangan raut wajahmu
Namun hanya teringat basah penuhi mataku
Siapa
dirimu kini dimana hatimu kini
Seketika ku seakan tak mengenalmu lagi
Kemana harus ku cari separuh nyawaku ini
Kau hilang sisakan perih untukku
Maafkan aku tak mampu mengerti mimpi-mimpimu
Berulang kali ku coba tuk pahami
Maafkan diriku kebodohanku walau tahu ku tak berdaya
Namun tak bisa ku bernafas tanpamu
“Rajatha permisi keluar duluan Mah, Pah” Pamit Rajatha pada
kedua orang tuanya, tanpa menunggu jawaban Jalal dan Jodha ia segera keluar
meninggalkan ruangan tersebut
“Besok saja sayang, sekarang biarkan dia sendiri dulu” Kata Jalal menghentikan
langkah Jodha yang sudah akan menyusul Rajatha.
“Anakku sedang terluka Sayang” Kata Jalal lagi
“Anak kita” Protes Jodha membuat Jalal yang sebenarnya khawatir pada Rajatha
mau tidak mau tersenyum geli melihat tingkah istrinya yang masih sempat-sempatnya
memprotes disaat seperti ini, dia pun mencium kening Jodha dengan sayang.
------------------------------------------------------
- To Be Continue -