Di tempat lain, Irul juga sedang
bergelung dengan Kekasih abadinya... Memohon ampun atas segala dosa dan memohon
diberi petunjuk dan kebenaran. Memohon keteguhan atas apa yang akan dihadapi
nantinya.... Memohon keberkahan dengan apapun yang dipilihkan oleh orang
tuanya, itu nantinya yang akan menyempurnakan hidup dan agamanya... Semua
semata-mata hanya untuk Allah... Hidup dan matinya hanya untuk Allah...
~o0o~
Dua hari berlalu... Semua orang
sibuk dengan kegiatan masing-masing... Para petani sudah berangkat ke ladang
sejak pagi... Ibu-ibu rumah tangga bergelung di dapur untuk menyiapkan sarapan
untuk keluarganya... Para pekerja bersiap-siap untuk bekerja sesuai dengan
bidang masing-masing...
Begitu pula dengan Jodha... Kini
selesai sarapan, seperti biasa dia berangkat ke sekolah untuk mengabdikan waktu
dan ilmunya untuk anak didiknya....
Sementara itu, Jalal sibuk dengan
jabatannya sebagai karyawan di sebuah perusahaan perakitan mobil ternama.
Ayahnya memang pemilik dari perusahaan tersebut, tetapi dia ingin memulai
karirnya dari bawah, maka dari itulah dia memilih bekerja menjadi karyawan
terlebih dahulu dan meminta pada ayahnya untuk menutupi jati dirinya sementara
waktu.
Dan bagaimana dengan Irul? Irul
kini sedang bergelung dengan pekerjaannya sebagai pemandu wisata. Melalui kerja
kerasnya selama ini, Irul sudah membangun rumah minimalis dengan pekarangan
yang luas untuk ditempatinya bersama bidadari dunia sekaligus bidadari
surganya. Modal sudah ia kumpulnya sejak dia duduk di bangku SMA. Dan kini dia
tinggal memetik hasil dari usahanya selama ini.
Hidup adalah pilihan, apa yang
kamu tanam, maka kelak itulah yang akan kamu dapatkan. Tidak ada suatu
kebetulan, semua itu terjadi dari niat, usaha, serta doa dan tawakal. Pada
akhirnya, Allah lah yang akan menentukan hasilnya.
Tidak semua keinginan bisa
diperolehnya. Doa itu bisa dijawab oleh Allah dengan tiga hal, yaitu: langsung
dikabulkan, ditunda, atau diganti dengan yang lebih baik.
~o0o~
Tidak terasa, waktu ashar pun
tiba... Setelah menunaikan ibadah sholat Ashar berjamaah, Jodha dan keluarga
sedang menunggu tamu yang akan hadir di dalam kediaman Bapak Samsul, Ayah
Jodha.
Bu Meena sudah menyiapkan camilan
serta makan malam untuk mereka semua. Rencananya, setelah acara khitbah dan
taaruf, mereka akan makan malam bersama di kediaman Bapak Samsul.
Jodha tampil cantik dengan busana
muslimnya, yah meskipun sebenarnya setiap harinya Jodha sudah cantik dengan
kepribadian serta tampilannya.
Kedua adik perempuan Jodha tampil
dengan busana muslimnya, sedangkan satu-satunya adik laki-lakinya (anak nomor
3) tampil dengan kemeja dan celana panjang. Bahkan adik perempuannya, si
bungsu, yang tidak biasanya memakai hijab di rumah, melihat kakak-kakaknya
tampil rapi, dia ikut-ikutan berdandan
dan memakai hijabnya.
Mereka semua masih asyik
menyaksikan acara televisi yang sedang berlangsung sambil menunggu tamu yang
dinanti-nanti. Jodha yang tampak tenang, namun dalam hati merasa gusar.
“Seperti apakah calon imamku?” Begitulah pertanyaan yang terus menerus berada
di benak Jodha.
Di tengah kebingungan dan rasa
penasaran Jodha, ada seseorang yang mengucap salam dari luar rumahnya. Pak Samsul
langsung bergegas membukakan pintu didampingin sang istri, Bu Meena. Sementara
Jodha berpindah ke kamarnya dan menunggu panggilan dari orang tuanya.
Adik-adiknya yang memiliki rasa
penasaran tingkat tinggi, langsung mengintip siapakah tamu orang tuanya. Awan sang adik laki-laki Jodha, sambil
memperhatikan, dalam hati menghitung berapa orang yang berada di ruang tamu.
Setelah tahu ada 7 orang tamu,
ditambah kedua orang tuanya, jadi ada 9 orang, Awan bergegas melangkahkan
kakinya ke dapur untuk membuatkan minuman
sambil menyeret lengan kakak perempuannya, untuk menyiapkan camilan.
“Ih... Apa sih. Ga perlu
seret-seret juga kali.” Gerutu Mini yang tidak terima dengan perlakuan adiknya.
Tapi Awan mengacuhkannya dan
lebih jalan terlebih dahulu. Rose mengikuti dibelakangnya sambil mengerucutkan
bibirnya.
~o0o~
Setelah menunggu beberapa menit
yang dirasa jadi berjam-jam, akhirnya pintu kamarnya diketuk oleh Rose, adik
perempuannya yang mengatakan ditunggu orang tua mereka di ruang tamu.
Dengan perasaan gugup dan langkah
yang sedikit gemetar, Jodha menguatkan dirinya untuk sampai dimana dia ditunggu
sejak tadi. Jodha terus melangkah sambil menundukkan pandangannya. Bahkan dia
tidak tahu siapa saja dan ada berapa orang yang ada dihadapannya.
“Nah ini dia yang ditunggu-tunggu,”
ucap Pak Samsul.
“Sini, Nak... Duduk disamping
Bapak dan Ibu,” tutur Bu Meena.
Jodha pun menuruti apa yang
diucapkan Ibunya. Masih dengan menunduk, dia duduk diantara Ibu dan Bapaknya.
“Apakah kau tidak ingin melihat
dan berkenalan dengan calon imammu, Nak?” goda Ibu Jodha.
Dengan malu-malu, Jodha
mengangkat pandangannya. Dan betapa terkejutnya ia melihat siapa yang ada
dihadapnya. Bahkan ia sampai lupa untuk menundukkan pandangannya kembali saking
terkejutnya. Orang yang ada dihadapannya adalah orang yang dikenalnya. Namun ia
tidak menyangka, bahwa calon imamnya adalah dia.
“Mas....”
Always dan selalu... Mohon kritik dan sarannya...
Terima kasih...