Written by
Bhavini Shah
WARNING!!!
BAGIAN
INI MENGANDUNG UNSUR 20++, BAGI YANG MASIH DIBAWAH UMUR, HARAP MUNDUR TERATUR.
Tiba-tiba saja Jalal menghujani pipi
dan lehernya dengan kecupan... ciuman.. dan gigitan kecil... Gairahnya membuat
Jodha makin tersipu malu.... Jantungnya berdentum makin keras saat Jalal
membeku menatap bibirnya dengan penuh damba... Jodha mundur selangkah sambil
menatapnya dengan gugup... Jalal menutup jarak itu dan dengan gerak cepat
meraihnya pinggulnya dan menundukkan tubuhnya... Keduanya sudah basah kuyup di
bawah hujan dan merasa kesulitan bernapas, sebelum menguasai bibirnya, Jalal berhenti
sesaat...
Mendadak, tanpa diduga, Jodha yang
bergerak secepat kilat, mengecup singkat bibir Jalal lalu berlari menjauh
darinya ke bawah guyuran hujan deras... Dia ingin yakin bahwa ini semua bukan
mimpi... Pelan-pelan, tingkah lakunya berubah dari wanita dewasa menjadi Jodha
gadis nakal berusia lima belas tahun... Dia tertawa keras melihat tatapan
frustasi Jalal... cara dia mengelabuinya di detik terakhir, memunculkan senyum
jahil di wajahnya. Jalal tersenyum balik karena kejahilannya... dia tetap berdiri
dan memandangi Jodha yang tak peduli meski tubuhnya basah kuyup... Dia tertawa
sekeras-kerasnya... Dia tidak peduli apapun... Dibukanya telapak tangannya
untuk merasakan dinginnya air hujan lalu tubuhnya berputar-putar... Setelah
enam bulan, jiwanya yang telah mati kembali hidup hanya dalam sehari... Jalal
turut bahagia melihat keceriaan dan kegembiraannya... wajahnya berseri-seri,
begitu murni... Jalal tetap berdiri di tempatnya sambil mengawasi Jodha
melepaskan semua kebahagiaannya. Pakaiannya yang kuyup menempel erat di
tubuhnya... Jodha tidak menyadari pakaiannya yang tipis berwarna putih dengan
jelas mempertontonkan lekuk tubuhnya yang indah, Jalal menikmati pemandangan
itu sambil memperhatikan semua tingkah Jodha... bermain... tertawa... terbahak...
berlari dengan riang...
Jodha berlari berputar-putar sambil
menutup matanya, Jalal perlahan mendekatinya... dengan mantap dia menarik
punggung Jodha ke dalam lekukan lengannya dan mulai menghujani pipinya dengan
ciuman yang penuh gairah dan nafsu... Jodha berbisik “Jalal, kumohon lepaskan
aku... seseorang akan melihat kita.”
Jalal merespon dengan sensual, “Aku
tidak peduli Jodha... Biar saja mereka melihat... Aku tidak bisa menunggu lebih
lama lagi. Hatiku mendambakan kehangatanmu, aku tidak sabar menjadikanmu
milikku lagi.”
Jodha tersipu malu menyadari Jalal
begitu mendambakan dirinya, “Jalal, jangan bertingkah seperti remaja yang tak
tahu malu.” Dia berkata dengan suara tertahan.
Mendengar pernyataannya, Jalal
menghentikan ciumannya untuk menjawab sambil tersenyum menggoda, “Jodha,
kondisiku lebih buruk daripada anak remaja, aku tidak menyentuh satu wanitapun
selama enam bulan terakhir dan merindukanmu setiap detiknya, jadi jangan
harapkan aku untuk bersabar lagi. Hatiku juga butuh diyakinkan bahwa aku
akhirnya telah menemukanmu setelah sekian lama.”
“Kupikir kau sudah menikahi lima puluh
begum lagi.” Kata Jodha jahil sambil memutar tubuhnya... Tangannya naik turun membelai lehernya dan
wajahnya ditengadahkan lalu mencium pipinya.
“Aku terlalu sibuk mencarimu, tapi
tidak ada kata terlambat, sekarang aku sudah menemukanmu, jadi aku punya banyak
waktu untuk menikahi lima puluh begum baru.” Jalal balik menggoda.
“Aku akan membunuh setiap wanita yang
berani menyentuhmu.” Kata Jodha dengan posesif.
“Ohhh... Junglee Billi.” Jalal
berbisik sambil mengigit mesra telinganya.
Hujan mulai reda, tapi angin dingin
masih berhembus makin membakar gairah dalam diri Jalal... Aroma hujan di awal
musim makin membuatnya gila.
Setelah perpisahan yang lama, Jalal bisa
melihat kecantikan murni Jodha dibalik tetesan air hujan di tubuhnya, melecut
api gairah dalam tubuhnya... Dengan kasar dia kembali menarik tubuh Jodha ke
dalam rengkuhannya... Dikaitkannya kedua tangannya di antara rambutnya yang
basah dan menarik kepangannya hingga dia bisa menguasai mulutnya tanpa
perlawanan, tidak berlama-lama lagi, bibir Jalal dengan tak sabar menguasai
bibir Jodha... ciumannya tidaklah lembut... ciumannya bukanlah sekedar
kecupan... ciuman yang liar... kasar... membabi buta... dan penuh emosi.
Ditariknya tubuh Jodha makin menempel dan dikulumnya bibir itu penuh nafsu.
Jodha kesakitan, Jalal merasakan tubuhnya bergetar, tapi dia sudah lepas
kendali... hasrat terpendam dalam dirinya membuatnya makin gila.
Inilah cara Jalal menunjukkan seberapa
dalam kerinduannya pada Jodha... betapa dia mencintainya... betapa dia
menyayanginya...
Setelah beberapa saat Jalal mampu
mengendalikan hasrat liarnya, dia perlambat ciumannya, masih dengan bibir
saling menempel dia berbisik, “Kau tidak apa-apa?”
Jodha tersenyum menenangkan, matanya
masih terpejam dan tersesat dalam liarnya gairah... Jalal diam untuk melihat
bibir bawah Jodha sedikit membengkak, dikulumnya bibir itu lalu lidahnya
bergerak membelainya untuk memberikan sedikit kenyamanan.
Dikecupnya lama... dia tidak sanggup
melepaskannya sedetikpun... diciumnya bibir Jodha untuk kesekian kali dan
berusaha sedikit menjauh sambil memandangnya dengan penuh damba... dia ingin
Jodha membalas ciumannya dengan gairah yang sama...
Jodha tahu kenapa Jalal berhenti dan
tahu apa yang diinginkannya, dia membalas tatapan Jalal dengan sama
bergairahnya, kakinya berjinjit, tangannya melingkari leher Jalal... dan mulai
mencium bibir lembab Jalal dengan ringan... Keduanya saling berpagutan...
sentuhan lembutnya, memacu gairahnya... tangannya meremas tubuh Jodha... lidah
mereka saling mengait... Begitu lidah mereka bertemu, seakan jutaan percikan
keluar dari dalam tubuh mereka...
Keduanya merasakan terjangan gelombang
gairah... dengan cepat bibir Jalal bergerak dari bibirnya, mengecup
telinganya... Dia menghisap daun telinga Jodha dengan penuh hasrat, lalu
berpindah mencium leher bawahnya, membuat Jodha mengerang... Jalal akhirnya
bisa menemukan titik gairah pada tubuh Jodha dan menghujaninya dengan ciuman.
Ciuman dan gigitan pada kulit lembutnya membuat Jodha makin liar... Tangannya
ikut bergerak membelai seluruh bagian tubuhnya... Jodha mendesis keras saat
Jalal menyentuh dadanya... Keduanya basah kuyup di bawah hujan... Sambil terus
mencium, Jalal mulai menjelajahi bagian atas tubuhnya mencari jalan masuk ingin
menyentuh kulit lembutnya... Saat sentuhan Jalal makin berani, Jodha segera
tersadar dari mantra ajaibnya dan bisa menduga ke arah mana belaian ini akan
berlanjut....
Dengan berat hati Jodha menjauhkan dirinya
dari Jalal untuk menghentikan sentuhannya dan menggumam jengkel, “Jalal kau
benar-benar tak tahu malu.”
Jalal menyeringai menggoda, menatapnya
dalam lalu menarik tangan Jodha... Jodha terhempas ke dadanya... Jalal
berbisik, “Tubuhmu yang basah membangkitkan api gairah dalam diriku... Aku
tidak bisa jauh darimu... Aku ingin melupakan semua penderitaan yang telah kita
lalui dan hanya ingin berdua denganmu.”
Jodha mencium pipi Jalal dengan penuh
cinta dan berkata... “Shahenshah, sadarlah... kau tidak sedang berada di
istanamu... ada banyak orang di sekitar sini.”
Jalal merespon pelan, “Jodha begum,
untuk mencintai begum tersayangku, aku tidak peduli tempat dan waktu.”
Jodha menjawab lemah, “Jalal... kumohon...
bajumu basah kuyup, ayo kembali ke pondok, kalau tidak kau bisa sakit.”
Jalal tersenyum penuh arti sambil
menatapnya... Detik itu juga ada sebuah ide muncul di otaknya, jadi dia
menjawab dengan polos, “Kau benar Jodha begum, aku harus segera mengganti
bajuku dan kau juga belum mengobati lukaku.”
Jodha tersadar hari hampir berakhir,
sebaiknya dia memberinya kadha (ramuan obat yang pahit) dan mengoleskan salep
di lukanya... Jodha berkata dengan cemas, “Shahenshah, cepat kembali ke
pondokmu, aku akan segera mengganti bajuku dan kembali ke pondokmu dengan salep
dan kadha.”
Jalal mengganti pakaiannya, tapi tidak
mengenakan atasan.... Beberapa menit kemudian, Jodha yang sudah berganti
pakaian dan sudah menyiapkan kadha dan salep, bergegas lari ke pondoknya. Saat
dia masuk, dia melihat Jalal, tubuhnya gemetar dibalik selimut tebal di atas
tempat tidurnya... Jodha merasa heran dan khawatir melihatnya, dia pikir karena
berbasah-basahan di bawah hujan, Jalal sakit lagi... Segera saja Jodha menutup
semua pintu dan jendela... Sudah mulai gelap jadi dia menyalakan lilin... Jalal
terpesona ketika dia melihat wajah Jodha bersinar memantulkan cahaya lilin yang
temaram, rambutnya yang ikal dan panjang membuat Jodha terlihat makin
menggairahkan. Jodha bergerak mendekat, untuk memeriksa apakah dia demam... Dirabanya
dahinya untuk memeriksa suhu tubuhnya, tapi ternyata baik-baik saja, Jodha
makin bingung, “Shahenshah, kau tidak demam, tapi kenapa tubuhmu gemetar...”
Jalal menjawab, “Jodha begum, ini
jenis demam yang berbeda.... Munculnya dari dalam... Kau tidak bisa
merasakannya... dan demam seperti ini hanya bisa disembuhkan dengan panas tubuh
saja...” Dia bertingkah seolah makin gemetar sambil menatap Jodha dengan
polosnya.
Melihat ekspresinya, Jodha langsung
paham bahwa ini hanyalah taktiknya... Dia menjawab dengan datar, “Tentu
Shahenshah, jangan khawatir aku pasti segera menyembuhkanmu.”
Jalal menyeringai membayangkan Jodha
dalam dekapannya...
Jodha menatapnya tajam dan
mengangsurkan semangkuk kadha yang pahit ke tangannya... dan berkata, “Cepat
diminum, obat ini akan menyembuhkan demam palsumu.”
Jalal berdiri dan meletakkan kadha ke
meja samping dan menariknya mendekat sambil tersenyum menggoda, “Jika begum
tersayangku disini untuk menyembuhkan demamku, untuk apa lagi aku minum kadha
yang pahit?”
Belum sempat menolak, Jalal sudah
membopong tubuhnya terlebih dulu dan membaringkannya di tempat tidur.... Jodha
mulai salah tingkah, semua terjadi dengan cepat, setelah enam bulan lamanya,
Jalal tiba-tiba sudah sangat dekat dengan dirinya, tapi di sisi lain Jodha
luluh di dekapan dada bidangnya menatap hasrat di matanya... Perlahan Jalal
menunduk, ragu-ragu Jodha menarik tubuhnya sendiri ke belakang... Jalal
tersenyum melihatnya salah tingkah... Jalal makin mendekat, napas mereka yang
tersengal terdengar cukup keras di telinga masing-masing... Napasnya
menghembuskan angin sejuk di wajah Jodha... Jodha tersipu, merasa sangat malu
hingga menurunkan kelopak matanya... pipi Jalal menggesek pipi Jodha... Dia
berbisik di telinganya, “Junglee billi, Apa kau takut?”
Dengan gerakan lambat Jodha menaikkan
matanya yang indah dan jernih dan menjawab dengan malu-malu, “Ya.”
Jalal tersenyum dan bertanya dengan
suaranya yang dalam, pertanyaan yang pertama, “Kau percaya padaku?”
Jodha tidak menjawab...
Dia bertanya lagi, “Kau mencintaiku??”
Jodha menjawab lembut di telinganya...
“Apa aku masih harus mengatakannya padamu?”
Jalal mengangguk pelan dan menatap ke
dalam matanya dengan penuh cinta..
Jodha tersipu dan menggumam,
“Shahenshah, jangan menatapku seperti itu,”
Sambil terus menatapnya, Jalal
mengambil sejumput rambutnya dan meletakkannya di belakang telinganya lalu
menyusurkan jarinya perlahan di pipinya dan berkata, “Jodha, tidak ada wanita
yang lebih cantik dari dirimu... kau telah mempesonaku.” Dia menurunkan jarinya
ke bibir Jodha dan menatap bibir itu... seluruh tubuh Jodha bergetar saat
bibirnya disentuh... Jalal mendekat hendak mencium bibirnya, tapi belum sempat
melakukannya... Jodha mengalihkan wajahnya ke arah lain dan dengan menggoda
meraba otot-otot di dada Jalal yang telanjang.... Dengan posisi yang sama Jalal
mendesak tubuh Jodha ke bantal dan memerangkapnya dengan tubuhnya tepat di
atasnya... Dengan lembut Jalal mulai menciumnya... Dengan gerakan sensual dia
mengulum daun telinganya sedangkan tangannya meraba dada Jodha... Dia berbisik,
“Aku merindukanmu... Aku tidak bisa hidup tanpa dirimu, Jodha,”
Sentuhannya membuat tubuhnya
menggelinjang... Jodha menjawab di antara desahannya, “Ohhh... Jaalaaal... aku
sangat mencintaimu.” Jalal suka melihat Jodha tersesat dalam hasratnya... Jalal
bergerak turun dan menciumi lehernya dengan banyak kecupan dan jilatan di
tulang lehernya...
Jodha mendesis di sela giginya yang
terkatup, “Jalal, hentikan...”
Jalal menjawab dengan putus asa,
“Jodha, jangan menolakku hari ini...” Dia melanjutkan rayuannya dengan menarik
turun pakaian Jodha dan dengan liar menggigit mesra tulang belikatnya.
Jodha berbisik, “Jalal... kumohon...
tataplah mataku.” Jalal menatap Jodha penuh kerinduan... Jodha meminta dengan
suara pelan, “Shahenshah, bisakah kau tahan keinginanmu beberapa hari lagi demi
aku?”
Jalal menatapnya bingung, Jodha lanjut
berkata dengan pelan, “Shahenshah, aku ingin menikmati saat-saat aku berada
dalam pelukanmu... Ada banyak hal yang ingin kuceritakan dan yang paling
kuimpikan adalah kita bercinta di kamarmu di Agra... Kita bahkan belum sempat
melakukannya saat pertama kali.”
Jalal menjawab kecewa, “Jodha, kau
tahu bahwa keinginanmu berarti segalanya untukku... tapi sekarang kau ada di
depanku, sulit sekali bagiku untuk menahan diri. Tapi baiklah aku akan
menantikan saat indah itu saat kita menyatu lagi.” Dia diam sejenak sambil
menarik napas panjang, tiba-tiba dengan buru-buru dia berkata, “Jodha cepat
bersiaplah, kita kembali ke Agra sekarang juga.”
Jodha terkikik geli melihat tingkah
Jalal yang selalu tidak sabaran... “Tidak Jalal, aku ingin menghabiskan malam
ini di dalam pelukanmu sambil mengobrol... banyak hal yang ingin kutanyakan,
ceritakan tentang Ammi Jaan, Salima begum, Rukaiya begum dan Rahim... bagaimana
keadaan mereka semua? Apakah Rahim masih ingat padaku atau malah sudah lupa?
Aku juga ingin tahu caramu membuktikan aku tidak bersalah.”
Mendengar nama Rukaiya disebut, paras
Jalal memucat... dia menatap Jodha dengan sedih, dengan mata berkaca-kaca dia berucap,
“Jodha begum... Tolong jangan tanya soal itu, orang-orang kepercayaankulah yang
mengkhianatiku. Andai saja kau ada disana untuk mendampingiku melewati saat
terberat hidupku.”
Memandang wajah Jalal yang sedih,
Jodha merengkuhnya dengan erat, lalu dia tangkup wajahnya dan berkata, “Jalal,
aku bisa melihat semua kesedihan di matamu, hanya dengan mengingat penderitaan
yang kau alami, aku tidak ingin kau merasakannya lagi, aku tidak mau mendengar
apapun...”
“Tidak Jodha... Mungkin saja aku akan
merasa lega setelah menceritakan semuanya yang telah terjadi,” lalu Jalal
menceritakan semuanya tentang Maham dan Rukaiya... Mata Jalal sembab karena
airmata... Jodha menghapus airmata di wajahnya dan memeluknya hangat...
Keduanya larut dalam kedamaian pelukan hangat mereka...
Jodha benar-benar sedih mengetahui
semua yang harus dilalui oleh Jalal... Dengan pelan dia berkata, “Jalal, tolong
maafkan aku, karena diriku orang-orang terdekatmu menjauh darimu... Badi
Ammi... Adham dan teman terdekatmu... Semuanya terjadi karena kehadiranku...”
Mata Jodha memerah karena airmata...
Jodha hendak berkata lagi, tapi jari
Jalal lebih dulu ditempelkan pada bibirnya, “Tidak Jodha, sepertinya aku tidak
mengenali wajah dan niat asli mereka, mereka sudah menyebabkan kesengsaraan
dalam hidupku. Mereka bukanlah teman-temanku. Aku tidak menyesal mereka tidak
dekat lagi padaku, tapi cara mereka mengkhianati dan menghancurkan hatiku,
itulah yang tak terbayangkan. Rukaiya, dia bukan hanya bersalah padaku, tapi
dia juga membohongi seluruh Kesultanan. Tindakannya sungguh tak termaafkan...
Keduanya memberiku rasa sakit yang teramat sangat, aku tidak akan pernah
memaafkan mereka... aku ingin kau menghukum mereka lebih buruk dari hukuman
mati...mereka telah mengkhianati seluruh rakyatku.”
Jodha menatapnya dan berkata... “Aku
setuju Shahenshah, mereka memang pengkhianat, mereka bukan hanya menyerangmu,
tapi juga menyerang seluruh rakyat dan kesultanan. Mana mungkin aku memaafkan
mereka, mereka juga membuatmu sengsara. Aku takkan memaafkan mereka, hatiku
tidak selemah itu, ada darah Rajvanshi dalam nadiku, dan jika aku bisa
mengorbankan hidupku untuk negeriku maka aku bisa mengambil hidup orang lain
jika memang dibutuhkan.”
Untuk mengubah topik pembicaraan,
Jodha berkata manis, “Shahenshah, aku sangat bangga padamu, aku pernah
kehilangan semua harapanku, tapi dengan kecerdasanmu kau menang, dan untuk itu
kau layak mendapat hadiah.”
Jalal melepaskan diri dari pelukannya
dan sedikit jahil berkata, “Aku sudah mencarimu selama enam bulan terakhir
untuk mendapatkan hadiah darimu. Berikan hadiahnya padaku Jodha.”
Dengan wajah memerah Jodha berucap,
“Shahenshah, jangan menatapku seperti itu... aku malu sekali.”
“Jika kau malu, bagaimana aku bisa
mendapatkan hadiahku?” tanya Jalal.
Jodha menutup mata Jalal dengan
tangannya dan dengan lembut mengecup pipi Jalal, lalu mengecup bibirnya, tapi
Jalal tidak merespon, Jalal ingin merasakan sentuhannya... Jodha menciumnya
lagi dengan lebih mesra, tapi tetap tidak ada respon... Jodha merasa kecewa dan
sedikit terluka, tapi dia tidak menyerah, dia kembali mencium bibirnya lebih
lama... Jalal tahu Jodha sedikit terganggu, untuk menggodanya dia sengaja tidak
merespon ciumannya, akhirnya, Jodha kecewa dan menggigitnya keras untuk
memberinya pelajaran... Jalal mengaduh kesakitan dan Jodha berkata ketus sambil
tersenyum, “Senang???? Kau sudah dapatkan hadiahmu.”
Jalal melihat senyum nakal di
wajahnya, karena itu, dia berkata, “Junglee billi, siapa yang akan
menyelamatkanmu sekarang..” sebelum Jalal berhasil menangkapnya, Jodha lebih
dulu bangkit dan berlari ke arah pintu, tapi Jalal berhasil menangkapnya dan
memaku tubuhnya ke dinding dan berkata, “Hmmm...kau mempermainkanku...”
Mendengar itu Jodha tertawa tertahan
lalu meminta, “Jalal lepaskan aku, aku harus memasak... aku tidak punya pelayan
untuk melakukan pekerjaanku dan Nandu mungkin sedang mencariku.”
Jalal berkata dengan jengkel, “Jadi
bagaimana bisa Nandu hadir di antara kita?”
Lalu Jodha menceritakan semuanya
tentang Nandu, saat dia menemukannya di kuil, sendirian dan menangis, sejak
saat itu Nandu bersamanya... Kasih sayang Nandu memberinya semangat untuk
hidup...
Jalal bertanya bingung, “Jodha, aku
mengumumkan pencarianmu ke semua tempat, desa, kemanapun, bahwa kami berhasil
mengungkap semuanya dan kau tidak bersalah... memohonmu untuk kembali... Kami
mencarimu ke segala tempat.. Tidak adakah orang yang memberitahumu soal itu??”
Jodha berkata angkuh, “Kau kira apa,
mudah untuk menemukanku, kau bahkan tidak bisa menemukanku di dalam istana, jadi
bagaimana kau bisa menemukanku di seluruh dunia.” Lalu dengan lebih serius dia
melanjutkan... “Shahenshah, aku tahu kau akan mencariku di semua desa dan
wilayahmu... tapi kau tidak akan terpikir tentang hutan lebat ini, itulah
kenapa aku kesini dan kami disini tidak tahu-menahu apa saja yang terjadi di
Kesultanan, Ashram ini didirikan sebagai tempat latihan bagi orang-orang yang
datang kesini.”
Jalal berkata sedih, “Jodha begum, kau
harus bekerja keras disini, Bahkan sejak pagi kau sudah harus membawa dua wadah
besar untuk tempat air dan memasak untukku, lalu sepanjang hari kau melatih
anak-anak di cuaca yang panas. Bagaimana bisa kau melakukan semua itu?” Jalal
meraih tangannya dan memandangnya sedih... “Jodha, aku berjanji padamu, aku
tidak akan membiarkan airmata muncul lagi di matamu.”
Jodha memeluknya dan menjawab,
“Shahenshah, setelah pernikahan kita, kita telah menghadapi berbagai masalah
dan rintangan dalam hidup kita.. .mungkin itu semua karena keterpaksaanku saat
menikahimu dan aku mengutuk takdirku... aku mengutuk orang tuaku... aku
mengutuk Krishna-ku... aku mengabaikan semua kewajibanku sebagai istri dan pada
Tuhan, dan itulah alasan kita harus menghadapi berbagai macam cobaan.”
Jalal menjawab, “Jodha begum, jangan
berpikir seperti itu. Semuanya akan membaik dan tidak ada lagi hal buruk yang
akan terjadi dalam hidup kita sekarang.”
Abdul mengetuk pintu.... “Shahenshah..”
Jodha dan Jalal menghapus air mata
mereka dan Jalal tersenyum... “Junglee Billi... hadiahku tertunda...” dan dia
pergi membuka pintu....
* * * * * * *
* * * * *
Next:
Keesokan pagi-pagi sekali, Jodha dan Nandu tidak ditemukan dimanapun...
Acharya memberikan sepucuk surat pada Jalal....