Jodha terkikik geli melihat tingkah
Jalal yang selalu tidak sabaran... “Tidak Jalal, aku ingin menghabiskan malam
ini di dalam pelukanmu sambil mengobrol... banyak hal yang ingin kutanyakan,
ceritakan tentang Ammi Jaan, Salima begum, Rukaiya begum dan Rahim... bagaimana
keadaan mereka semua? Apakah Rahim masih ingat padaku atau malah sudah lupa?
Aku juga ingin tahu caramu membuktikan aku tidak bersalah.”
Mendengar nama Rukaiya disebut, paras
Jalal memucat... dia menatap Jodha dengan sedih, dengan mata berkaca-kaca dia berucap,
“Jodha begum... Tolong jangan tanya soal itu, orang-orang kepercayaankulah yang
mengkhianatiku. Andai saja kau ada disana untuk mendampingiku melewati saat
terberat hidupku.”
Memandang wajah Jalal yang sedih,
Jodha merengkuhnya dengan erat, lalu dia tangkup wajahnya dan berkata, “Jalal,
aku bisa melihat semua kesedihan di matamu, hanya dengan mengingat penderitaan
yang kau alami, aku tidak ingin kau merasakannya lagi, aku tidak mau mendengar
apapun...”
“Tidak Jodha... Mungkin saja aku akan
merasa lega setelah menceritakan semuanya yang telah terjadi,” lalu Jalal
menceritakan semuanya tentang Maham dan Rukaiya... Mata Jalal sembab karena
airmata... Jodha menghapus airmata di wajahnya dan memeluknya hangat...
Keduanya larut dalam kedamaian pelukan hangat mereka...
Jodha benar-benar sedih mengetahui
semua yang harus dilalui oleh Jalal... Dengan pelan dia berkata, “Jalal, tolong
maafkan aku, karena diriku orang-orang terdekatmu menjauh darimu... Badi
Ammi... Adham dan teman terdekatmu... Semuanya terjadi karena kehadiranku...”
Mata Jodha memerah karena airmata...
Jodha hendak berkata lagi, tapi jari
Jalal lebih dulu ditempelkan pada bibirnya, “Tidak Jodha, sepertinya aku tidak
mengenali wajah dan niat asli mereka, mereka sudah menyebabkan kesengsaraan
dalam hidupku. Mereka bukanlah teman-temanku. Aku tidak menyesal mereka tidak
dekat lagi padaku, tapi cara mereka mengkhianati dan menghancurkan hatiku,
itulah yang tak terbayangkan. Rukaiya, dia bukan hanya bersalah padaku, tapi
dia juga membohongi seluruh Kesultanan. Tindakannya sungguh tak termaafkan...
Keduanya memberiku rasa sakit yang teramat sangat, aku tidak akan pernah
memaafkan mereka... aku ingin kau menghukum mereka lebih buruk dari hukuman
mati...mereka telah mengkhianati seluruh rakyatku.”
Jodha menatapnya dan berkata... “Aku
setuju Shahenshah, mereka memang pengkhianat, mereka bukan hanya menyerangmu,
tapi juga menyerang seluruh rakyat dan kesultanan. Mana mungkin aku memaafkan
mereka, mereka juga membuatmu sengsara. Aku takkan memaafkan mereka, hatiku
tidak selemah itu, ada darah Rajvanshi dalam nadiku, dan jika aku bisa
mengorbankan hidupku untuk negeriku maka aku bisa mengambil hidup orang lain
jika memang dibutuhkan.”
Untuk mengubah topik pembicaraan,
Jodha berkata manis, “Shahenshah, aku sangat bangga padamu, aku pernah
kehilangan semua harapanku, tapi dengan kecerdasanmu kau menang, dan untuk itu
kau layak mendapat hadiah.”
Jalal melepaskan diri dari pelukannya
dan sedikit jahil berkata, “Aku sudah mencarimu selama enam bulan terakhir
untuk mendapatkan hadiah darimu. Berikan hadiahnya padaku Jodha.”
Dengan wajah memerah Jodha berucap,
“Shahenshah, jangan menatapku seperti itu... aku malu sekali.”
“Jika kau malu, bagaimana aku bisa
mendapatkan hadiahku?” tanya Jalal.
Jodha menutup mata Jalal dengan
tangannya dan dengan lembut mengecup pipi Jalal, lalu mengecup bibirnya, tapi
Jalal tidak merespon, Jalal ingin merasakan sentuhannya... Jodha menciumnya
lagi dengan lebih mesra, tapi tetap tidak ada respon... Jodha merasa kecewa dan
sedikit terluka, tapi dia tidak menyerah, dia kembali mencium bibirnya lebih
lama... Jalal tahu Jodha sedikit terganggu, untuk menggodanya dia sengaja tidak
merespon ciumannya, akhirnya, Jodha kecewa dan menggigitnya keras untuk
memberinya pelajaran... Jalal mengaduh kesakitan dan Jodha berkata ketus sambil
tersenyum, “Senang???? Kau sudah dapatkan hadiahmu.”
Jalal melihat senyum nakal di
wajahnya, karena itu, dia berkata, “Junglee billi, siapa yang akan
menyelamatkanmu sekarang..” sebelum Jalal berhasil menangkapnya, Jodha lebih
dulu bangkit dan berlari ke arah pintu, tapi Jalal berhasil menangkapnya dan
memaku tubuhnya ke dinding dan berkata, “Hmmm...kau mempermainkanku...”
Mendengar itu Jodha tertawa tertahan
lalu meminta, “Jalal lepaskan aku, aku harus memasak... aku tidak punya pelayan
untuk melakukan pekerjaanku dan Nandu mungkin sedang mencariku.”
Jalal berkata dengan jengkel, “Jadi
bagaimana bisa Nandu hadir di antara kita?”
Lalu Jodha menceritakan semuanya
tentang Nandu, saat dia menemukannya di kuil, sendirian dan menangis, sejak
saat itu Nandu bersamanya... Kasih sayang Nandu memberinya semangat untuk
hidup...
Jalal bertanya bingung, “Jodha, aku
mengumumkan pencarianmu ke semua tempat, desa, kemanapun, bahwa kami berhasil
mengungkap semuanya dan kau tidak bersalah... memohonmu untuk kembali... Kami
mencarimu ke segala tempat.. Tidak adakah orang yang memberitahumu soal itu??”
Jodha berkata angkuh, “Kau kira apa,
mudah untuk menemukanku, kau bahkan tidak bisa menemukanku di dalam istana, jadi
bagaimana kau bisa menemukanku di seluruh dunia.” Lalu dengan lebih serius dia
melanjutkan... “Shahenshah, aku tahu kau akan mencariku di semua desa dan
wilayahmu... tapi kau tidak akan terpikir tentang hutan lebat ini, itulah
kenapa aku kesini dan kami disini tidak tahu-menahu apa saja yang terjadi di
Kesultanan, Ashram ini didirikan sebagai tempat latihan bagi orang-orang yang
datang kesini.”
Jalal berkata sedih, “Jodha begum, kau
harus bekerja keras disini, Bahkan sejak pagi kau sudah harus membawa dua wadah
besar untuk tempat air dan memasak untukku, lalu sepanjang hari kau melatih
anak-anak di cuaca yang panas. Bagaimana bisa kau melakukan semua itu?” Jalal
meraih tangannya dan memandangnya sedih... “Jodha, aku berjanji padamu, aku
tidak akan membiarkan airmata muncul lagi di matamu.”
Jodha memeluknya dan menjawab,
“Shahenshah, setelah pernikahan kita, kita telah menghadapi berbagai masalah
dan rintangan dalam hidup kita.. .mungkin itu semua karena keterpaksaanku saat
menikahimu dan aku mengutuk takdirku... aku mengutuk orang tuaku... aku
mengutuk Krishna-ku... aku mengabaikan semua kewajibanku sebagai istri dan pada
Tuhan, dan itulah alasan kita harus menghadapi berbagai macam cobaan.”
Jalal menjawab, “Jodha begum, jangan
berpikir seperti itu. Semuanya akan membaik dan tidak ada lagi hal buruk yang
akan terjadi dalam hidup kita sekarang.”
Abdul mengetuk pintu.... “Shahenshah..”
Jodha dan Jalal menghapus air mata
mereka dan Jalal tersenyum... “Junglee Billi... hadiahku tertunda...” dan dia
pergi membuka pintu....
* * * * * * *
* * * * *
Next:
Keesokan pagi-pagi sekali, Jodha dan Nandu tidak ditemukan dimanapun...
Acharya memberikan sepucuk surat pada Jalal....