Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang dan sangat melelahkan, akhirnya
Rajatha tiba di Bandara International Soekarno-Hatta
“Indonesia” Gumamnya
^^^
Rajatha menggeret kopernya dan menuju pintu keluar Bandara. Rajatha
mengaktifkan kembali ponselnya yang sempat ia nonaktifkan selama perjalanan
tadi, segera ia menghubungi orangtua nya memberi kabar bahwa ia sudah sampai
dengan selamat di Indonesia.
“Sekarang saatnya aku menghubungi Uncle Hasan” Ujar Rajatha dan mulai mencari
kontak unclenya itu
Tak berapa lama panggilannya terhubung dan diterima diseberang sana
“Assalamu’alaikum, Hallo Uncle” Sapa Rajatha sopan
“Walaikum salam, Rajatha, Kau dimana, uncle sudah menunggumu di Bandara bersama
Uncle Husen” Jawab Hasan pada Rajatha
“Oh,, Aku sudah berada di pintu keluar Uncle, sebentar”
Tampak Rajatha celingak-celinguk mencari keberadaan Uncle kembarnya di sekitar
situ hingga seseorang menepuk bahunya dari belakang dan reflek Rajatha menoleh
“Uncle,,,” Rajatha tersenyum sumringah dan langsung memeluk kedua uncle
kembarnya
“Hallo Jagoan, kau semakin tampan saja seperti uncle” Canda Husen pada
keponakan kesayangannya itu dengan mengacak rambut Rajatha sayang
“Ayo Jagoan kita ke appartement sekarang, Papamu akan memaki-maki
kami nanti jika menelantarkanmu disini,,, Hahaha” Kata Hasan dan mereka bertiga
tertawa bersama
Rajatha sudah berada di dalam mobil bersama Hasan dan Husen,
Unclenya ini seumuran dengan Papanya, Jalal. Namun mereka berdua masih betah
hidup sendiri, entah apa yang mereka cari padahal secara umur dan kemapanan
mereka sudah sangat pantas untuk membina sebuah keluarga.
“Jagoan” Panggil Husen pada Rajatha
“Uncle,,, Please,, Jangan ikut-ikutan Papa dengan memanggilku seperti itu” Kata
Rajatha tidak suka
“Heyy,, Kalau bukan Jagoan lalu kami akan memanggilmu apa hm,, Tuan Putri
Rajatha begitu??” Timpal Hasan yang sama menyebalkannya dengan Husen
“Hey Jagoan” Panggil Husen lagi
“Hhmm,,?” Jawab Rajatha malas
“Bagaimana Indonesia menurutmu, Jakarta ini lebih tepatnya”
“Panas, Macet dan terasa penuh” Jawab Rajatha jujur
“Hahaaa,,, Kau terlalu jujur Jagoan, setidaknya katakanlah hal baik tentang
Negara mu ini, hmm”
“Ya, walaupun disini cuacanya terasa sangat panas dan terlihat kemacetan
dimana-mana hingga membuatnya terlihat sesak dan penuh tapi aku merasa aku
seperti pulang kerumahku, aku harap aku bisa cepat beradaptasi dengan dunia
bisnis di Indonesia agar bisa segera membangun perusahaan dan sukses seperti perusahaan
sebelumnya” Kata Rajatha panjang lebar
“Kau ini,, kenapa mirip sekali dengan Papamu itu, perkataan mu tidak pernah
jauh-jauh dari bisnis, tidak bisakah kau sedikit lebih rileks dan menikmati
hidup, seperti uncle-uncle tampanmu ini sewaktu muda” Kata Husen menanggapi
omongan Rajatha
“Aku tidak punya waktu untuk itu uncle, sejak dulu papa sudah mewanti-wanti ku
bahwa aku adalah satu-satunya penerus The Worlds, aku tidak punya waktu dan
juga tidak tertarik untuk berleha-leha seperti anak muda lainnya.”
“Kau memang Jagoan papamu, Rajatha. Kaulah pewaris tunggal The Worlds. Tapi
mungkin kau berkata seperti itu karena kau belum pernah mengenal apa itu
cinta,,hm” Kata Hasan menggoda Rajatha
“Hahaa,, Hasan, apa aku tidak salah dengar? Kau berkata tentang cinta pada Rajatha
sedangkan kau masih sendiri sampai saat ini,, hahaha” Husen tertawa
“Diam kau Husen, lalu bagaimana denganmu, kau juga masih sendiri, lagipula
memangnya ada gadis yang mau denganmu huh,,” Hasan balik mengatai Husen membuat
Husen diam
Rajatha yang melihat kelakuan uncle kembarnya ini tak ayal membuatnya tertawa
“By the way, kapan Uncle Hasan dan Husen tiba di Jakarta?” Tanya Rajatha
setelah ia berhenti tertawa
Ya, Rajatha tahu bahwa Hasan dan Husen datang ke Jakarta atas permintaan Jalal
bulan lalu pada mereka, karena memang Hasan dan Husen tidak tinggal disini
“Kami baru saja tiba kemarin malam Jagoan” Sahut Hasan dan di angguki oleh
Husen
^^^
Sudah dua hari Rajatha tinggal bersama dengan Uncle kembarnya, mereka menyewa
sebuah appartement disekitaran Jakarta Pusat, Hasan dan Husen tidak bisa
berlama-lama menemani Rajatha di Jakarta karena mereka harus secepatnya kembali
mengurus perusahaan keluarga mereka.
Sejak kedatangan Rajatha, mereka mulai berduskusi mengenai
rencana apa yang akan dilakukan oleh Rajatha, Hasan dan Husen hanya membantu di
awal saja seperti mendapatkan perizinan dari pemerintah untuk membangun dan
membuka sebuah perusahaan, untuk hal lainnya semua Rajatha sendiri yang
menanganinya, papanya tidak salah meminta uncle kembar ini untuk membantunya, kurang
dari satu hari Hasan dan Husen sudah mendapatkan izin untuk membangun gedung
perusahaan disini, bayangkan jika Rajatha yang melakukannya sendiri pasti butuh
lebih banyak waktu dan bolak-balik untuk mendapatkan izin tersebut apalagi
Negara ini sangat baru untuknya, memang ia lahir disini dan menurut sang mama
terakhir kali mereka ke Indonesia adalah saat Rajatha berumur tiga tahun.
Walaupun begitu, Rajatha sangat fasih berbahasa Indonesia karena saat di rumah
kedua orang tuanya Jalal dan Jodha berbicara dalam bahasa Indonesia, itu
sebabnya Rajatha sudah sangat terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dalam
kehidupan sehari-harinya.
“Terima kasih Uncle atas bantuannya, kalau tidak ada Uncle
Hasan dan Husen mungkin aku masih harus berurusan dengan makelar tanah,
kepolisian dan pemerintah setempat untuk mendapatkan ini” Kata Rajatha seraya
memegang sebuah map biru yang berisi surat izin
“Hahaha,, Itu hanya hal biasa Jagoan, dulu kami bahkan sering melakukan hal-hal
yang lebih daripada ini dalam waktu yang singkat” Kata Husen menyombongkan diri
dan dibalas senyum kebanggaan pula oleh Hasan
“Apa itu?” Tanya Rajatha ingin tahu
“Membatalkan pernikahan warga negara asing yang bahkan sudah mendapatkan izin
resmi dari kedutaan Negara setempat, dan kau tahu kami melakukannya tidak lebih
dari satu hari saja” Hasan menepuk dadanya dengan bangga
“Benarkah? Kalau boleh tahu pernikahan siapa yang sudah
kalian batalkan itu dan apa pasangan itu tidak marah dan menuntut kalian uncle?”
Rajatha kembali bertanya
“Hahaha,, Kau lucu sekali, kalau kami tidak membatalkan pernikahan sialan itu
kau tidak akan ada Jagoan” Jawab Husen
“Maksudnya Uncle?”
“Itu adalah rencana pernikahan Mamamu dengan pria brengsek yang
memanfaatkannya, ohh,, semoga pria brengsek itu dan ayahnya sudah membusuk di
Zimbabwe” Kata Hasan menyeringai
Rajatha diam dan mengangguk pertanda ia paham apa yang
disampaikan uncle nya itu, dulu memang mamanya pernah bercerita masalah itu
padanya tapi tidak terlalu rinci karena Mama dan Papanya tidak mau mengungkit
kejadian itu lagi
“Ck,, Ternyata Papamu payah sekali Jagoan, masa dia tidak
pernah menceritakan padamu prestasi-prestasi membanggakan dari kami” Cibir
Hasan dan diangguki pula oleh Husen, sedang Rajatha geleng-geleng kepala
melihat kelakuan Uncle nya ini dan memilih untuk melanjutkan pekerjaan dengan
berkas-berkas di hadapannya.
^^^
Sudah lebih dari satu minggu berlalu, kini waktunya Hasan dan Husen harus
meninggalkan Indonesia dan kembali memegang kendali perusahaan keluarga mereka
“Kau baik-baik lah disini Jagoan, jaga dirimu dan kalau kau butuh bantuan
jangan sungkan untuk menghubungi kami, hmm” Kata Husen pada Rajatha
“Pasti dan terima kasih banyak Uncle”
“Bangunlah perusahaan itu sesuai dengan keinginanmu dan
jadilah pemimpin yang mengayomi para karyawannya, seperti papamu” Nasihat Hasan
pada Rajatha
Rajatha mengangguk patuh dan tersenyum, sejenak Rajatha bergantian memeluk
Uncle kembarnya itu
“Hati-hati Uncle”
“Kau juga Jagoan”
^^^
Hari ini adalah peletakan batu pertama untuk gedung perusahaan Rajatha, sebagai
pemilik Rajathalah yang berhak melakukannya.
Setelah acara peletakan batu pertama, Rajatha berkeliling proyeknya bahkan ia
tidak segan membantu para buruh bangunan itu hingga membuat kemeja dan celana
yang dikenakannya tampak kusut dan berdebu tapi tidak menghilangkan ketampanan
yang dimilikinya.
“Maaf,, Permisi Bapak Rajatha” Panggil seseorang yang ternyata
mandor dari para buruh yang sedang bekerja disini
“Ada apa?”
“Saya ingin meminta izin untuk ke Rumah Sakit sebentar Pak, Eem,, Adik saya
baru saja menelphone dan mengatakan bahwa ibu saya mendadak pingsan dan saat
ini sedang dirawat disana” Kata sang mandor sopan pada Rajatha
“Ibumu?”
“Iya Pak”
“Ahh,, Aku jadi merindukan Mama, sedang apa
kira-kira ratu cantik ku itu disana” Batin Rajatha, ia merindukan Jodha,
mamanya.
“Ayo” Kata Rajatha kemudian
“Bapak?” Tanya sang mandor tidak mengerti
“Ayolah, aku akan mengantarmu ke rumah sakit itu, kau harus segera sampai
kesana dan memastikan keadaan ibumu kan”
“I-iya Pak,, Terima kasih banyak Pak, Mari”
Rajatha dan sang Mandor pun pergi, Rajatha tidak
memperdulikan penampilannya yang sudah agak kusut karena habis membantu para
buruh bekerja tadi, ia hanya ingin segera mempertemukan seorang anak pada
ibunya yang sedang sakit. Begitulah Rajatha, didikan dari kedua orang tuanya
selalu membekas didirinya, ia selalu memposisikan dirinya bagaimana jika
kesusahan dan kesulitan yang orang lain rasakan terjadi dengan dirinya sendiri,
itulah yang membuat Rajatha tidak pernah segan untuk menolong orang-orang
disekitarnya tanpa memandang siapa mereka.
Sekitar setengah jam Rajatha dan mandor itu sudah sampai di
rumah sakit, setelah bertemu sebentar Rajatha pamit undur diri namun saat ia
melewati sebuah lorong di rumah sakit itu, matanya melihat sebuah ruang
perawatan dengan pintu sedikit terbuka dan terdengar suara rintihan yang begitu
pilu dari dalam sana, rintihan seorang perempuan.
Rintihan pilu yang membuat Rajatha tanpa sadar melangkahkan
kakinya menuju ruang perawatan tersebut, dengan hati berdebar dan hati-hati
Rajatha sedikit mendorong pintu tersebut dan tampaklah disana seorang wanita
sedang duduk di ranjang dengan menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya yang
di tekuk, Rajatha tidak melihat orang lain lagi di dalam ruangan itu selain
wanita tersebut, dengan sangat pelan Rajatha mendekati ranjang tersebut, entah
apa yang menariknya kesana ia pun tidak tahu.
“Ayahh,, Bunda,, Kak Ardhan,,, Hiks,,Hiks,,, Aku tidak kuat
lagi,, Kenapa kalian jahat padaku,,, Hikss,,, Kalian tega meninggalkan
aku,,,,sendirian disini,,Hiks,,Hiks,, Ya Allah,,,Kenapa tidak,,,kau ambil juga
nyawaku,,,saat kecelakaan itu terjadi,,,Aku,,Aku,,tidak sanggup,,,Hiks,,Hikss”
Wanita yang ternyata adalah Faridha itu mencurahkan isi hatinya dalam
tangisannya, ia tidak sadar jika ada orang lain yang memperhatikannya
“Emm,,, Permisi Nona” Sapa Rajatha pada wanita yang tengah menangis tersebut
Sontak Faridha itu langsung mengangkat wajahnya dan berusaha mencari kira-kira
dimana keberadaan orang yang menegurnya itu dengan menjulurkan kedua tangannya
“Si,,Siapa kau? Apa kau dokter yang akan memeriksa ku?” Tanya Faridha dengan
suara yang bergetar dan serak karena habis menangis
Rajatha mendekatkan telapak tangannya dan menggerakannya di depan wajah Faridha
namun tak ada respon apa-apa, tatapan matanya kosong “Ya Allah, dia buta” Batin Rajatha
“Aku,,,” Belum sempat Rajatha menjawab, Faridha sudah berteriak padanya
“Dokter,, Anda tidak perlu memeriksaku, aku tidak butuh obat atau terapi apapun
karena aku juga tidak mau sembuh, aku buta dan lumpuh, aku ingin segera
menyusul ayah dan bundaku. Aku tidak mau di obati lagi,, aku tidak mauu” Teriak
Faridha
Rajatha diam, sungguh ia tidak menyangka bahwa selain buta ternyata
wanita cantik yang ada di hadapannya ini juga lumpuh, pantas saja ada sebuah
kursi roda disamping ranjang ini, Rajatha terus memperhatikan wanita tersebut
dan hatinya terenyuh, betapa rapuhnya hati wanita ini
Tiba-tiba seorang wanita paruh baya masuk kedalam ruangan tersebut bersama
dengan seorang dokter.
“Maaf, tolong untuk keluarga Nona Faridha harap tunggu diluar” Kata dokter
tersebut
Bik Min hendak berbalik diikuti oleh Rajatha dibelakangnya
“Kau siapa?” Tanya Bik Min pada Rajatha, saat masuk tadi ia tidak menyadari
keberadaan pemuda itu karena ia sangat tergesa-tergesa
“Eem,,,”
“Kita bicara diluar saja” Ajak Bik Min dan Rajatha hanya menurut
“Sekarang katakan anak muda, siapa kau dan kenapa kau bisa
berada di dalam ruangan bersama Non Faridha” Tanya Bik Min lembut
“Kenalkan nama saya,,,,”
“Ah ya,, Bibi baru ingat sekarang, kau adalah pelayan yang akan membantu bibik
merawat non Faridha disini kan?” Kata Bik Min bersemangat tanpa memperdulikan Rajatha
yang belum selesai memperkenalkan dirinya tadi
“Pelayan?” Tanya Rajatha semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini
“Ya, minggu lalu Bibi menghubungi sebuah yayasan yang menyediakan tenaga kerja,
bibi membutuhkan tenaga kerja pria untuk membantu Bibi merawat Non Faridha dan
semalam Bibi diberitahu bahwa pelayan pria tersebut akan menemui Bibi tapi
karena hari ini adalah jadwal rutin Non Faridha periksa jadi Bibi meminta pada
Bos mu untuk menemui kami di rumah sakit saja siang ini” Jelas Bik Min panjang
lebar
“Yayasan? Pelayan pria? Merawat Non Faridha? Maaf Bi, saya tidak mengerti dan
saya datang kesini bukan untuk menjadi pelayan” Kata Rajatha berusaha
mengatakan apa yang sebenarnya terjadi
Bik Min memperhatikan penampilan Rajatha dari atas sampai kebawah dan keatas
lagi
“Dia memang
pemuda yang sangat tampan, apa dia bukan pelayan yang semalam dimaksud itu
tapi,,jika dilihat-lihat dari penampilannya,,hhmm,,bajunya kusut dan sedikit
kotor, celananya juga sama,, ah mungkin dia malu mengakui dirinya sebagai
pelayan” Batin Bik Min dan dia tersenyum
Dokter yang memeriksa Faridha sudah selesai, Bik Min
mengajak Rajatha untuk kembali masuk ke ruangan Faridha
“Bagaimana Non?” Tanya Bik Min lembut seperti biasanya pada Faridha
“Tidak ada yang berubah Bi, bukankah sudah ku katakan berkali-kali Bi, percuma juga
membawaku kesini, aku tidak akan bisa kembali sembuh seperti sebelumnya,
lagipula aku akan merepotkan Bibi untuk menggendongku turun dan naik ke kursi
roda sialan itu” Gerutu Faridha
“Bibi tidak pernah merasa di repotkan kok Non, Bibi senang bisa melakukannya,
Non harus tetap rutin berobat dan terapi kesini. Oh ya, kenalkan Bibi sudah
mendapatkan pelayan baru untuk membantu Bibi merawat Non, jadi kalau Bibi
sedang pergi ada dia yang akan menemani Non Faridha” Kata Bik Min, ia
mengangkat tangan kanan Faridha untuk bersalaman dengan Rajatha
Sedang Rajatha menatap tidak mengerti, ia tidak menjulurkan tangannya untuk
menyambut uluran tangan Faridha, Faridha mengernyit bingung karena sepertinya
ulurannya tangannya tidak dibalas oleh pelayan yang dimaksud Bik Min itu
“Maaf sekali Bibi dan kau Nona, aku ini bukan pelayan dan
aku tidak sengaja masuk keruangan ini, kalian salah orang. Aku permisi dan
semoga kau lekas sembuh Nona” Kata Rajatha akhirnya dan berbalik hendak menuju
pintu keluar
“Hey,, Tunggu” Panggil Bik Min berusaha menahan Rajatha untuk pergi
Faridha langsung menyentakan tangannya yang tadi dipegang Bik Min
“Tidak usah dipanggil lagi Bik, biarkan saja dia pergi, aku memang sudah tidak
punya siapa-siapa lagi, semua orang pergi meninggalkanku, jika Bibi mau pergi
juga aku tidak masalah, pergilah. Lagipula tidak akan ada perduli dengan gadis
cacat, yatim piatu dan janda seperti ku, tidak ada yang mau dekat denganku lagi
bahkan seorang pelayan sepertinya pun lebih memilih pergi dariku, mungkin jika
mayatku ditemukan tak bernyawa dipinggir jalan sekalipun tidak akan ada yang
sudi untuk melihatku, aku,,, aku mau mati saja Bik,,” Faridha berteriak histeris
mengeluarkan emosinya yang kembali meletup-letup, kali ini ia tidak
mengeluarkan air mata tapi ini justru lebih mengerikan, Bik Min yang berada
disampingnya bahkan tidak kuat menahan rontaan Faridha.
“Tolong panggilkan dokter lagi” Kata Bik dengan berurai mata
pada Rajatha yang ternyata masih berada disana, ia terpaku setelah mendengar
kata-kata Faridha tadi
“Yatim piatu? Janda? Subhanallah,,,”
Batin Rajatha iba
Rajatha segera keluar untuk memanggil dokter dan tidak
berapa lama dokter tersebut sudah kembali memeriksa Faridha dan memberinya obat
penenang.
“Tolong jangan biarkan Nona Faridha hilang control seperti tadi, itu akan
semakin menghambat proses penyembuhannya, Nona Faridha masih depresi atas apa
yang sudah menimpanya, beri dia semangat untuk sembuh dan tolong jaga
perasaannya jangan sampai dia melakukan hal-hal yang akan melukai dirinya
sendiri. Saya permisi” Kata dokter menjelaskan
“Ya
Allah,,, Apa yang harus kulakukan, Mah, Pah” Kata Rajatha dalam hati, ia bimbang saat ini
“Sekarang bisa kau jelaskan siapa dirimu sebenarnya anak
muda” Kata Bik Min pada Rajatha
“Saya bukan pelayan yang Bibi maksud untuk merawat Faridha Bik, saya datang
kesini tadi untuk mengantar rekan kerja saya menjenguk ibunya yang sedang sakit”
Kata Rajatha hati-hati
“Lalu bagaimana kau bisa ada diruangan ini tadi” Tanya Bik Min lagi
“Tadi saat aku melewati lorong ini, aku mendengar seseorang yang menangis dan
aku melangkahkan kaki ku masuk keruangan ini yang tidak tertutup, aku tidak ada
maksud apa-apa Bik” Jelas Rajatha lagi pada Bik Min
Bik Min mengangguk mengerti, yah mungkin dia memang salah orang, tapi bagaimana
ia akan menjelaskan pada Faridha nantinya
“Maafkan Bibi ya nak sudah menempatkan mu di posisi sulit seperti tadi, siapa
namamu?”
“Nama saya,,,”
“Bik Min” Panggil Faridha pada Bik Min
“Non,, Non Faridha sudah sadar Non?” Bik Min mengalihkan perhatiannya pada
Faridha
Faridha hanya mengangguk lemah
“Bik, aku mau pulang” Kata Faridha
“Iya Non, kita pulang sekarang” Kata Bik Min dan bersiap untuk menggendong
Faridha menuju kursi rodanya
Namun tanpa disadari oleh Bik Min dan Faridha, Rajatha sudah berada disamping
Faridha, ia mengangguk pada Bik Min bahwa ia yang akan menggendong Faridha
menuju kursi rodanya, Bik Min mengiyakan dan tersenyum, Rajatha langsung menggendong
Faridha dalam diam
“Kau,,Si-siapa kau,, Bik” Kata Faridha panik namun tangannya
reflek ia kalungkan di leher Rajatha membuat Rajatha tersenyum tipis karenanya
“Cantik sekali” Bisik Rajatha dalam hati saat wajah Faridha
berada di depan wajahnya
Dengan perlahan Rajatha medudukan Faridha di kursi rodanya, namun tangan
Faridha masih merangkul erat leher Rajatha, entah Faridha sadar atau tidak
sudah melakukan itu
“Ehmm,, Nona” Kata Rajatha pelan di depan wajah cantik Faridha
Sontak Faridha tersadar dan melepaskan rangkulan tangannya, wajahnya seketika
merona menyadari bahwa ia sudah merangkul erat leher pria yang sedang
menggendongnya ini
“Kau,,, Bukankah kau pelayan yang tadi” Kata Faridha tidak suka, ia masih ingat
betul suaranya
“Maaf atas apa yang sudah saya lakukan tadi Nona” Kata Rajatha akhirnya
“Untuk apa kau masih disini,, Bik Min,,,” Kata Faridha dan memanggil Bik Min
“Ya Non, Bibi disini” Bik langsung mendekati Faridha
“Saya bersedia membantu Bik Min untuk merawat anda Nona” Kata Rajatha membuat
Bik Min tidak percaya, ya akhirnya Rajatha memutuskan untuk menjadi pelayan
Faridha
“Nanti aku jelaskan” Kata Rajatha pada Bik Min tanpa mengeluarkan suaranya dan
Bik Min mengangguk mengerti
“Tidak perlu” Ketus Faridha pada Rajatha, ia masih kesal. Tentu saja
“Ayolah Nona, aku sangat membutuhkan pekerjaan ini demi keluarga ku” Bujuk
Rajatha lagi, ya dengan sedikit berbohong untuk menarik simpati Faridha, entah
mengapa ada sesuatu dihatinya yang tidak rela melihat gadis rapuh seperti
Faridha menjalani masa-masa sulit dalam kesepiannya, yang Rajatha tahu ia hanya
ingin membantu Faridha sebisa mungkin, bagaimana nantinya Rajatha juga tidak
tahu
“Terima saja Non” Kata Bik Min, berusaha membujuk Faridha
“Hhmm,,, Baiklah, siapa namamu?” Kata Faridha akhirnya setelah beberapa saat ia
diam
“Saya,,, Ra,, Em,, Putra, ya panggil saja saya Putra Nona” Rajatha
memperkenalkan dirinya sebagai Putra pada Faridha dan Bik Min
“Faridha”
Rajatha meraih tangan Faridha untuk bersalaman dengannya
“Terima kasih Nona, saya akan menjadi pelayan Nona dan membantu Nona mulai saat
ini” Kata Rajatha dengan tersenyum, Faridha mengangguk dan meminta Bik Min
untuk segera mendorong kursi rodanya meninggalkan rumah sakit.
To Be Continue,..