“Dimana
aku? Ayah? Kak Ardhan,,, Aahh,, Kepala ku”
“Non,, Non Faridha udah sadar Non?”
“Bi Min?”
“Iya Non, ini Bibi. Bibi panggilkan dokternya dulu ya, non Faridha tunggu
sebentar disini”
“Bi,, Ke-kenapa gelap,, ini,, mataku,, kenapa di perban seperti ini?” Kata
Faridha panik
^^^
Tangan Faridha gemetar, ia mencoba meraba-raba perban melingkar dikepalanya
yang menutupi matanya, nafasnya mulai tercekat membayangkan jika sesuatu yang
buruk akan terjadi padanya, bahunya bergetar dan bibirnya menggumam pilu.
Bik Min yang tidak tahan melihat kesedihan Faridha segera keluar untuk
memanggil dokter, Faridha adalah anak majikannya yang sudah ia anggap seperti
putrinya sendiri, ia sudah bekerja saat Faridha baru berumur dua tahun, ia
sudah sangat tahu bagaimana dan seperti apa sosok Faridha.
Dokter
datang bersama dua orang suster untuk memeriksa Faridha, Bik Min juga sudah
berada disana dan memandang sedih kearah Faridha
“Biar saya memeriksa anda sebentar Nona Faridha” Kata sang Dokter pada Jodha
“Dokter,, Kau seorang dokter,, Katakan,, Apa,, Apa yang sebenarnya terjadi
denganku, kenapa mataku harus diperban seperti ini dan,, Ya Allah,, Kenapa kaki
ku seperti mati rasa seperti ini, aku tidak bisa merasakan kakiku dokter,,, Ada
apa dengan ku,,,Aarrgghhh” Teriak Faridha frustasi
Bik Min segera menghampiri Faridha dan memeluknya berusaha menenangkannya
“Non” Panggil Bik Min dengan nada bergetar
“Bibik,, Aku,, ke-kenapa Bik,,Hikss,,Hikss,,,”
Bik Min mengelus kepala Faridha dengan sayang
“Tenanglah Non Faridha, biarkan dokter periksa dulu ya, nanti Non akan tahu apa
yang sebenarnya terjadi” Kata Bik Min lembut
Faridha mengangguk lemah.
Beberapa
menit berlalu, dokter telah selesai memeriksa Faridha dan ia mengajak Bik Min
keluar untuk menyampaikan kondisi Faridha.
^^^
Pintu kamar perawatan Faridha terbuka
“Bik Min?” Panggil Faridha
“Iya Non, ini Bibi” Bik Min menuju kursi yang berada disamping ranjang Faridha
“Apa kata dokter Bi?”
“Non,,Hiks,,Hiks,,” Bik Min merasa berat untuk menyampaikannya, membuat Faridha
menghembuskan nafas panjang dan merasa bahwa apa yang ditakutkannya daritadi
itulah yang akan terjadi padanya
“Katakan saja apa adanya Bik, toh cepat atau lambat aku juga akan tahu nanti
saat perban ini dilepas kan”
“Non,, Bibi mohon Non yang sabar ya Non, Bibi akan selalu jagain Non sampai
kapanpun Non,,Hiks,,”
“Katakan Bik, aku mohon”
“Dokter mengatakan bahwa kecelakaan yang dialami Non semalam cukup parah,
semalam saat dibawa kesini keadaan Non cukup mengenaskan, terdapat pecahan kaca
di sekitar wajah Non dan juga beberapa diantaranya mengenai kornea mata Non
hingga membuatnya tergores hingga kedalam, itu bisa,, bisa,, Ya Allah,,,”
“Bisa apa Bik?” Tanya Faridha takut
“Non bisa,,mengalami kebutaan Non,,Hiks,,Hiks,,,”
Faridha
tiba-tiba terdiam mendengarnya, tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya
membuat Bik Min khawatir
“Non,,Non Faridha baik-baik saja Non?”
“Teruskan Bi, aku masih mendengarnya” Sahut Faridha pelan dan serak
“Tapi Non tidak usah khawatir, dokter sedang mengusahakan untuk mendapatkan
donor mata untuk Non secepatnya, jadi bersabarlah ini hanya sementara Non” Bik
Min menguatkan
“Ya, lalu apa yang terjadi dengan kedua kaki ku Bi?”
“Kaki Non juga untuk sementara tidak bisa dipakai untuk berjalan dulu, Non
harus menggunakan kursi roda untuk kemana-mana, tenang saja Bibi akan setia
mengantar kemanapun Non mau pergi”
Faridha kembali mengangguk lemah, masih ada yang mengganjal di hatinya
“Bik”
“Ya Non?”
“Sebenarnya aku takut untuk menanyakan ini”
“Menanyakan apa Non?”
“Di-dimana Ayah dan suamiku Bik?”
Untuk beberapa saat Bik Min diam tidak menjawabnya,
“Pasti Faridha akan sangat terpukul jika
mengetahui apa yang sudah terjadi pada Ayah dan Suaminya” Batin Bik Min
“Bik,, Tolong,, Katakan walau itu adalah yang terburuk sekalipun” Kata Faridha
dengan memaksa
“Nanti Bibi ceritakan ya Non, sekarang Non minum obat dulu ya setelah itu
istirahat”
“Bik” Faridha masih tetap memaksa, walau ia takut mendengarnya namun ia sangat
penasaran dengan apa yang sudah terjadi sebenarnya semalam
“Ya, Bibi janji nanti akan Bibi ceritakan tapi tidak sekarang, ini sudah larut
malam Non, Non harus istirahat dulu, besok perban di mata Non akan dibuka”
“Hhh,, Bagiku sekarang selalu larut malam Bi, aku tidak bisa melihat apapun
lagi bahkan hanya setitik cahaya” Kata Faridha lemah
Bik Min menetaskan air mata mendengar kata-kata Faridha, tidak pernah
disangkanya kalau gadis yang selama ini hidup dengan penuh kebahagiaan dan
kasih sayang akan merasakan hidup dalam kegelapan dan kesepian, walau Bik Min
akan selalu berada disampingnya tapi Bik Min sangat tahu Ayahnya adalah
segalanya bagi Faridha, dan sekarang sang Ayah tidak akan bisa lagi mendampingi
putri tersayangnya bahkan untuk sebuah elusan menenangkan sekalipun Faridha
tidak akan mendapatkannya lagi dari sang ayah.
“Itu hanya sementara Non, sekarang minumlah dulu, ini obatnya” Bik Min menaruh
obat di tangan Faridha, ia berusaha menahan isakan tangisnya agar tidak
terdengar oleh Faridha dan membuat gadis itu semakin rapuh.
^^^
Di belahan bumi lainnya, Spanyol
“Sayang,,, Ayo bangun Nak” Seorang wanita nampak menggedor-gedor pintu kamar
berusaha membangunkan seseorang yang mungkin masih terlelap didalam sana
“Masih belum bangun Sayang?” Sapa seorang pria yang baru menghampirinya
“Ini gara-gara dirimu” Ketus sang wanita pada pria tersebut
“Aku?”
“Tentu saja, kau selalu saja menyuruhnya untuk bekerja keras hingga ia pulang
larut setiap malamnya bahkan kemarin kau membuatnya sibuk sampai tengah malam
sedangkan kau tahu kalau hari ini ia sudah harus berangkat ke Indonesia” Cerocos
sang wanita dengan kesal.
Wanita
dan pria itu adalah pasangan suami istri Jodha Aurora dan Jalaludin Akbar
Tiba-tiba
pintu yang ada di hadapan mereka terbuka menampakan seorang anak muda yang sangat tampan, dia menyembulkan
kepalanya dengan tatapan matanya yang sayu, sepertinya pria muda itu masih
sangat mengantuk
“Pagi
Pah” Sapanya pada sang ayah dengan suara serak khas bangun tidur dan berusaha
menyunggingkan senyum padanya
“Pagi Jagoan” Balas Jalal dengan mengacak-acak rambut pria muda yang merupakan
anaknya tersebut
“Oh,, Come on Pah,, Aku sudah dewasa sekarang, jangan memanggilku seperti itu
lagi”
“Hahaha,, Bagi papa kau tetap Jagoan papa, Rajatha Putra Akbar”
“Ya,,Ya,,Percuma memang berdebat dengan papa”
“Ya,, Sapa saja papamu, mama juga tidak melihat ada orang lain lagi disini”
Sindir Jodha pada suami dan anaknya yang kelihatan asik sendiri dengan dunia
mereka tanpa menghiraukan keberadaannya disana
“Apa Ratu kita marah lagi pah” Tanya Rajatha pada Jalal dan sengaja menggoda
Jodha dengan menyebutnya “Ratu kita”, karena memang hanya Jodha wanita diantara
keluarga kecil mereka, setelah melahirkan Rajatha Jodha dan Jalal tidak
dikaruniai anak lagi hingga sekarang, jadi Jodha adalah satu-satunya wanita di
rumah tersebut dan menjadi ratu bagi mereka
“Sepertinya begitu Jagoan”
“Kau memang anak papamu Rajatha, sejak kecil kalian selalu bersekongkol untuk
menggoda mama bahkan saat masih bayi kau langsung diam kalau papa yang
menggendongmu saat kau sedang menangis” Kata Jodha merajuk
Jodha,
walaupun kini ia sudah mempunyai anak yang sudah dewasa namun sikap manjanya sering
keluar saat ia berbicara dengan suami dan anaknya, dia pun terlihat
pantas-pantas saja melakukannya, wajahnya masih sangat cantik dan menggemaskan
di usianya yang sudah lebih dari kepala empat
“Hahaha,,,Selamat
pagi Ratuku tersayang, aku sangat mencintai dan menyayangi mama sepenuh hatiku”
Rajatha mendekati Jodha dan memberi pelukan hangatnya pada sang mama, kemudian
ia mencium kening Jodha dan saat ia akan memeluk Jodha kembali Jalal langsung
menarik Jodha kearahnya
“Cukup Jagoan, kau tidak boleh terlalu lama berdekatan dengan mama mu” Kata
Jalal tegas membuat Jodha heran namun Rajatha tersenyum menanggapinya
“Apa papa cemburu,,,hhmm” Goda Rajatha
“Tentu saja, mama mu ini hanya papa yang boleh dekat-dekat dengannya, kau cukup
dekat dengan papa saja”
“Hahaha,, Jadi selama ini papa mendekatiku supaya aku tidak dekat-dekat dengan
mama begitu pah?” Rajatha semakin senang menggoda papanya
Jodha
menepuk keningnya, ternyata sikap posesif suaminya tidak pernah berkurang
padanya sedikitpun
“Huffhh,,
Sudah,, Sudah,, Hentikan,, Kalian membuat kepalaku sakit pagi-pagi begini,
Rajatha kau segera mandi sana dan bersiaplah untuk sarapan, dan kau sayang
lebih baik kita tunggu Rajatha dibawah saja” Perintah Jodha pada Rajatha dan
menarik lengan Jalal menuju ruang makan.
“Sayang”
Bisik Jalal saat mereka menuju ruang makan
“Hhmm,,,”
“Apa yang kita lakukan selama menunggu jagoan mandi dan bersiap?” Tanya Jalal
berniat menggoda Jodha
Jodha menatap heran pada Jalal, bingung akan pertanyaan aneh Jalal
“Maksudmu sayang” Tanya Jodha tidak mengerti
Tanpa
menjawab Jalal langsung mengajak Jodha masuk menuju kamar mereka dan
menguncinya begitu mereka sudah berada didalam, Jalal menatap mesra Jodha dan
menghilangkan jarak diantara mereka
“Jangan
menatapku seperti itu Sayang” Kata Jodha malu
“Kau masih begitu menggemaskan sayang, pipimu selalu merona walau aku hanya
menatapmu bahkan aku sudah seringkali melakukannya” Jalal mencium hidung
mancung Jodha
“Aku mencintaimu sayang, selamanya” Kata Jalal lagi dan mencium lembut kening
Jodha dan memeluknya erat, Jodha memejamkan matanya menikmati pelukan erat
Jalal yang tidak pernah bosan ia rasakan, pelukan hangat suaminya yang selalu
mampu membuatnya nyaman dan betah berlama-lama berada dalam pelukan ini
“Sayang,,,”
Panggil Jodha yang masih berada dalam pelukan Jalal
“Hhmm,,,”
“Sepertinya Rajatha masih lama”
“Lalu”
Jodha melepaskan pelukannya, ia menatap wajah Jalal dan tersenyum menggoda pada
suaminya, dengan menjijitkan kakinya Jodha meraih kerah kemeja Jalal membuat
kepala Jalal menunduk dan tanpa aba-aba lagi Jodha mencium lembut bibir
suaminya yang tentu saja langsung dibalas oleh Jalal (Hahaha,, Jalal gitu
lohhhh)
“Kau
menggodaku sayang?” Tanya Jalal setelah melepaskan ciuman mereka
Jodha tidak menjawab, ia mengedipkan sebelah matanya pada Jalal
Jalal langsung meraih Jodha kedalam gendongannya, Jodha melingkarkan tangannya
ke leher Jalal dan menghujani wajah Jalal dengan kecupan-kecupan kecil membuat
Jalal semakin tidak sabar membawa istrinya menuju ranjang mereka.
^^^
“Mah,,,
Pah,,, Aku sudah siap, mari sarapan bersama” Teriak Rajatha dari bawah sana
Jalal dan Jodha tersenyum mendengarnya lalu segera beranjak
“Kita mandi bersama sayang supaya Jagoan tidak terlalu lama menunggu” Ajak
Jalal pada Jodha, Jodha mengangguk dan melilitkan selimut di tubuhnya
“Ya Tuhan,, Bahkan hanya ada aku yang ada
disini dan kami akan mandi bersama tapi istri cantik ku ini masih sibuk untuk
menutupi tubuhnya”
Batin Jalal geli
Jodha merentangkan tangannya minta di gendong oleh Jalal
“Kau lucu sekali sayangku,, Ayoo” Jalal pun membopong tubuh Jodha menuju kamar
mandi mereka
^^^
15 Menit kemudian, Jalal dan Jodha menuju ruang makan dimana Rajatha sudah
menunggu disana, ia belum menyadari kehadiran orang tuanya, ia tampak masih
sibuk dengan handphone-nya, seperti biasa di sela-sela waktu senggangnya pun
Rajatha selalu mengurusi pekerjaannya, persis seperti Jalal. “Like Father Like
Son”
“Hey
Jagoan papa” Sapa Jalal menepuk bahu Rajatha
Seketika Rajatha menoleh kearah mereka, Jalal dan Jodha yang baru selesai mandi
membuat rambut mereka masih sangat basah, Rajatha tersenyum melihat kedua orang
tuanya, kedua orang tuanya masih sangat mesra walaupun sudah hampir 26 tahun
mereka menikah
“Singkirkan
dulu pekerjaan mu sayang, sekarang kita makan dulu” Kata Jodha pada Rajatha
“Ok Mah” Rajatha meletakan ponselnya
Jodha mulai mengambil makanan untuk suami dan putranya, ia selalu melakukannya
sendiri untuk mereka, ia ingin menjadi istri dan ibu terbaik yang dimulai
dengan hal-hal kecil seperti ini disetiap paginya
“Thanks Sayang”
“Thanks Mah”
“Welcome my boy’s” Jawab Jodha dengan tersenyum manis
^^^
Jalal, Jodha sudah tiba di bandara, mereka akan melepas kepergian sang jagoan
untuk memulai bisnis nya secara mandiri di Indonesia, negeri mereka tercinta.
“Kau sudah membawa semua keperluan mu Jagoan?” Tanya Jalal pada Rajatha
“Sudah Pah, lagipula aku memang tidak membawa terlalu banyak, jika aku
membutuhkan sesuatu nanti aku akan membelinya disana” Jawab Rajatha
“Papa sudah mengabari Uncle Hasan, dia nanti yang akan menjemputmu disana, jika
ada yang kau perlukan kau bisa tanyakan padanya”
“Oke Pah”
Jodha yang sedari tadi diam hanya memandang sendu pada putranya, setelah sekian
lama bersama ini adalah pertama kalinya Rajatha akan pergi dalam waktu yang
cukup lama, tentu nanti ia tidak bisa seenaknya meminta Rajatha datang ke
Spanyol karena di Indonesia Rajatha akan membuka perusahaan baru yang pasti
sangat membutuhkan konsentrasi dan tanggung jawabnya, tapi bagaimana jika ia
merindukan putranya, Jodha menghapus setitik air mata yang turun di pelupuk
matanya.
Rajatha
menyadari itu ia melihat kearah Jalal, dengan isyaratnya Jalal meminta Rajatha
menenangkan Jodha
“Mah” Kata Rajatha lembut dan memeluk Jodha
Air mata Jodha yang tidak terbendung lagi akhirnya tumpah sudah, ia menangis
dalam pelukan Rajatha
“Jangan menangis Mah, kau tahu Papa akan memukulku kalau aku membuat Mama
menangis,, Hhmm” Rajatha berusaha menghibur Jodha tapi sepertinya Jodha tidak
terpengaruh ia juga tidak perduli kalau saat ini mereka berada di tempat umum
dimana semua orang yang lalu lalang bisa saja memperhatikan mereka dengan
leluasa
“Mah,, Bukankah Mama sudah mengizinkan ku pergi kesana, kita masih bisa
berkomunikasi mah, aku janji akan sering-sering menghubungi Mama nantinya”
Jodha hanya mengangguk, Jalal mendekati mereka dan membawa mereka kedalam
pelukannya
“Jadilah jagoan yang membanggakan mama dan papa Nak, buktikan kami bangga
memilikimu” Kata Jalal kemudian ia mencium kepala Rajatha dan Jodha bergantian
dan mereka pun berpelukan bersama.
^^^
Pesawat
yang ditumpangi Rajatha sudah take off satu jam yang lalu, Jalal dan Jodha
sudah meninggalkan Bandara dan menuju kembali ke rumah mereka, Jodha merebahkan
kepalanya di bahu Jalal
“Dia akan menjadi anak yang mandiri sayang, untuk pertama kalinya ia akan
membangun sebuah perusahaan dan itu tanpa campur tangan dariku, sudah saatnya
ia menerapkan ilmu yang selama ini didapatkannya dariku dan The Worlds” Kata
Jalal
“Ya, aku percaya padamu, hanya saja tidak berada di dekatnya dan tidak bisa
memastikan keadaannya setiap saat membuatku khawatir”
“Kau bisa menghubunginya kapanpun sayang” Kata Jalal dan tangannya ingin
merangkul bahu Jodha
“Heyy,, Jangan pegang-pegang ya, kau ingat aku masih marah padamu” Ketus Jodha
tiba-tiba, namun ia tetap menyenderkan kepalanya di bahu Jalal
“Ya Tuhan,, Kau masih marah soal itu, ayolah sayang dia akan baik-baik saja,
dia itu jagoanku”
Ya
Jodha masih marah pada Jalal, karena Jalal tidak mengizinkan Rajatha terbang ke
Indonesia dengan jet pribadi mereka, sebelumnya Rajatha tidak pernah naik
pesawat komersil karena Jodha tidak pernah mengizinkannya, sebenarnya Rajatha
baik-baik saja hanya Jodha yang terlalu khawatir putranya itu.
“Percaya
padaku sayang, Rajatha Putra Akbar akan baik-baik saja dan tiba di Indonesia
dengan selamat”
“Tapi kau keterlaluan, kenapa kau jadi pelit pada anakmu sendiri sih”
“Hahahaa,, Bahkan seluruh hartaku akan ku berikan pada anak ku nantinya sayang,
ini hanyalah langkah awal dariku untuk membuat ia hidup mandiri dengan pergi
menggunakan pesawat komersil, kau terlalu mengkhawatirkannya sayang,,Tenanglah”
“Huffhh,, Sudahlah, aku memang tidak pernah menang berdebat denganmu, aku
lelah” Kata Jodha dan melingkarkan sebelah tangannya ke perut Jalal
“Tidurlah sayang” Jalal memeluk Jodha dan kini tanpa penolakan dari istrinya
^^^
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang dan sangat melelahkan, akhirnya
Rajatha tiba di Bandara International Soekarno-Hatta
“Indonesia” Gumamnya
-To Be Continue-