Jalal benar-benar marah dan terkejut pada apa
yang dikatakan Rukaiya... untuk pertama kalinya dia berdiri melawan keputusan
Jalal di pengadilan... Jodha memperhatikan Jalal kehilangan kesabaran-nya dan
kontrol... Dia menggenggam tangannya untuk menenangkan dia... dan membuat dia
menyadari bahwa dia ada di pengadilan...
Jalal kembali menatap Jodha sedih... Melalui
ekspresi matanya, Jodha meminta Jalal supaya tenang.
Jalal menghembuskan napas dan mengendalikan
amarahnya dan menanggapi dengan nada keras, “Rukaiya Begum, izinkan aku
menanyakan sesuatu... Bayangkan bahwa kau dan Jodha begum keluar untuk
berbelanja dan kau berdua menyukai perhiasan yang sama dan pemilik toko meminta
uang ganda untuk perhiasan yang sama dari Kau daripada Jodha begum hanya karena
Kau Mughal. Katakan padaku bagaimana Kau akan merasa dan apa yang akan Kau
lakukan?”
Rukaiya dengan kesal menjawab, “Shahenshah...
Mereka ada logika dalam contoh ini. Sehingga aku akan marah dan merasa marah.
Langsung aku akan memesan untuk memotong tangan pemilik toko itu.”
Jalal tersenyum dan menatap Atghah Shahib, “Di
saltanant ini, kita meminta orang-orang hindu membayar pajak?”
Agdha tahu maksud Jalal. Dengan tersenyum ia
menjawab, “Ya Yang Mulia... Orang-orang
Hindu harus membayar pajak ganda daripada orang-orang Mughal.”
Jalal memandang Ruks dan tersenyum, “Jadi
Rukaiya begum... ceritakan bahkan setelah membayar pajak ganda anak-anak mu
tidak dapat bermain di Taman dan tidak dapat menghadiri sekolah, bagaimana perasaanmu?
Kau akan dapat menghormati raja sultanat?? Kau akan mampu menerima dia dengan
sepenuh hati? Berpikirlah jika kau adalah orang hindu, bagaimana perasaanmu
dengan ketidakadilan ini?” Jalal diam
sejenak dan melihat orang-orang disekelilingnya dan berbicara dengan lebih
keras.
“Aku ingin semua orang ingat... Aku raja
saltanat ini dan bagiku setiap manusia yang di saltanat ini sama dan ya aku
akui, aku telah membuat banyak kesalahan di masa lalu... tetapi aku telah belajar
dari kesalahan-kesalahanku... Aku tidak akan menangis untuk apa yang aku
lakukan di masa lalu tetapi perlahan-lahan dan mantap, aku akan memperbaiki
kesalahanku... Aku ingin cinta dari semua umat Hindu dan semua Mogul... setiap
orang yang tinggal di sultanatku... Aku ingin untuk bersikap adil terhadap
semua dari mereka...” Suara keras nya menggema lagi.
Rukaiya terkejut dengan perubahan Jalal... Dia
tidak bisa lagi mendebat Jalal...
Jalal akhirnya melihat semua orang dan bertanya
“Siapa yang memiliki masalah dengan pengumumanku...”
Dengan sinis Adham menjawab, “Aku Yang Mulia.
Kau adalah raja kesultanan ini dan ketupusanmu adalah keputusan akhir, tapi aku
ingin tahu apa yang membuatmu tiba-tiba berubah pikiran? Apakah Hindu atau
Mughal?”
Mata Maham langsung melotot setelah mendengar
ucapan bodoh putranya terhadap Jalal.
Jalal memandangnya dengan marah tetapi dengan
nada nya pasif dia bertanya “apa pendapatmu Adham...? Apa yang ada di balik
itu... dan siapa yang di balik itu? “
Maham berdoa dalam hati... berharap Adham tidak
menanggapi pertanyaan ini...
Tetapi Adham dengan bodohnya menjawab,
“Shahenshah, semua orang disini tahu, kau telah terpesona oleh kecantikannya...
tingkah lakunya telah menunjukkan siapa dia sesungguhnya... Akhirnya dia
membuktikan bahwa dia adalah manusia rendahan... Sejak hari dimana dia
menginjakkan kakinya di Agra...” kemudian Adham menunjuk pada Jodha.
Sebelum dia bisa berkata lebih banyak...Jalal
bangun dari takhta dan berteriak marah, “Adham...” Darahnya mendidih...
Pedangnya haus akan darah Adham... Matanya memerah karena marah... Jalal
langsung mengeluarkan pedangnya dan berteriak di persidangan, “Beraninya kau...
kau bajingan... Aku tidak akan membiarkanmu...” Jalal berlari ke arah Adham
seperti Singa yang siap menerkam mangsanya... tapi sebelum dia bisa menyerang,
Maham datang di antara mereka... ia tahu, Jalal akan membunuh Adham... karena
Adham telah melewati batas...
Suasa di pengadilan berubah menjadi mencekam...
banyak dari mereka menggigil ketakutan... Mereka sumua bangkit dari kursi
mereka... Tidak ada yang berani untuk menghentikan Jalal... Kemarahannya
benar-benar sudah memuncak... Tanpa sadar ia sudah mendorong Maham ke sisi
lain... Jalal mengangkat pedangnya untuk membunuh Adham, tapi sebelum dia
membunuhnya... Maham meraih kaki Jalal dan menangis dengan keras... dan dia
memohon supaya Jalal membiarkan Adham hidup... Dan itulah kelemahan Jalal... Melihat air mata badi amminya, Jalal
kembali tersadar dan mengendalikan kemarahannya...
Ia menatap Adham dan berkata, “Ini adalah
terakhir kalinya aku memaafkanmu dan menyelamatkan hidupmu... Ingat, kau masih
hidup hari ini hanya karena Badi Ammi... Jika tidak, maka tidak akan ada yang
bisa menyelamatkanmu dariku...”
Lalu ia memandang Atgah sahib dan memerintahkan
“Ambil semua kekuasaan dari Adham... Aku tidak ingin melihatnya dalam DWK
sekali lagi... Dia tidak pantas untuk melayani di pengadilanku...”
Adham memandang Maham dan Jalal dengan kemarahan
kemudian dan berjalan keluar dari pengadilan...
Jalal kembali ke kursinya dan dalam kemarahan ia
ditujukan ke semua orang ia berkata, “Aku pemimpin saltanat ini dan itu adalah
tanggung jawabku untuk melihat apakah orang-orang bahagia dan merasa adil di
bawah administrasi... Apa yang aku lihat, kalian tidak melihat saat ini... Dan
aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan... Ya aku mengakui bahwa aku
sangat ambisius... Aku ingin memperoleh seluruh Hindustan tetapi jika riyayaku
membenciku, maka aku tidak melihat bagaimana aku dapat memenuhi impianku... Aku
ingin memenuhi impian aku tetapi tidak dengan cara yang tidak adil... “ Dia
berhenti sejenak dan melanjutkan dengan nada tegas dan keras “maju setiap
administrator dari posisi yang lebih tinggi akan ditempati oleh aku hanya... Aku
ingin melihat aku darbaar(court) yang sama dipenuhi berbakat Hindu dan Muslim...
Aku sepenuhnya menyadari bahwa keputusan aku akan menciptakan antagonisme oleh
Mogul... Aku siap untuk menghadapi konsekuensi... tapi aku ingin memiliki
aturan & peraturan adil bagi semua orang... Aku ingin untuk mempekerjakan
orang-orang yang paling berbakat untuk menjalankan negara ini...” Akhirnya
dengan keras ia berkata “Aku sedang meminta kepada semua orang, yang tidak
setuju dengan istilahku, dapat mengundurkan diri dan meninggalkan lapangan ini
sekarang... Tidak ada tindakan akan diambil terhadap mereka... Tetapi jika Kau
bekerja untukku, daripada aku ingin semua orang untuk mengikuti pesananku
dengan hati mereka... Aku menghormati setiap satu saran dan pendapat selama
adil dan untuk kemajuan riyaya... INI ADALAH KEPUTUSAN AKHIRKU... AKU TIDAK AKAN
MENGUBAH PENGUMUMANKU... AKU INGIN SEMUA ORANG UNTUK MENGIKUTI KEPUTUSANKU
SEGERA...” Kemudian dia ditangguhkan pengadilan dan berjalan keluar dari sana
dengan rahmat tetapi marah, yang diikuti oleh kesedihan yang mendalam...
Jalal berdiri di ruang Jharokha (kaca), ia
memikirkan semua pendapat saat di Diwan E Khaas... Hampir semua orang di
pengadilan melawan keputusannya, termasuk Ruks... Ia ingat wajah Badi Amminya
yang tak berdaya, terkejut dan stres... Padahal sebelumnya ia sangat
bersemangat sebelum DWK.. dan sekarang semua kebahagiannya menghilang.. tapi
semua orang tampak melawan Jalal... Jalal saar bahwa seluruh istananya hanya
dipenuhi Mogul... dan mereka semua memiliki satu suara, rasisme. Apalagi Adham
dan Ruks yang semakin menyalakan api ke dalamnya... sehingga Jalal merasa marah
dan kecewa dalam waktu bersamaan.
Seorang penjaga istana masih saat Jalal masih
hanyut dalam pikirannya. Penjaga itu berrkata, “Shahenshah, begum...” sebelum
dia bisa menyelesaikan ucapannya, Jalal menyela, “Aku tidak ingin bertemu orang
lain saat ini...”
Penjaga itu pun keluar dan menyampaikan pesan
Jalal kepada Jodha.
Perlahan dan dengan hati-hati Jodha masuk ke
kamar Jalal... Jalal yang masih berdiri di depan Jendela, ia menarik nafasnya dalam-dalam
saat mendengar suara Zulfan... tanpa menoleh pun tahu bahwa yang masuk adalah
Jodha... Jalal berubah menjadi sedikit tenang saat mendengar suara Zulfan
Jodha...
Tanpa memandangnya, Jalal berkata, “Mengapa kau
masuk bahkan setelah aku berkata tidak.” Kemudian Jalal berbalik dan
melihatnya...
Jodha mendengar suara Jalal yang begitu serius
dan tidak menjengkelkan. Jodha segera tersadar bahwa Jalal benar-benar
membutuhkan dukungannya. Semua orang di pengadilan melawannya. Untuk menghibur
suada hatinya, Jodha menatapnya secara intens dan mendekatinya kemudian
melingkarkan tangannya ke leher Jalal, “Aku tidak membutuhkan izin untuk
memasuki kamar suamiku.”
Jalal balas menggoda Jodha, “Sebenarnya aku
tidak masalah.... Ratu tercintaku bisa datang kapan saja dia ingin, tetapi kau
mungkin tidak ingin melihat aku sedang memeluk begum lain seperti ini.”
Mendengar ucapannya, Jodha langsung mundur dua
langkah. Ia menjadi marah karena cemburu, “Aku pikir kau benar-benar
membutuhkan privasi saat ini... Aku pergi...” Kemudian Jodha berjalan ke arah
pintu dengan cemberut dan marah, tapi sebelum ia sampai ke pintu, Jalal
menariknya dengan cepat... Tubuh Jodha terbentur dada Jalal, seketika itu juga
Jalal melingkarkan tangannya di sekitar pinggang Jodha.
Jodha menatap Jalal dengan jengah, “Shahenshah,
biarkan aku pergi... Kau bisa bersenang-senang dengan begum khususmu.”
Jalal tertawa melihat reaksinya, “Hmmm... jadi aku
Junglee billi cemburu... Sebenarnya semua ratuku iri padamu... dan kau cemburu
pada mereka.”
Jodha semakin kesal melihat Jalal tertawa,
“Biarkan aku pergi... Dan apapun yang kau ucapakan, tidak memberikan perbedaan
apapun bagimu dengan apa yang telah kau lakukan bersama ratumu yang lain.”
Jalal senang melihat Jodha yang marah dan
cemburu. Ini sangat memuaskan perasaannya, yang menandakan bahwa Jodha sangat
mencintainya bahkan tidak bisa mendengar nama begumnya yang lain. Jalal terus
menggoda Jodha, “Oh jadi... Kau mengatakan bahwa itu tidak membuat perbedaan untukmu... hmmm lalu
mengapa hidungmu merah dan bengkak?” Dan Jalal menarik hidung Jodha dengan
gemas.
Jodha benar-benar kesal, “Oh... sebelumnya kau
memuji kecantikanku dan sekarang kau memiliki masalah dengan hidungku juga..”
Jodha mendorong Jalal dan mencoba untuk melepaskan diri dari cengkeraman Jalal.
Jalal sangat menikmati Jodha yang saat ini
cemburu. Dia tersenyum dan menjawab dalam nada menggoda, “Mengapa aku harus
membiarkanmu pergi... Kau mengatakan bahwa aku suamimu jadi aku juga punya hak
padamu juga...” Kemudian Jalal berbisik, “Aku bisa dekat denganmu kapan
saja...”
Kemarahan Jodha masih belum reda dan godaan
Jalal semakin membuatnya kesal, “Ya, sebagai seorang suami, kau memang benar,
tapi jangan lupa bahwa kau kehilangan hal itu. Kau memiliki banyak ratu, lalu
mengapa kau tidak pergi kepada mereka...”
Ucapan Jodha telah membuat ego Jalal terluka.
Dengan nada yang tak kalah kesal ia menimpali, “Jodha, pikirkan dua kali sebelum kau berbicara... Setelah aku
meninggalkanmu maka kau tidak akan memiliki apa-apa lagi selain penyesalan.”
Tanpa berpikir Jodha langsung menjawab, “Oh...
sekarang kau mengancamku... tapi aku tidak takut pada siapapun... Tentu saja,
mari kita lihat siapa yang akan menyesal.” Ucap Jodha menantang.
Dengan sedih Jalal melepaskan genggamannya dari
pinggang Jodha... Kemudian dia meraih tangan Jodha dengan lembut dan dengan
sedih ia berkata, “Baiklah Jodha begum, seperti yang kau inginkan... Aku
melepaskanmu dari diriku sendiri... Mungkin keberadaanku tidak berarti untukmu
lagi tapi kau lebih penting daripada kehidupanku sendiri.”