Hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan,
kemarahan, kedengkian
dan kebencian.
Yang Dirindukan Bab 4
By Chusnianti
“Gimana, Mbak Ai dengan
pertanyaanku tadi?” tanya Rina pada Jodha yang baru saja melepaskan mukenanya.
“Aduh, Mbak Rin... Sabar dulu...
lepas dulu itu mukenanya,” ucap Jodha.
Rina langsung melepaskan
mukenanya tanpa repot-repot melipatnya dan hanya menyampirkannya di lehernya.
“Ini, udah, Mbak... Buruan jawab pertanyaanku yang tadi, Mbak... Biar bisa
langsung aku praktekin... Hehehe.”
Jodha hanya geleng-geleng kepala
melihat tingkah Rina dihadapannya. Rina memang memiliki usia 2 tahun di
atasnya. Karena Rina dulu tidak ada keinginan untuk kuliah. Tapi karena desakan
dari orang tuanya dan daripada masih menganggur di rumah, akhirnya dia
memutuskan untuk kuliah.
Meskipun usianya lebih tua dari
Jodha, tetapi sikap Rina masih labil daripada Jodha, tetapi Jodha menyayanginya
sebagai kakak sekaligus sahabarnya.
“Ehmm... Begini, Mbak... Jika ada
yang nanyain ‘Kapan Nikah?’ atau sejenisnya. Ya jawab aja dengan tenang namun
tetap percaya diri. Nah, misalnya begini, ‘Belum
ketemu yang seiman. Kalau sudah seiman pun, belum tentu langsung cocok, kan?’ Jawaban ini akan membuat si penanya
respek terhadap kondisi kita. Bahwa, menemukan pasangan yang seiman adalah
prinsip kita, dan ini jauh lebih elegan daripada menikahi siapa saja karena
sudah didesak untuk menikah.”
“Hemm... sebenarnya dulu aku
pernah melakukan kesalahan melalui pacaran, Ai... Dan dia ninggalin aku begitu
saja. Makanya sampai sekarang aku masih menunda untuk menikah,” ucap Rina
dengan menundukkan kepalanya.
“Kalau gitu jawab gini aja, Mbak,
‘Yah, gimana dong, dulu aku terlalu lama
menghabiskan waktu dengan orang yang salah. Sekarang, aku lagi sibuk-sibuknya.
Tapi aku tetap mencari, kok!’ Jawaban ini menunjukkan bahwa kita bersikap
realistis dengan kondisi kita. Kita terlihat percaya diri, namun tetap rendah
hati. Setiap orang pernah berbuat kesalahan, dan kita ingin memperbaikinya.
Siapa tahu, akibatnya si penanya akan mengenalkan kita pada temannya.”
Rina tersenyum dan kembali
semangat bertanya, “Dan kalau yang tanya seorang pria gimana, Ai?”
Jodha juga balas tersenyum,
karena sebenarnya dia memberikan jawaban-jawaban yang sebenarnya dia sudah menerapkannya
juga. Kemudian dia menimpali, “Mbak bisa mengatakan hal ini jika yang bertanya
seorang pria, dan Mbak merasa tertarik padanya. ‘Kalau aku tahu jawabannya, mungkin aku sudah menikah sekarang, dan
kamu jadi patah hati!’ Bila ia juga masih lajang, bukan tak mungkin jawaban
ini akan membuka peluang baginya untuk menjajaki hubungan dengan Mbak.
Atau bisa juga begini, Mbak, ‘Ah, senang juga kok, tetap melajang. Nggak
ada yang melarang kalau mau keluar kota, dan nggak perlu kompromi soal apapun.’
Ini menunjukkan bahwa menjadi lajang tak selamanya merugikan, atau
memalukan. Namun, sampaikan jawaban itu dengan ekspresi yang meyakinkan. Bila
tidak, bisa-bisa hanya akan dianggap menghibur diri, atau bersikap defensif.
Kalau kita memang masih menikmati kehidupan lajang, kalimat ini menjadi cara
yang baik untuk menjawab pertanyaan seputran kapan kita menikah.”
Rina dengan serius masih
memperhatikan jawaban Jodha. Dia sangat senang memperhatikan Jodha jika sudah
bercerita atau memberikan motivasi-motivasi bisa lupa diri dan lupa waktu.
Jodha masih melanjutkan
jawabannya, “Bisa juga menjawabnya dengan pernyataan-pernyataan seperti ini,
Mbak...
‘Aku masih mencari pria beruntung yang akan
mendapatkanku….’ Berikan senyuman yang paling
menawan, dan tunjukkan kepribadian yang menyenangkan. Jawaban ini juga membuat
si penanya sadar bahwa perempuan tetap harus mencari pria yang baik dan dapat
diandalkan, karena kita pun punya kualitas yang sama. Hanya karena masih
lajang, tak berarti desperate.
‘Aduh, belum ketemu Mr Right, nih! Cariin, dong!’ Nah, ini jawaban yang akan menguntungkan. Bila memang
cukup sibuk sehingga tak terlalu sering meluangkan waktu senggang bersama
teman-teman, si penanya akan merasa tergerak untuk mengenalkan kita dengan
teman-temannya. Bahkan, mungkin bisa mendapat kenalan lebih dari satu. Asyik,
kan? Hehehe.”
Rina pun ikut tertawa dengan
jawaban Jodha. “Terus apa lagi, Ai?”