Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang dan sangat melelahkan, akhirnya
Rajatha tiba di Bandara International Soekarno-Hatta
“Indonesia” Gumamnya
^^^
Rajatha menggeret kopernya dan menuju pintu keluar Bandara. Rajatha
mengaktifkan kembali ponselnya yang sempat ia nonaktifkan selama perjalanan
tadi, segera ia menghubungi orangtua nya memberi kabar bahwa ia sudah sampai
dengan selamat di Indonesia.
“Sekarang saatnya aku menghubungi Uncle Hasan” Ujar Rajatha dan mulai mencari
kontak unclenya itu
Tak berapa lama panggilannya terhubung dan diterima diseberang sana
“Assalamu’alaikum, Hallo Uncle” Sapa Rajatha sopan
“Walaikum salam, Rajatha, Kau dimana, uncle sudah menunggumu di Bandara bersama
Uncle Husen” Jawab Hasan pada Rajatha
“Oh,, Aku sudah berada di pintu keluar Uncle, sebentar”
Tampak Rajatha celingak-celinguk mencari keberadaan Uncle kembarnya di sekitar
situ hingga seseorang menepuk bahunya dari belakang dan reflek Rajatha menoleh
“Uncle,,,” Rajatha tersenyum sumringah dan langsung memeluk kedua uncle
kembarnya
“Hallo Jagoan, kau semakin tampan saja seperti uncle” Canda Husen pada
keponakan kesayangannya itu dengan mengacak rambut Rajatha sayang
“Ayo Jagoan kita ke appartement sekarang, Papamu akan memaki-maki
kami nanti jika menelantarkanmu disini,,, Hahaha” Kata Hasan dan mereka bertiga
tertawa bersama
Rajatha sudah berada di dalam mobil bersama Hasan dan Husen,
Unclenya ini seumuran dengan Papanya, Jalal. Namun mereka berdua masih betah
hidup sendiri, entah apa yang mereka cari padahal secara umur dan kemapanan
mereka sudah sangat pantas untuk membina sebuah keluarga.
“Jagoan” Panggil Husen pada Rajatha
“Uncle,,, Please,, Jangan ikut-ikutan Papa dengan memanggilku seperti itu” Kata
Rajatha tidak suka
“Heyy,, Kalau bukan Jagoan lalu kami akan memanggilmu apa hm,, Tuan Putri
Rajatha begitu??” Timpal Hasan yang sama menyebalkannya dengan Husen
“Hey Jagoan” Panggil Husen lagi
“Hhmm,,?” Jawab Rajatha malas
“Bagaimana Indonesia menurutmu, Jakarta ini lebih tepatnya”
“Panas, Macet dan terasa penuh” Jawab Rajatha jujur
“Hahaaa,,, Kau terlalu jujur Jagoan, setidaknya katakanlah hal baik tentang
Negara mu ini, hmm”
“Ya, walaupun disini cuacanya terasa sangat panas dan terlihat kemacetan
dimana-mana hingga membuatnya terlihat sesak dan penuh tapi aku merasa aku
seperti pulang kerumahku, aku harap aku bisa cepat beradaptasi dengan dunia
bisnis di Indonesia agar bisa segera membangun perusahaan dan sukses seperti perusahaan
sebelumnya” Kata Rajatha panjang lebar
“Kau ini,, kenapa mirip sekali dengan Papamu itu, perkataan mu tidak pernah
jauh-jauh dari bisnis, tidak bisakah kau sedikit lebih rileks dan menikmati
hidup, seperti uncle-uncle tampanmu ini sewaktu muda” Kata Husen menanggapi
omongan Rajatha
“Aku tidak punya waktu untuk itu uncle, sejak dulu papa sudah mewanti-wanti ku
bahwa aku adalah satu-satunya penerus The Worlds, aku tidak punya waktu dan
juga tidak tertarik untuk berleha-leha seperti anak muda lainnya.”
“Kau memang Jagoan papamu, Rajatha. Kaulah pewaris tunggal The Worlds. Tapi
mungkin kau berkata seperti itu karena kau belum pernah mengenal apa itu
cinta,,hm” Kata Hasan menggoda Rajatha
“Hahaa,, Hasan, apa aku tidak salah dengar? Kau berkata tentang cinta pada Rajatha
sedangkan kau masih sendiri sampai saat ini,, hahaha” Husen tertawa
“Diam kau Husen, lalu bagaimana denganmu, kau juga masih sendiri, lagipula
memangnya ada gadis yang mau denganmu huh,,” Hasan balik mengatai Husen membuat
Husen diam
Rajatha yang melihat kelakuan uncle kembarnya ini tak ayal membuatnya tertawa
“By the way, kapan Uncle Hasan dan Husen tiba di Jakarta?” Tanya Rajatha
setelah ia berhenti tertawa
Ya, Rajatha tahu bahwa Hasan dan Husen datang ke Jakarta atas permintaan Jalal
bulan lalu pada mereka, karena memang Hasan dan Husen tidak tinggal disini
“Kami baru saja tiba kemarin malam Jagoan” Sahut Hasan dan di angguki oleh
Husen
^^^
Sudah dua hari Rajatha tinggal bersama dengan Uncle kembarnya, mereka menyewa
sebuah appartement disekitaran Jakarta Pusat, Hasan dan Husen tidak bisa
berlama-lama menemani Rajatha di Jakarta karena mereka harus secepatnya kembali
mengurus perusahaan keluarga mereka.
Sejak kedatangan Rajatha, mereka mulai berduskusi mengenai
rencana apa yang akan dilakukan oleh Rajatha, Hasan dan Husen hanya membantu di
awal saja seperti mendapatkan perizinan dari pemerintah untuk membangun dan
membuka sebuah perusahaan, untuk hal lainnya semua Rajatha sendiri yang
menanganinya, papanya tidak salah meminta uncle kembar ini untuk membantunya, kurang
dari satu hari Hasan dan Husen sudah mendapatkan izin untuk membangun gedung
perusahaan disini, bayangkan jika Rajatha yang melakukannya sendiri pasti butuh
lebih banyak waktu dan bolak-balik untuk mendapatkan izin tersebut apalagi
Negara ini sangat baru untuknya, memang ia lahir disini dan menurut sang mama
terakhir kali mereka ke Indonesia adalah saat Rajatha berumur tiga tahun.
Walaupun begitu, Rajatha sangat fasih berbahasa Indonesia karena saat di rumah
kedua orang tuanya Jalal dan Jodha berbicara dalam bahasa Indonesia, itu
sebabnya Rajatha sudah sangat terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dalam
kehidupan sehari-harinya.
“Terima kasih Uncle atas bantuannya, kalau tidak ada Uncle
Hasan dan Husen mungkin aku masih harus berurusan dengan makelar tanah,
kepolisian dan pemerintah setempat untuk mendapatkan ini” Kata Rajatha seraya
memegang sebuah map biru yang berisi surat izin
“Hahaha,, Itu hanya hal biasa Jagoan, dulu kami bahkan sering melakukan hal-hal
yang lebih daripada ini dalam waktu yang singkat” Kata Husen menyombongkan diri
dan dibalas senyum kebanggaan pula oleh Hasan
“Apa itu?” Tanya Rajatha ingin tahu
“Membatalkan pernikahan warga negara asing yang bahkan sudah mendapatkan izin
resmi dari kedutaan Negara setempat, dan kau tahu kami melakukannya tidak lebih
dari satu hari saja” Hasan menepuk dadanya dengan bangga
“Benarkah? Kalau boleh tahu pernikahan siapa yang sudah
kalian batalkan itu dan apa pasangan itu tidak marah dan menuntut kalian uncle?”
Rajatha kembali bertanya
“Hahaha,, Kau lucu sekali, kalau kami tidak membatalkan pernikahan sialan itu
kau tidak akan ada Jagoan” Jawab Husen
“Maksudnya Uncle?”
“Itu adalah rencana pernikahan Mamamu dengan pria brengsek yang
memanfaatkannya, ohh,, semoga pria brengsek itu dan ayahnya sudah membusuk di
Zimbabwe” Kata Hasan menyeringai
Rajatha diam dan mengangguk pertanda ia paham apa yang
disampaikan uncle nya itu, dulu memang mamanya pernah bercerita masalah itu
padanya tapi tidak terlalu rinci karena Mama dan Papanya tidak mau mengungkit
kejadian itu lagi
“Ck,, Ternyata Papamu payah sekali Jagoan, masa dia tidak
pernah menceritakan padamu prestasi-prestasi membanggakan dari kami” Cibir
Hasan dan diangguki pula oleh Husen, sedang Rajatha geleng-geleng kepala
melihat kelakuan Uncle nya ini dan memilih untuk melanjutkan pekerjaan dengan
berkas-berkas di hadapannya.
^^^
Sudah lebih dari satu minggu berlalu, kini waktunya Hasan dan Husen harus
meninggalkan Indonesia dan kembali memegang kendali perusahaan keluarga mereka
“Kau baik-baik lah disini Jagoan, jaga dirimu dan kalau kau butuh bantuan
jangan sungkan untuk menghubungi kami, hmm” Kata Husen pada Rajatha
“Pasti dan terima kasih banyak Uncle”
“Bangunlah perusahaan itu sesuai dengan keinginanmu dan
jadilah pemimpin yang mengayomi para karyawannya, seperti papamu” Nasihat Hasan
pada Rajatha
Rajatha mengangguk patuh dan tersenyum, sejenak Rajatha bergantian memeluk
Uncle kembarnya itu
“Hati-hati Uncle”
“Kau juga Jagoan”
^^^
Hari ini adalah peletakan batu pertama untuk gedung perusahaan Rajatha, sebagai
pemilik Rajathalah yang berhak melakukannya.
Setelah acara peletakan batu pertama, Rajatha berkeliling proyeknya bahkan ia
tidak segan membantu para buruh bangunan itu hingga membuat kemeja dan celana
yang dikenakannya tampak kusut dan berdebu tapi tidak menghilangkan ketampanan
yang dimilikinya.
“Maaf,, Permisi Bapak Rajatha” Panggil seseorang yang ternyata
mandor dari para buruh yang sedang bekerja disini
“Ada apa?”
“Saya ingin meminta izin untuk ke Rumah Sakit sebentar Pak, Eem,, Adik saya
baru saja menelphone dan mengatakan bahwa ibu saya mendadak pingsan dan saat
ini sedang dirawat disana” Kata sang mandor sopan pada Rajatha
“Ibumu?”
“Iya Pak”
“Ahh,, Aku jadi merindukan Mama, sedang apa
kira-kira ratu cantik ku itu disana” Batin Rajatha, ia merindukan Jodha,
mamanya.
“Ayo” Kata Rajatha kemudian
“Bapak?” Tanya sang mandor tidak mengerti
“Ayolah, aku akan mengantarmu ke rumah sakit itu, kau harus segera sampai
kesana dan memastikan keadaan ibumu kan”
“I-iya Pak,, Terima kasih banyak Pak, Mari”
Rajatha dan sang Mandor pun pergi, Rajatha tidak
memperdulikan penampilannya yang sudah agak kusut karena habis membantu para
buruh bekerja tadi, ia hanya ingin segera mempertemukan seorang anak pada
ibunya yang sedang sakit. Begitulah Rajatha, didikan dari kedua orang tuanya
selalu membekas didirinya, ia selalu memposisikan dirinya bagaimana jika
kesusahan dan kesulitan yang orang lain rasakan terjadi dengan dirinya sendiri,
itulah yang membuat Rajatha tidak pernah segan untuk menolong orang-orang
disekitarnya tanpa memandang siapa mereka.
Sekitar setengah jam Rajatha dan mandor itu sudah sampai di
rumah sakit, setelah bertemu sebentar Rajatha pamit undur diri namun saat ia
melewati sebuah lorong di rumah sakit itu, matanya melihat sebuah ruang
perawatan dengan pintu sedikit terbuka dan terdengar suara rintihan yang begitu
pilu dari dalam sana, rintihan seorang perempuan.
Rintihan pilu yang membuat Rajatha tanpa sadar melangkahkan
kakinya menuju ruang perawatan tersebut, dengan hati berdebar dan hati-hati
Rajatha sedikit mendorong pintu tersebut dan tampaklah disana seorang wanita
sedang duduk di ranjang dengan menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya yang
di tekuk, Rajatha tidak melihat orang lain lagi di dalam ruangan itu selain
wanita tersebut, dengan sangat pelan Rajatha mendekati ranjang tersebut, entah
apa yang menariknya kesana ia pun tidak tahu.
“Ayahh,, Bunda,, Kak Ardhan,,, Hiks,,Hiks,,, Aku tidak kuat
lagi,, Kenapa kalian jahat padaku,,, Hikss,,, Kalian tega meninggalkan
aku,,,,sendirian disini,,Hiks,,Hiks,, Ya Allah,,,Kenapa tidak,,,kau ambil juga
nyawaku,,,saat kecelakaan itu terjadi,,,Aku,,Aku,,tidak sanggup,,,Hiks,,Hikss”
Wanita yang ternyata adalah Faridha itu mencurahkan isi hatinya dalam
tangisannya, ia tidak sadar jika ada orang lain yang memperhatikannya
“Emm,,, Permisi Nona” Sapa Rajatha pada wanita yang tengah menangis tersebut