**Di dalam kamar Ruqaiya**
Ruqaiya
sedang marah marah dengan sengitnya, kata kata Jalal terus terusan terngiang
ditelinganya. Dengan
sengaja menentang keputusannya, Jalal
secara sadar dan sengaja telah mengijnjak injak egonya adalah hal yang
tak tertahankan olehnya. dia merasa seperti ingin membunuh semua orang
disekitarnya. Dia mengambil barang barang disekitarnya dan mulai melemparkannya
dilantai dengan kasar. Matanya merah berapi api dan basah dengan air mata yang
menggenang. Kebenciannya pada Jodha bertambah setiap detiknya. Dalam
kemarahannya ia berkata “Penyihir kecil dan licik itu telah sekali lagi membuat
Jalal terperangkap dalam mantranya.”
Maham
memasuki kamar ruqaiya ketika dia masih membabi buta melemparkan barang barang
disekelilingnya. Prang…prang… maham bisa merasakan badai kemarahan yang semakin
meningkat dalam diri ruq.
Masih
dalam kemarahannya tanpa sadar ruq melemparkan vas bunga yang dengan mulus
mengenai kepala maham. Maham pun terluka parah. Dia berteriak kesakitan dengan keras “aahh… oohh… Apakah anda sudah kehilangan akal sehat anda
begum e khass? apa kau sudah gila? Apa yang kamu lakukan?”
Ketika
ruq melihat darah yang mengalir deras keluar dari dahi maham, iapun terkejut…
kemarahannya tiba tiba berubah menjadi ketakutan. Segera dia tenang dan
menangis terisak keras, dan dengan mata yang frustasi ia pun lalu berteriak
dengan keras “ia .. bilang saja saya gila, bilang saja saya
bodoh,… karna saya memang telah gila… saya tidak menyangka bahwa penyihir licik
itu… sekali lagi sudah memperdaya dan memerangkap Jalal dalam mantra pesonanya…
dia telah merebut Jalal dari saya dan terlah merubahnya sepenuhnya… aku akan
membunuh perempuan jalang itu.”
Maham
dengan senyum liciknya berkata… “apa yang kau katakan membunuh penyihir itu !! itu benar benar bagus
sekali… lalu apalagi yang kau tunggu… manfaatkan kesempatan yang ada… Setelah
kita mendapatkan kesempatan, lalu kita akan membunuhnya…”
Mendengar
kata kata maham itu ruq benar benar terkejut..lalu ia berkata sambil separuh
bergumam…. “Tidak badi ammi…. saya tidak benar benar
serius dengan apa yang saya katakan… saya tidak bisa melakukan dosa itu… ya
memang benar saya sangat membencinya, tapi saya tidak bisa membunuhnya… saya tidak sekejam itu…”
Maham
dengan tatapan licik dan jahatnya mengatakan “Yaa begum ruqaiya… anda benar, bagaimana anda bisa membunuh
rajvansi begum itu .. anda tidak dapat melakukan apa apa selain menangisi
takdir diri anda sendiri… saya selalu menganggap bahwa anda adalah termasuk
wanita yang mempunyai kekuatan di sultanat ini, yang berani membuat takdirnya
sendiri… tapi sayangnya anda telah membuktikan kalau saya telah salah… anda
hanya bisa menangis untuk nasib buruk anda ..sy bertanya Tanya bagaimana bisa begum e khass ruqaiya sultan
bertekuk lutut ddepan rajvansi begum biasa… aku benar benar merasa kasian
kepada anda tapi kenyatannya rajvansi begum itu telah benar benar berhasil mengalahkan anda…”
Ruq
tidak bisa berbuat apa apa kecuali menerima kata kata maham angga, kata kata
itu telah terasa seperti cuka yang diteteskan dilukanya. Dalam kemarahannya ia
pun berteriak “Cukup maham angga janganlah anda lupa, bahwa anda berbicara
dengan begum e khaas dalam sultanat ini… anda tidak lebih dari sekedar pembantu
belaka… saya bukanlah orang yang menangisi
takdir saya…. saya adalah seseorang yang membuat orang lain menangis.”Kemudian ia mengapus air matanya lalu menjawab
lebih lanjut dengan nada kedengkian… aku akan menulis takdirku sendiri…
Di ruangan Jalal.
Dikamarnya
Jalal sedang bersiap siap untuk memulai harinya. Seorang pelayan datang kedalam
untuk memberitahunya kalau sarapannya telah siap dan telah disajikan diatas
meja. Jalal menatap meja makanan dan semua sajian makanan yang telah siap dalam
piring-piring
makanan. Dia merasa sangat
kelaparan. Ia terbiasa makan setiap 2 jam sekali, dan berkali kali dalam
sehari. Ia berjalan mendekati makanan, dia mencium sedap aroma makanan di depannya yang membuatnya merasa lapar, bahkan
lebih lapar lagi. Semua hidanngan favoritnya dsajikan tepat di depannya. Tapi ia tetap tidak makan apa apa.
Ia berkata kepada dirinya sendiri “kalau Jodha bisa hanya makan khichdi sehari
hari hanya karna pada saat itu aku hanya boleh memakan itu, maka aku harus bisa ikut berpuasa juga…. Aku juga
tidak akan makan sampai ia makan,” lalu kemudian ia memerintahkan pelayan untuk membawa makanan itu
kembali makanan itu dan jangan
membawakan makanan lagi untuknya hari sampai ia memerintahkannya.
Tiba
tiba petugas jaga didepan pintu mengumumkan kedatangan malika e Hindustan… Jalal pun memrintahkan
pelayan untuk segera bergegas untuk merapihkan makanannya sebelum kedatangan
Malika e Hindustan, dan memerintahkan agar jangan sampai ada yang tahu tentang
hal ini terutama Malika e Hindustan.
Tapi
sebelum pelayan itu berhasil membereskan semua makanan itu, Jodha sudah masuk
ke dalam ruangan dan memberikan
salam kepada Jalal. Dia melihat pelayan yang sedang membereskan makanan… dan ia pun lalu bertanya kepada pelayan itu? “kenapa kau membereskan semua makanannya?”
pelayan
itu pun terlihat gugup. Lalu Jalal memotong dan berkata “Jodha aku tidak diijinkan untuk memakan makanan ini… aku tidak bisa makan ini seperti yang di katakan
oleh tabib dan malika e Hindustan.” sambil ia menatap Jodha dengan seringai yang menggoda.
Jodha
tersenyum dengan manis dan menjawab “shahensyah, sekarang kau dapat memakan apapun yang kau inginkan… luka mu telah sepenuhnya sembuh sekarang, jadi aku
telah memerintahkan kepada pelayan untuk membawakan sarapan kesukaanmu.”
Pelayan
pun menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengerti, Jodha lalu memerintahkan
pelayan untuk menyiapkan kembali makanan
untuk Jalal...
Jalal
tahu Jodha sedang berpuasa, jadi dia tidak akan makan apa-apa… lalu dengan licik dia berkata, “sajikan makan untukku dan ratu Jodha.”
“shahensyah
aku sedang tidak lapar saat ini… aku akan makan kemudian,” Jodha berkata dengan gugup sambil mencoba
mencuri melirik padanya.
“Hhmm… jd kau sekarang sudah mulai mencoba untuk berbohong padaku Jodha begum, tapi kau tahu sesuatu… kau harus
benar benar berlatih untuk itu,” pikirnya sambil menyeringai melihat gemetar
dan kegelisahaan yang sangat tampak
jelas terlihat diwajah Jodha. Kemudian
ia berkata “Jodha begum entah kenapa aku juga belum merasa lapar. Aku akan makan nanti setelah aku berlatih pedang dan olah raga,” dia mengatakannya dengan
nada yang tenang, namun percaya
diri.
Jodha
menatapnya heran, ”apa yang terjadi padanya tiba tiba hari ini? ia tidak bisa tetap lapar bahkan hanya dalam
waktu bbrp menit. Lalu mengapa ia melakukan semua ini?” pikirnya “sangat membingungkan.
Ooh tuhan sebenarnya saya ingin ia makan dulu, baru kemudian mengatakan kalau aku tidak akan tinggal bersamanya lagi,” gumamnya pada dirinya
sendiri.
Jalal
bisa merasakan kalau Jodha melamun jauh,.. lalu ia memanggil… “Jodha?” tapi Jodha tidak bereaksi… dia
memanggilnya lagi dengan sedikit lebih keras.
Kali ini Jodha
kembali kekesadarannya lalu dengan gugup menjawab, “iya, shahensyah?”
Jalal
bertanya dengan sopan “kenapa kau melamun ratu Jodha? apa yang kau fikirkan
dengan begitu dalam?”
Jodha
sangat gugup, ia berada dalam dilema… “bagaimana cara mengatakan kpd Jalal kalau ia ingin berpisah…. Karna ia
sekarang telah benar benar pulih, apakah benar
untuk mengatakan kepadanya tentang hal itu?” pikirnya….. Entah bgaimana Jodha berhasil mengumpulkan semua
kekuatannya dan dengan sangat tenang ia
mengatakan “shahensyah .. aku ingin
mengatakan sesuaatu.”
Jalal
bisa membaca kebingungan dimatanya. Suara yang
gemetar memberinya petunjuk tentang apa yang ingin dia katakana… hatinya mencelos dan wajahnya menjadi berubah pucat. Ia
menatap Jodha dengan perasaan galau , dan ia ijinkan Jodha untuk bicara dengan
memberikan ekspresi dari matanya.
Jodha
tidak bisa melihatnya langsung di matanya, dengan mata dan wajah yang menunduk
lalu ia berkata dalam nada suara yang lirih…”Shahensyah… sebenarnya… aku … “ ia kembali berhenti. Dia
berjuang untuk bisa mengatur kata kata yang
keluar dari mulutnya. “Aku ingin ijinmu… ammijaan ingin aku mengurusmu sampai kau benar2x sembuh…dan sekarang karena kau sudah sepenuhnya pulih, aku ingin untuk kembali mengabdikan diri ku hanya untuk beribadah kepada kanha…. pengabdian adalah satu satu nya cara agar aku bisa mendapatkan ketenangan. “
Kata
kata Jodha itu seperti petir di telinga Jalal… dia menatapnya dalam ,.. lama ada keheningan diantara keduanya, Jalal
tau dia telah sangat menyakitinya. Berkali kali dia telah menghina Jodha di depan banyak administrator kerajaan, begums
dan petugas lainnya. Tapi kali ini ia telah melewati semua batasannya, meskipun
ia tahu kekejamannya terhadap Jodha, tetapi ia berharap di dalam hatinya bahwa Jodha
akan memaafkannya seperti sebelumnya… Jalal selalu berfikir bahwa Jodha
memiliki hati yang besar dan tidak bisa melihat nya dalam kepedihan yang lama…
Jalal
merasa seperti seluruh dunianya hancur hanya dalam beberapa menit. Jodha tau
bahwa kata 2xnya telah teramat dalam menyakiti Jalal, buat Jodha bahkan lebih
sulit lg untuk melihatnya dalam keadaan seperti ini. Tapi ia berlomba antara
hati dan pikirannya, meskipun hatinya telah memaafkannya, tapi pikirannya tidak
membiarkan ia untuk percaya padanya lagi…. Ketika selama beberapa waktu dia
tidak mendapatkan jawaban apa2x dr Jalal. Maka dengan suara yang sangat sedih
dan lirih dia berkata “shahensyah… saatnya untuk berdoa kanha… perkenankanlah aku untuk pergi.”
Jalal
tidak memiliki sisa kekuatan lagi di tubuhnya, bahkan hanya untuk berkata
kata,… dengan berat hati ia menganggukkan kepalanya pelan. Jodha menatapnya
seolah itu adalah akhir kebersamaan mereka, seperti ucapan selamat tinggal. Jodha pun keluar meninggalkan kamarnya. Tanpa
argument Jalal setuju dengan keputusannya, ini bahkan lebih menyakitkan
baginya. Tanpa sadar Jodha ingin Jalal menghentikannya.
Begitu
Jodha keluar dari kamar, Jalal langsung merasakan kesepian yang teramat sangat. Setelah
menghabiskan begitu banyak waktu dan hari dengannya, itu sangat sulit baginya
untuk menjauh darinya bahkan hanya untuk sebentar saja. Hanya beberapa hari yang
lalu, ia menyadari kesalahnnya yang dikarenakan
kebodohannya, dengan sikapnya yang dingin, kejam dan keras kepala, ia telah
menghukum begitu banyak orang tidak bersalah. Tapi ketika ia ingin memperbaiki
kesalahannya, ia telah meninggalkannya sendirian. Dia tiba tiba merasa sangat
kesepian tanpanya. Berfikir kalau dia tidak akan bersamanya lagi
bahkan telah membuatnya merasa lebih kesepian lagi. Sekali lagi pikiran dan
matanya penuh dengan kesedihan. Hatinya perih sekali ketika ia mengingat mata
yang penuh dengan kesedihan tetapi juga penuh dengan cinta yang sangat besar
baginya. Mereka telah berusaha untuk besikap normal selama 6 hari terakhir ini,
tapi keduanya tau tetap ada hal hal yang
tidak normal diantara mereka. Mereka berdua saling menikmati kedekatan satu
sama lain, tetapi mereka berdua merasa seperti mereka berdua memiliki ganjalan
besar di hati mereka.
Dia
tau dia telah menyakiti hatinya dengan sangat dalam, namun ia berharap kalau ia
akan memaafkannya. Jalal tau kalau Jodha tersakiti, tetapi ia tidak tahu
sebesar apa rasa sakit yang Jodha rasakan.
Selama
ini Jalal menyembunyikan rasa sakitnya sendiri, sehingga Jodha tidak melihat
dan ikut merasakan kepedihannya. Jalal mencoba membuat Jodha merasa nyaman
dengan bersikap normal meng goda dan membuat gurauan dan bersikap seolah seperti
tidak ada apa2x, tapi itu tidak dapat menyembunyikan kepedihan hati yang terpancar di mata mereka masing2x, tanpa
harus di ucapkan dengan kata2x. Jalal sangat rindu dengan percikan api dimata
sedih Jodha. Kesepian terlihat jelas dimatanya. Jalal tau Jodha sangat sedih,
tapi ia tidak tahu sebesar apa rasa sakit hati yang Jodha rasakan. Jalal fikir Jodha
akan memaafkannya dan ia akan mendapatkan kembali kepercayaan dirinya. Tapi
sewaktu Jalal melihat Jodha pergi keluar meninggalkan ruangannya, ia menyadari
bahwa Jodha tidak akan memaafkan dirinya. Jalal tidak pernah merasa serapuh dan
setidak berdaya ini. Matanya berkaca kaca dan berkata kepada dirinya sendiri “mengapa
engkau tidak bisa memaafkan aku sekali lagi… aku tau aku tidak pantas untuk mendapatkan belas kasihanmu
Jodha… aku tidak pantas untuk dirimu… aku hanya berharap aku bisa membawa lagi
senyuman dan kebahagiaan di wajahmu.” Tidak teras air mata keluar membasahi
matanya. Menyadari bahwa ada air mata keluar dari matanya, ia menatap cermin
dan suara batinnya berkata dalam kepedihan yang amat dalam “akhir akhir ini air mata banjir keluar tanpa memberi peringatan, seperti ketika patah hati yang tidak memiliki
suara Hari ini
hidupku telah pergi meninggalkanku selamanya. Kesepianku mentertawakan dan mengejek diriku. aku berharap dewa juga bisa merasakan sakit hati ini. Mungkin dengan bgitu ia tidak akan mempunyai
kebiasaan menghukum umatnya dengan sekejam ini.”
Setelah
beberapa waktu Jalal kembali ke akal sehatnya. Mengenyampingkan semua kesedihan
dan rasa sakitnya, kemudian dengan muram ia mengumpulkan tenaga nya dan
memutuskan untuk meneruskan rutinitas sehari harinya. Ia sudah sangat terlambat untuk berlatih
pedang.
Di kamar Jodha
Jodha
sedang berada di dalam kamar ketika Reva dengan semangat berlari memasuki
ruangan, ketika Jodha baru saja selesai melakukan puja kanha. Melihat Reva
bgitu ceria dan bahagia, Jodha dengan penasaran bertanya “apa yang terjadi Reva,
kau tampak sangat senang dan bersemangat sekali hari ini?”
Reva
dengan suara yang sangat penuh sukacita menjawab “Jodha kau tidak akan percaya
padaku…. Sesuatu yang sangat menakjubkan telah terjadi di istana hari ini,
sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Setelah
berlatih pedang, Jalal ingin bertemu dengan
ammijaan nya, Marium Makhani. Hari itu Jalal benar benar terluka seluruh
tubuhnya berdarah. Darah mengalir dari atas sampai bawah tubuhnya, untuk
pertama kalinya Jalal menyadari cinta tanpa syarat dan kasih sayang serta keperdulian dari ibunya. Dia ingin
berbicara pada ibunya dan mendapatkan cinta dan perhatian ke ibuannya.
Saat Jalal
sedang berjalan akan menuju kamar ibunya, Jalal mendengar Jodha dan Reva
berbicara satu sama lain di dalam ruangan Jodha tentang dirinya. Jalal
berhenti, lalu mendekat ke jendela untuk mendengarkan.
Jodha
bertanya dengan tidak sabar “apa yang telah terjadi tiba tiba Reva?”
Reva
menjawab dengan semangat “ hari ini bibi
Savitri dan gangga didi pergi menemui ratu ruqaiya untuk meminta cuti libur
untuk merayakan hari Karva chauth…. Tapi seperti biasa ratu ruqaiya menolak
dengan kasar permintaan mereka, dan ia lalu berteriak kepada semua pelayan
hindu… untungnya pada saat itu ia sedang berada di ruangan shahensyah…
shahensyah yang melihat perilaku kejam dan kasar nya lalu meminta semua pelayan
untuk menunggu di luar…. Setelah beberapa saat ia lalu keluar dengan ratu Ruqaiya dan lalu dirinya mengumumkan
bahwa hari ini semua permintaan cuti libur diberikan untuk semua pelayan hindu yang
ingin merayakan hari Karva Chauth…
mendengar itu gangga didi sangat bahagia sampai mengeluarkan air mata
kebahagiaan...
ini adalah pertama
kalinya dalam sejarah bahwa shahensyah sendiri lah yang mengambil keputusan
untuk harem dan menentang keinginan ratu ruqaiya …. Wajah ratu ruq jelas
menunjukan kemarahan dan kekecewaan terhadap keputusan Jalal.”
Jodha
yang mendengar hal ini, kagum sekaligus terkejut dengan perubahan pada diri Jalal,
dia tidak pernah terlibat dalam masalah harem sebelumnya. Tapi hari ini ia menentang keputusan ratu ruq, denngan
mengizinkan para pelayan hindu untuk merayakan karva chauth… hal ini juga
mengejutkan buat Jodha…. Sebuah senyum yang lebar merekah di wajah Jodha… ia
berkata pada dirinya sendiri… “shahensyah kau telah memulai perjalananmu untuk memenangkan hatiku,” dan matanya melukiskan kebahagiaan dsana.
Melihat
wajahnya yang penuh kebahagiaan dan senyumnya yang lebar, Jalal merasa sangat
bahagia. Ia tetap berdiri dsana untuk mendengarkan percakapan mereka selanjutnya.
Lalu
Reva dengan gembira bertanya “ohh Jodha… hari ini adalah puasa karva chauth
pertamamu juga.”
Jodha
lalu mengambil napas dalam dalam dan lalu mengeluarkannya dan menjawab dengan
sedih, “Hmm .. Yepp… saya juga berpuasa… tapi bahkan orang
yang aku berpuasa untuknya bahkan tidak tahu apa arti
karva chauth dan bahkan aku juga
tidak ingin untuk menceritakan tentang
puasa yang aku telah
lakukan untuk nya… Kau tau Reva… sejak kecil aku sudah memimpikan datangnya hari ini… aku telah melihat babhisa dan masa ku berpusa untuk baisha dan bapusa. Sepanjang
hari babhusa dan baisa secara diam diam datang untuk melihat semua ritual yang
masa dan babhisa lakukan… hari itu terasa seperti hari perayaan besar… setiap
wanita yang sudah menikah berpakaian seperti pengantin baru .. mereka
menghabiskan waktu berjam jam untuk menghias diri mereka… tapi takdir setiap
orang tidak lah sama… aku tidak
menyalahkan shahensyah untuk itu, karna dia bahkan tidak tau betapa pentingnya
hari ini untuk wanita hindu yang sudah menikah… ini takdir ku Reva dan aku ingin berhenti berharap kepada semua hal
tersebut dan menyerahkan diriku pada kanha.” Tiba tiba
setelah mengatakan itu wajah Jodha berubah menjadi sangat pucat dan sedih.
Jalal
yang mendengar kata kata Jodha, tiba
tiba merasa kepedihan yang sangat dalam dihatinya…
Reva
dengan hati hati bertanya “Jodha, jika kau tidak keberatan aku ingin bertanya… apakah kau masih marah dengan shahensyah? “
Jodha
dengan sedih dan suara yang lirih menjawab “ Reva sebenarnya aku juga tidak yakin dengan apa yang aku rasakan… mungkin hatiku telah memaafkannya…
tapi fikiranku masih tidak mengizinkan ku untuk percaya kepadanya lagi… Aku bahkan bisa meresa gemetar dan ketakutan yang
amat sangat bahkan hanya dengan memikirkan bila dia melakukan hal itu lagi… kau
tau Reva, setiap kali aku melihat
kedalam matanya, aku melihat
cinta yang sangat besar untukku dan penyesalan yang dalam ,, melihat itu semua sakit hati dan kebencianku padanya menghilang… aku tau betul betapa ia mencintaiku….hati
nya berdetak hanya untuk ku… dia mencintaiku lebih dari hidupnya… tapi kali ini
hatiku benar benar terluka dengan sangat
parah … aku bahkan tidak tahu apakah hatiku akan bisa pulih lagi seperti sedia
kala… berdekatan dengannya memberikan kedamaian mutlak bagiku tapi pada saat yang bersamaan aku merasa terluka parah. Cintaku kepadanya telah memerangkap diriku dan membuat aku menjadi
lemah didalam… hatiku sakit
ketika melihat dia merasa sakit. Reva, sekarang dia baik baik saja sehingga aku mengatakan kepadanya bahwa aku tidak akan menemui dia lagi… aku akan tinggal jauh darinya.”
“Berada
jauh dariku… bagaimana kau bisa mengartakan hal itu
padaku Jodha? Kehadiran mu lah yang membuat aku tetap hidup… senyummu adalah alasan kebahagiaan ku… bagaimana kau bisa
ingin meninggalkanku seperti ini?” Jalal bergumam pada dirinya
sendiri… “aku tidak akan membiarkan kau pergi dariku… aku akan membuat kau
segera kembali lagi padaku…” ia berkata pada dirinya sendiri dengan percaya diri…
Reva
lalu melanjutkan bicara “Jodha saya rasa anda harus memaafkannya…. Dia telah
menyadari kesalahannya dan merasa bersalah tentang hal itu juga…
Jodha
dengan wajah sedih berkata “Tidak Reva, kali ini aku tidak bisa memaafkannya kali ini… ketika dia
marah, dia lupa segalanya… kemarannya telah mengambil alih akalnya… dan kali
ini saya bahkan tidak tahu apa kesalahan saya … tanpa alas an apapun dia telah
memberikan hukuman berat dan menyakitkan seperti itu… dia adalah hidup saya dan
saya sangat mencintai nya… tapi kali ini dia telah benar benar melukai harga
diri saya yang saya tidak bisa lagi mentolelirnya … dia telah menghina saya di
depan seluruh pengadilan… saya tidak bisa dengan mudah memaafkannya… tak terasa
air mata bergulir dipipi Jodha saat ia menyuarakan sakit isi hatinya itu. Dengan terisak ia menambahkan “mengapa saya
bgitu tidak berdaya di depan hatiku? mengapa kehadirannya membuat saya lupa
segalanya? mungkin karna saya mencintainya lebih dari saya menghargai diri saya
sendiri… hati saya telah memaafkannya…. Saya menginginkan dia tapi saya tidak
akan pernah bisa mempercayai dia lagi… saya memiliki rasa takut dalam hati saya
bahwa segera ia akan melupakan segalanya dan kemudian memperlakukan saya sama kembali. .. ketakutan saya akan
penghianatan nya seolah membuat sya tidak akan pernah membiarkan dia untuk
datang dan mendekati saya lagi… saya tidak dapat berfikir bahwa saya akan bisa
percaya kepdanya lagi… tapi ketika saya
melihat rasa bersalah matanya yang seperti berbicara untuk memohon maaf…
perasaan ini seperti membunuh saya…. Saya tidak ingin melihat dia lagi… saya
tidak ingin lagi melihat matanya yang penuh kesedihan. krishna bawalah aku dalam pelukan anda lagi
..saya tidak bisa menahan rasa sakit ini lagi, katanya dalam………….
Reva
juga merasa lemah dan sedih melihat rasa sakit dan cinta Jodha pada Jalal. Di
matanya juga tergenang air mata dan terlihat kesedihan disana. Reva lalu
memeluknya dan berkata “Jodha itu adalah hal yang mustahil bagi saya untuk
memahami cinta anda, dan selanjutnya ia menambahkan “ Ohh tuhan berkatilah Jodha
saya dengan kedamaian “ dan lalu ia meninggalkan kamarnya.
Jalal
mendengar seluruh percakapan mereka, dia tau perilaku dan tindakan kejamnya
telah menyakiti Jodha bgitu banyak, tapi dia tidak tau kalau kata katanya telah
berdampak menyakitinya bgitu dalam. Setelah mendengar perkataan Jodha, hati Jalal
mulai menangis mendalam, dia tidak punya sisa kekuatan lagi untuk bisa
menghadapi Jodha. Hatinya bergemuruh di dalam sementara pikirannya terus
mengutuk dirinya untuk perilaku nya yang tidak berperasaan itu.
Jodha sekarang sendirian di kamarnya, ia berdiri di dekat jendela, angin
dingin bertiup dan menghembuskan rambutnya. Perlahan lahan dengan rasa sakit yang
dalam dihati dan air mata yang mengalir di pipi dia mulai menyanyikan sebuah
lagu dengan suara merdunya “hmmm….mmm…
dil ke armaan aansuon mein beh gaye
(Hati saya ingin bisa mengeluarkan kepedihan ini lewat air mata)
hum wafa karke bhi tanha reh gaye
(Bahkan setelah saya menjadi setia kepadamu kekasih hati
dan memberikan hati saya kepadamu, saya masih ditinggal sendirian)
dil ke armaan aansuon mein beh gaye
(Hati saya ingin bisa mengeluarkan kepedihan ini lewat air mata)
Mendengar
suara merdu Jodha tiba tiba jantung Jalal berdetak dengan kencang, seluruh tub
uhnya menjadi gemetar. Dia tau Jodha tidak memaafkannya, tapi dia belum baenar
benar melihat betapa kacau perasaan batinnya. Setiap kata kata dari syair
lagunya sedikit demi sedikit mulai menuangkan cuka di pedih luka hatinya, suara
merdunya yang indah itu telah memberikan rasa sakit yang begitu besar hari ini.
zindagi ek pyaas ban kar reh gai
(Hidup menjadi haus tak terpadamkan)
pyaar ke kisse adhoore rah gaye
(Bahkan kisah cinta kita ditinggalkan dengan tidak lengkap)
hum wafa karke bhi tanha reh gaye
(Bahkan setellah saya menjadi setia kepadamu kekasih hati
dan memberikan hati saya kepadamu, saya masih ditinggal sendirian)
dil ke armaan aansuon mein beh gaye
(Hati saya ingin bisa mengeluarkan kepedihan ini lewat air mata)
Matanya
mulai basah dengan air mata, setiap kata yang keluar dr mulut Jodha telah
memberikan Jalal perasaan tercekik. Sekarang air mata dan suaranya sama
sama seperti terjebak di tenggorokannya
shaayad unka aakhri ho yeh sitam
(Mungkin ini akan menjadi kekejaman terakhirnya)
har sitam, yeh soch kar hum seh gaye
(Ini adalah hal yang saya fikir waktunya untuk saling menahan)
hum wafa karke bhi tanha reh gaye
(Bahkan setellah saya menjadi setia kepadamu kekasih hati
dan memberikan hati saya kepadamu, saya masih ditinggal sendirian)
dil ke armaan aansuon mein beh gaye
(Hati saya ingin bisa mengeluarkan kepedihan ini lewat air mata)
Begitu
mendengar kata kata nya begitu
menusuk hatinya, seluruh tubuhnya terasa kebas. Ia tidak sanggup lagi untuk
mendengarkan lebih banyak lagi, tapi Jalal juga seperti tidak mempunyai
kekuatan lagi untuk bisa melangkah lebih lanjut. Jalal merasa seperti ada
beberapa kekuatan yang tidak terlihat seperti mengikat tubuhnya disana sehingga
membuatnya tidak bisa bergerak.
khud ko bhi hum ne mita daala magar
(Saya bahkan telah
mengenyampingkan diriku sendiri)
faasle jo darmiyaan the rah gaye
(Tapi meskipun demikian jarak diantara kami masih tetap sama)
hum wafa karke bhi tanha reh gaye
(Bahkan setellah saya menjadi setia kepadamu kekasih hati
dan memberikan hati saya kepadamu, saya masih ditinggal sendirian)
dil ke armaan aansuon mein beh gaye
(Hati saya ingin bisa mengeluarkan kepedihan ini lewat air mata)
Jalal
akhirnya kehilangan semua energinya. Dia bertekuk lutut jatuh kebawah dan terduduk di lantai sambil
melihat ke langit dengan air mata di matanya. Dia bisa merasakan rasa sakit Jodha
di hatinya sendiri dengan setiap kata dari syair yang Jodha nyanyikan. Dia
mengangkat mata dan tangannya mengarah kelangit, dan berdoa “Yaa khuda… tolong beri Jodhaku kedamaian…
jangan menghukumnya seperti ini… beri aku semua kesedihannya dan mandikanlah
semua kebahagiaan kepadanya.. buat hatinya merekah indah dengan harmoni …
jangan hukum dia karna dosa dosa saya… ambillah hidup saya tapi sebagai
gantinya hindarkan lah dia dari kemarahan Mu ...
Jalal
menyadari kehadirannya akan membuat Jodha merasa lebih sakit hati lagi… dia
tidak bisa lagi memberikannya kehangatan setelah membuat penghianatan yang
kejam dan menghilangkan kepercayaannya…
Jodha
terisak keras sambil
bergumam “huhmmm hmmm hmmm….” Ia lalu
berteriak keras. Setelah selama beberapa hari ia diam, sekarang ia secara
terbuka membicarakan masalah perasaannya kepada Reva… hatinya kembali kewaktu
dimana ia suka berbicara tentang Jalal lagi… tapi Jodha tidak menyadari bahwa
membicarakan Jalal akan membuka lagi luka hatinya. Dan menyembunyikan luikanya
hanya akan membawa air mata baginya.
Perlahan
Jalal mengumpulkan kembali semua kekuatannya dan mulai berjalan kembali
kekamarnya. Dia merasa sangat tertekan dan pada saat yang sama dia juga merasa
bingung dan sangat kehilangan… dia tidak tau bagaimana cara menghibur Jodha,
dan bagaimana cara untuk mengeluarkannya dari rasa sakit nya. Ketika ia melihat
betapa dalam luka hatinya… rasa bersalah telah sepenuhnya mengambil nyawanya,
hatinya mulai merasa tercabik cabik tidak berdaya, sehingga akhirnya ia memutuskan
untuk pergi ketepi danau untuk mendapatkan ketenangan hati dan kejernihan
fikiran.
Patah
hatinya tersembunyi dan kesengsaraan benar benar telah menghancurkannya dengan
penyesalan yang sangat. Murung ia duduk sendirian ditepi danau dan mulai melemparkan
batu ke dalamnya. Semua pemandangan damai dan suara yang menenangkan hanya
berdampak buruk baginya … perasaan lapar
sedikit demi sedikit mulai mempengaruhi tubuhnya… ia tidak pernah berpuasa
sebelumnya selama hidupnya. Apalagi ia mempunyai kebiasaan makan setiap 2 jam
sekali, ini membuatnya lebih merasa kelaparan lagi. Ia menyadari bahwa sangat
sulit baginya untuk berpuasa, tapi tekadnya kuat dan juga ada kesadaran dalam
dirinya bahwa ia ingin menghukum dirinya atas perbuatannya pada Jodha.
Di
tengah kesepian jiwanya… disuasana tenang dan damai nya danau telah membawanya
kembali kemasa lalu… ia teringat ketika Jodha berpuasa setelah pernikahan
mereka untuk menghukum kanha selama 3 hari tanpa air dan makanan hanya untuk
menghukum dewanya dengan cara menghukum dirinya sendiri. Wajah ilahi yang lugu
pun terbayang di depan matanya… perlahan masa lalunya mulai mendatangi
fikirannya … ia ingat kekejamannya, pada hari ketiga puasa, ia membuatnya masak
untuk seratus orang. Lalu ia Mengingat kejadian
mengerikan ini, saat Ia sendiri telah merasa seperti monster ketika ia mencoba untuk memaksa dirinya pada
diri Jodha karna ia telah terbutakan oleh nafsu yang disebabkan karna
kecantikan Jodha.
Berfikir
tentang tindakan mengerikan dan kejam yang sudah ia lakukan membuatnya merasa
menggigil di sumsum tulang belakangnya. Di paksanya otaknya untuk
menghapus semua peristiwa mengerikan itu… tapi semua kenangan pahit dan
perbuatan jahat yang mengerikan itu tetap saja datang kedalam bayangannya…
bgaimana cara jahatnya untuk menikahinya, bagaimana ia telah menghinanya
berkali kali di depan orang banyak untuk menyembunyikan emosi dan perasaannya
sendiri untuknya. Akhirnya kata katanya sendiri bergema keras memekakkan
telinganya dan membuat jantungnya berdebar P***c*r ,,… kata ini telah benar
benar membuat tenggorokannya tercekat
Dalam
penyesalan dan rasa malu tubuhnya bergetar dan berkeringat. Tenggorokannya
serasa tercekik dan tersedak dengan rasa bersalah. Ia lalu berteriak dengan sangat keras “Jodhaaa… sehingga membuat seluruh danau
bergetar dengan gaung gema suara teriakkannya. Dia merasa seperti ia ingin
menghilangkan perasaan yang mengerikan ini…. Jalal berlari dan terus berlari
sampai ia benar benar kehabisan energy dan seluruh nafasnya. Ia lalu menangis
dan menangis dengan keras, matanya akhirnya bisa mengeluarkan air mata yang
mengalirkan semua kesedihan yang mencekik tenggorokannya. Seluruh hutan pun ikut menangis menyaksikan kondisinya yang
sangat rentan. Hati dan fikirannya Jalal di tawan oleh rasa sakitnya. Dia
merasa sangat lemah baik secara fisik maupun mental karena rasa bersalah dan rasa laparnya.