Jodha bertemu dengan
yang lainnya... Setelah melihat semuanya wajahnya kembali bersinar karena
bahagia...
Reva dan Jodha
berpelukan sambil menangis... Reva menceritakan semuanya tentang bagaimana
Jalal menjaga nyala lentera di kuil Kanah dan setiap malam dia tidur di kamar
Jodha... Bagaimana Jalal menyibukkan dirinya bekerja hingga larut malam... dia
tidak bisa tidur pada malam harinya... Senyumnya yang hilang dan bagaimana dia
menjalani kehidupan dengan senyum palsunya tiap hari... Jodha menyadari
bagaimana sengsaranya hidup Jalal tanpa dirinya dan dia bisa mengerti
kemarahannya... kesedihannya karena perpisahan untuk yang kedua kali...
Dia memutuskan untuk
membujuknya entah bagaimana caranya... Dia mencoba beberapa kali mengajaknya
bicara tapi setiap kali itu pula dia membuat alasan dan menghindarinya... Setiap
usahanya justru membuat Jalal makin marah...
Suatu siang... Jodha
beristirahat bersama Sukanya dan Shivani... Jodha perhatikan, Sukanya beberapa
kali bertanya tentang Surya selama beberapa hari kemarin dengan cara yang
berbeda-beda... Kali ini dia bertanya lagi apakah Surya akan datang atau tidak
di pesta pernikahannya.... Jodha menatapnya dan menggodanya, “Kenapa kau begitu
penasaran tentang Surya?”
Dengan sedikit kalut
Sukanya menjawab, “Tidak apa-apa hanya bertanya, Jiji..”
Shivani menimpali
karena ingin menggoda Sukanya, “Jodha Jiji, kau tidak tahu alasannya?? Sukanya
Jiji jatuh cinta pada Surya...”
Ketika Jodha
memandang Shivani dan Sukanya dengan bingung, Shivani menambahkan, “Jiji,
tunggu aku akan menunjukka sesuatu padamu,” lalu dia menarik lukisan Jodha dan
Surya sedang bermain bersama dari bawah tempat tidur Sukanya....
Jodha tersenyum kecil
dan menatap Suku lalu bertanya, “Sejak kapan kau menyukai Surya, Sukanya?”
Dengan tersipu
Sukanya menjawab, “Jiji... Kau tahu... Aku menyukainya sejak kecil, tapi
sepertinya dia mencintaimu..”
Jodha menjawab pelan,
“Sukanya.... Bukan seperti itu... Aku dan Surya hanya berteman baik... tidak
lebih... Dan kau tahu benar aku sangat mencintai Shahenshah. Tapi aku sulit
percaya, bagaimana mungkin aku tidak menyadari kau sudah menyukai Surya selama
bertahun-tahun... Dengar, Surya dan Kanika akan datang hari ini.... Begitu aku
punya kesempatan aku akan cari tahu apakah Surya punya perasaan yang sama
denganmu..” Sukanya merasa malu mendengar itu..
(Lagu background
untuk paragraf selanjutnya)
Bilamana
mataku yang tidak bisa kuatur bisa dimaklumi
Setiap
kali mataku melirik padamu,
Dan
lidahku tak berhenti bicara, itulah yang ingin kukatakan padamu.
Mungkin
mataku yang pemalu bisa dimaklumi
Mataku
selalu tertuju padamu
Yang
tidak terkatakan oleh mataku saat memandangmu, mata yang tertunduk sudah
menunjukkannya.
Bilamana
mataku yang tidak bisa kuatur bisa dimaklumi
Aku
akan mewarnai bibirmu denga setitik kohl
Aku
akan menyinarimu dengan sinar dari matahari dan bulan.
Menyingkirlah
ke balik bulu mataku, aku akan menyembunyikanmu disana.
Bilamana
pikiran nakal ini bisa dimaklumi.
Dengan
setiap tarikan napas (mataku) memikirkan dirimu, dan meski seluruh dunia tetap
berputar.
Bilamana
mataku yang pemalu bisa dimaklumi.
Hidup
ini (milikku) akan kupercayakan padamu.
Cintaku
padamu akan bersemayam terus dalam hatiku.
Meski
hanya untuk bernapas, aku akan selalu membutuhkanmu
Bilamana
kebodohan hatiku bisa dimaklumi.
(Matamu)
mendengar kata-kataku.
(Mata
ini) yang selalu gelisah karena gairah, mereka menguntai mimpi-mimpi baru.
Mataku
yang pemalu bisa dimaklumi.
class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
Semua orang menikmati
prosesi pernikahan itu... Suatu hari menjelang sore, Jalal sedang duduk di
Diwan bersama Raja Bharmal, mereka mendiskusikan beberapa masalah politik...
Jodha duduk di belakang Raja Bharmal di sudut sofa bersama Lila... dan Jalal
duduk bersebarangan dengan Raja Bharmal..
Lila menggoda Jodha,
saat Jalal mengelabui dirinya, tapi mata Jodha fokus melihat ke arah Jalal...
setiap detiknya, Jodha dan Jalal saling mencuri pandang.... Jalal berpura-pura
marah... Jodha membalasnya dengan senyuman manis tiap kali pandangan Jalal
jatuh ke arahnya, Jodha menarik kedua telinganya dan meminta maaf atas
kelakuannya... Dengan isyarat mata dan ekspresi wajahnya Jalal menjawab
‘Tidak’.... dan berlagak mengacuhkannya dan berkonsentrasi kembali pada
pembicaraannya dengan Raja Bharmal... Jodha memperhatikan kalau Jalal kembali
mengalihkan perhatiannya pada Ayahnya... dan sekali lagi Jalal
mengabaikannya... Untuk merusak konsentrasi Jalal, dia bangkit dari duduknya
dan melambaikan kedua tangannya untuk menarik perhatian Jalal ke arahnya... Jalal
menatapnya dengan ekspresi marah, ‘Apa lagi yang dilakukannya?’... kali ini dia
menangkup kedua tangan di depan dada dan membungkuk meminta maaf... Jalal
membuang pandangannya ke arah lain untuk menyembunyikan senyum di wajahnya...
Sebagai manusia biasa, dia juga penasaran apa yang akan dilakukan Jodha
selanjutnya, perlahan dia mengintip melalui ujung matanya... Kali ini dengan
ekspresi menggemaskan Jodha menarik kedua telinganya sambil memutar bola
matanya ke atas bawah dengan cepat... Jalal tidak bisa lagi menahan tawanya...
Dia menyukai aksi
kecil Jodha... Jodha sudah merusak konsentrasinya sejak awal... Mustahil
baginya untuk menahan diri, lalu Jalal melihat ke arah Jodha lagi... kali ini
dia bertingkah seperti anak kecil berumur 5 tahun, dia mulai berlagak menangis
dan memutar tangannya di dekat matanya... Jalal tersenyum sambil mencoba
menahan tawa. Setelah melihatnya tersenyum... tanpa membuang waktu lagi, Jodha
menempelkan jarinya pada bibirnya dan menatapnya mesra. Jalal salah tingkah
melihat tingkahnya yang menggoda dan dramatis di depan seorang Raja ...
Raja Bharmal juga
memperhatikan kalau Jalal beberapa kali mencuri pandang ke arah sudut
matanya... Dia memutar kepalanya ke belakang dan tepat melihat saat jari Jodha
menempel di bibirnya sambil menatap Jalal dengan senyum menggoda di wajahnya...
Raja Bharmal sedikit gugup tak percaya melihat itu semua... Dia tersenyum kecil
melihat tingkah Jodha yang jahil... Dia paham sekali kenapa Jalal merasa
terganggu dan konsentrasinya pecah... Dengan lembut Raja Bharmal memanggil,
“Jodha...”
Jodha terkejut dan
baru ingat kalau ayahnya ada disana... Dengan gemetar dia menjawab, “Ya... Bapusa..”
Raja Bharmal berkata
kalem, “Jodha, pergi ambilkan minuman dan makanan untuk Shahenshah...”
Dia bangkit dari
sofa, dan menjawab dengan terpaksa, “Baik Bapusa..”
Sebelum pergi, dia
sempat menatap Jalal dengan tatapan mesra dan melihat ke sekelilingnya untuk
memastikan tidak ada yang memperhatikan.... Dia membalikkan punggungnya dan
menyibak rambutnya ke depan dan membiarkan punggungnya terbuka dengan sengaja
untuk menggodanya dan mulai melangkah perlahan sambil bersenandung dengan suara
seksinya...
Jalal menatap ke arah
lekuk pinggulnya yang seksi dan semua aksinya... Dia tersenyum kecil dan
berdiri, lalu berpamitan sebentar dengan Raja Bharmal... Raja Saheb juga
tersenyum kecil setelah Jalal pergi....
Dia berjalan cepat ke
arah Jodha dan berhenti tepat di hadapannya... Dengan senyum sensualnya dia
mendekati tubuh Jodha... dia berhenti tepat di dekat bibirnya.... Bersikap
seolah hendak menciumnya di depan Lila... Lila salah tingkah melihatnya berdiri
sedekat itu dengan Jodha... Tapi secepat itu pula dia menyibakkan rambut Jodha
ke balik punggungnya dan dengan lihai dia melengos pergi... Jodha berbalik
dengan wajah cemberut... Pada saat yang sama Jalal juga berbalik dan
mengedipkan matanya...
Keluarga Jalal dan
Jodha berkumpul di ruang makan yang besar untuk makan malam... Jodha belum
makan apapun sejak Jalal datang... Jodha dan Jalal duduk bersebelahan....
Setelah hidangan disajikan Jodha berbisik dengan nada sinis di telinga Jalal,
“Shahenshah... hati-hatilah... cabe dari Amer sangat pedas... Bisa-bisa kau
terbakar...”
Jalal membalas dengan
nada yang sama, “Belakangan ini, Cabe dari Amer kehilangan rasa pedasnya... Aku
tidak merasa pedas sama sekali... Dulu rasanya enak ketika aku mencicipinya
saat di Agra tapi sekarang rasanya tidak cukup pedas...” Jodha menatapnya
dengan pandangan marah...
Semua orang mulai
makan... Sesuai rencana, Lila berkata “Jodha, kenapa kau tidak menyuapkan
manisan ini pada Shahenshah???”
Jalal langsung tahu
semua itu sudah direncanakan... Dia memberengut pada Jodha.... Jodha
membalasnya dengan tatapan jahil dan mengulurkan tangannya untuk menyuapkan
manisan, Jalal menahan tangan itu dan memakan manisannya...
Lila juga meminta,
“Shahenshah, kau juga harus menyuapkan manisan ini untuk Jodha...”
Jalal berdalih,
“Ohhhh tidak, Lila.... Jodha tidak suka manisan lagi.... Dia hanya menyukai
cabe Amer..”
Keduanya saling
berpandangan dengan sengit.... Juga marah. Jodha berdiri tidak menyentuh
makanannya dengan alasan tidak lapar dan meninggalkan ruangan itu... Jalal juga
tidak lagi berselera, tanpa berkata
apa-apa dia habiskan makanannya dengan
cepat... Semua orang kemudian berkumpul di hall utama usai makan malam... Jalal
terus memandang Jodha yang masih marah dan cemberut... Tapi gadis itu tidak
melihat ke arahnya satu kali pun... Dia duduk bersama Lila dan mengobrol
sepanjang waktu dengan sengaja mengacuhkan keberadaan Jalal di sana...
Sebuah pengumuman disampaikan
dengan lantang bahwa Raya Suryavadan memasuki hall utama dimana semua orang
sedang berkumpul dan mengobrol dengan santai... Jodha dan Lila sama-sama
terlonjak dari tempat duduk mereka untuk menyambut Surya.... Jodha menoleh ke
arah Sukanya dengan senyum kecilnya... Langsung saja wajah Sukanya bersemu
merah.... Jodha memerintahkan Moti mengambilkan Aarti untuk menyambut Surya...
Semua terkejut dengan perilaku Jodha, kenapa dia begitu perhatian pada
kedatangan Surya... Surya memeluknya hangat dan memberikan salam dengan tulus
“Selamat”... Sikap Surya yang sopan dan terhormat ditambah caranya memandang
Jodha telah berubah... Jalal bisa merasakan Surya sudah tidak lagi terobsesi
pada Jodha...
Jodha bertanya,
“Surya, Apa yang terjadi pada Kanika, seharusnya dia datang bersamamu..”
Dengan bercanda dia
menjawab, “Jodha, kau tahu bagaimana Kanika! Kami datang pada saat yang
bersamaan ke istana... Tapi dia harus memperbaiki dandanannya terlebih dahulu
jadi jangan khawatir dia akan bergabung dengan kita dalam waktu satu atau dua
hari...” Semua orang tertawa...
Setelah beberapa
menit, Kanika memasuki hall utama dan mengejutkan semua orang.... Separuh dari
mata pria yang disana hampir melompat keluar dan mulut mereka ternganga lebar
melihat baju seksi yang dikenakannya... Dia mengenakan chania yang menggantung
sangat rendah di pinggulnya dengan belahan samping yang cukup tinggi,
mempertontonkan sebagian kakinya dari samping... Dan blus yang berpotongan
sangat rendah tanpa lengan...memperlihatkan sebagian dadanya lebih dari yang
seharusnya dan juga dengan belahan rendah.... Dupatta-nya hanya dikenakan pada
satu sisi saja... Lehernya dihiasi kalung yang berat tapi hanya menutupi
lehernya saja... Dia benar-benar terlihat seksi dan cantik dengan make up dan
gaya rambutnya...
Surya menggumam
sambil memandangnya tak berkedip, “Ohhh..wow... Jodha, Dia sudah berdandan dan
sudah berganti pakaian juga...Ohh.. Sepertinya dia terlalu terburu-buru hingga
lupa mengenakan bagian pakaiannya yang lain...”
Lila dan Jodha
sama-sama memandang Surya tak suka.... Surya baru sadar dia memandangi Kanika
lebih lama dari yang seharusnya.... Jodha duduk di sebelah Jalal... Jodha
menoleh pada Jalal, dia juga sedang menatap ke arah Kanika dengan penuh nafsu
tanpa berkedip... Dengan geram Jodha mencubit lengan Jalal... Jalal meringis
kesakitan “Ouch...” Jodha bangkit untuk menyambut Kanika... Surya dan Jalal
mengikutinya...
Jodha sedikit
menyindir, “Selamat datang Kanika... Bagaimana kabarmu?? Tapi kau terlihat
sehat... Dan semakin lama kau terlihat makin dewasa tapi baju yang kau kenakan
semakin pendek dan pendek..”
Kanika membalasnya,
“Jodha, sepertinya kau iri pada kecantikanku...”
Sebelum pembicaraan
mereka makin panas... Jalal berkata dengan riang, “Bagaimana kabarmu Kanika...
Sungguh kau terlihat seksi dan cantik dengan pakaian ini..”
Jodha menatap Jalal
dengan marah... Jalal menyeringai untuk menggodanya...
Sambil melihat ke
arah Jalal, Jodha berkata, “Kau tahu Kanika, Shahenshah benar, Kau memang
terlihat cantik dengan gaun ini... Aku juga menyukai gaunmu, jadi besok pada
saat pesta aku pasti akan mengenakan pakaian seperti ini dengan warna hijau...
Kau tahu Shahenshah menyukai warna hijau...”
Jalal langsung
menanggapinya dengan marah, “Apa?? Kau akan mengenakan gaun seperti ini
Jodha???”
Dengan lihai Jodha
menjawab dengan polosnya, “Kenapa tidak Shahenshah?? Kau baru saja memuji gaun
Kanika lalu kenapa aku tidak memakainya juga??? Mulai sekarang aku akan memakai
gaun seperti ini saja.” Lalu dia memanggil Moti dan berkata, “Kirim orang untuk
membawa penjahit kemari segera, aku ingin memesan gaun untuk pesta besok..”
Dengan amarah yang
tersulut Jalal menarik Jodha ke salah satu sudut ruangan dan berteriak, “Jodha,
apa yang kau katakan??? Kau akan memakai gaun murahan seperti itu... Apa kau sudah
gila??? Kau sudah lupa kalau kau adalah Malika E Hindustan??? Betapa tidak
terhormatnya dirimu Jodha... Kemana harga dirimu sebagai Rajvanshi Amer??? Kau
masih punya rasa malu atau tidak???”
Jodha berteriak balik
padanya dengan kemarahan yang sama, “Kau tidak perlu mengajariku tentang sopan
santun Shahenshah, Kemana sopan santunmu saat kau memandang Kanika dengan penuh
nafsu... Aku bisa melihat dari matamu kalau kau juga membayangkannya...’Oh
Kanika.. Kau terlihat cantik dalam gaun ini?’ Well, kemana rasa malumu saat
memujinya di depan banyak orang??? Aku tidak menjijikkan, kau yang
menjijikkan...”
Jalal tersinggung,
“Cukup dengan dramamu.... Kenapa kau tidak mengakui saja kalau kau cemburu pada
Kanika... Kau tidak rela kalau aku memujinya...”
Jodha benar-benar
tidak bisa menahan amarahnya lagi, tanpa berpikir dua kali dia membalas semua
kata-katanya dengan lebih sengit, “Kau tahu, aku tidak peduli... Aku tidak
cemburu pada siapapun... Kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan.... Kenapa
kau tidak pergi saja dan tidur dengan Kanika malam ini untuk memuaskan
nafsumu....”
Amarah Jalal sudah sampai pada
puncaknya, dia menampar Jodha dengan sekali gerakan dan berteriak, “Beraninya
kau???”
* * * * * * *
* * * * *