Versi
Asli Chapter 26 - 28
By
Viona Fitri
Di
kamarnya, Ruqayah menutup rapat gorden pintunya. Tak seorangpun yang dapat
kecuali Jalal, pesan Ruqayah pada penjaga pintu kamarnya. “Hah, ratu Jodha
telah menyusun suatu rencana untuk membuatku menjadi lebih renggang dari Jalal.
Apa yang sudah dilakukannya? Beraninya dia melakukan itu padaku? Awas kau ratu
Jodha.... Sekarang, aku akan memulai semuanya... Semuanya!” teriak Ruqayah
sembari mengobrak-abrik semua benda yang ada di sekitarnya. Ia melempar
beberapa perlengkapan riasnya pada cermin di hadapannya. Suaranya menggema di
setiap sudut ruangan. Seolah hatinya memang telah tercabik, Ruqayah menarik
sprei ranjangnya dan menghempaskannya begitu saja. Entah sudah berapa kali ia
mengais barang-barang yang telah di campakkannya, kemudian melemparkannya lagi
berulang kali. Kedua penjaga yang berjaga di pintu masuk kamar Ruqayah, seperti
was-was dengan sesuatu yang terjadi pada ratu mereka. Salah satu dari mereka
akhirnya menemui Jalal untuk menceritakan kejadian itu.
“Adab
shahensa. Maaf telah mengganggu waktu luang anda.” kata Prajurit itu dengan
nafas tersenggal.
Jalal
tampak geram dengan kedatangan prajurit yg mengganggu waktunya bersama Jodha. “Ada
apa?” tanya Jalal dgn sedikit menggertak prajurit itu.
“Ratu
Ruqayah sedang mengamuk di kamarnya, tuan. Kami sangat khawatir sekali.
Terdengar banyak benda yg pecah dari dalam kamar ratu.”
“Kenapa
kau tidak menghentikannya?”
“Kami
dilarang masuk, tuan. Ratu ruqayah hanya memperbolehkan anda saja untuk
memasuki ruangannya.”
“Aku
mengerti. Sekarang pergilah, aku akan segera menemuinya.” kata Jalal tegang.
“Pranaam
shahensa.” prajurit itu pun segera meninggalkan Jalal menuju tempatnya semula.
“Ratu
Jodha, aku ingin menemui ratu Ruqayah dulu. Kau sebaiknya berbersih dulu. Aku
akan segera kembali setelah menumui ratu Ruqayah.” kata Jalal sambil berlalu
dari sana.
Jodha
segera mengambil sepasang pakaiannya dan bergegas menuju hamam. “Hari ini
hubungan kami sudah mulai membaik. Dewa... Jadikanlah rumah tangga kami menjadi
lebih baik lagi dari saat ini.” bathin Jodha.
* * *
* *
Jalal
memasuki kamar Ruqayah dengan tergesa. Ruangan yg dimasukinya bukan lagi tampak
seperti kamar ratu, melainkan sebuah ruangan yg lebih buruk dari kandang kuda.
Semuanya berhamburan berserakan di lantai kamar. Pecahan beling ada disana
sini.
“Ratu
Ruqayah, apa-apaan ini? Kau kenapa melakukan ini? Lihat pecahan kaca-kaca itu.
Kalau kau menginjaknya kakimu akan terluka.” bentak Jalal melampiaskan amarahnya
yg telah meluap sejak tadi.
“Hentikan
kata-katamu Jalal. Kau sudah mengingkari janjimu untuk tidak mencintai ratu
Jodha. Sekarang apa Jalal? Kau sudah bermesraan dengannya. Aku melihatnya tadi.
Tak bisakah kau menjaga perasaanku ini Jalal? Aku tau kau mempunyai banyak
sekali ratu dan selir, tapi setidaknya kau tidak boleh dekat dgn ratu Jodha,
karna kau beranggapan sendiri bahwa dia hanyalah seorang dasi. Repurtasiku akan
turun kalau kau tetap akan memperlihatkan kasih sayangmu itu pd ratu Jodha.”
“Kau tau
itu ratu Ruqayah. Aku adalah seorang raja yang mempunyai banyak istri. Untuk
itu aku berusaha untuk membagi waktuku juga pada ratuku yang lain. Ratu Jodha
adalah ratuku juga. Hanya karna sebuah permasalahan kecil, aku akan
kehilangannya. Setelah kepergiaanya, aku baru menyadari bahwa aku mulai jatuh
hati padanya. Kau hanya mementingkan reputasimu saja. Aku tidak suka kau lebih
mementingkan repurtasimu dari pd suamimu.”
“Oh
baiklah Jalal. Sekarang katakan padaku. Apa kau lebih memilih ratu Jodha dari
pada aku? Aku adalah istri pertamamu Jalal. Suka dan duka telah membuat
hubungan kita lebih harmonis lagi. Katakan, aku atau ratu Jodha yg kau pilih?”
tanya Ruqayah tak sabar lagi menanti jawaban Jalal. Ia mengguncang pundak Jalal
dengan linangan air matanya. Hatinya terasa sesak, melihat Jalal membela ratu
Jodha sekuat itu. Ia bahkan lupa, kalau saat ini wanita yg ada di hadapannya
adalah istri utama raja.
“Kau gila
Ruqayah. Aku tidak bisa memilih antara kalian berdua. Aku memang mencintaimu,
tapi aku juga mulai mencintai ratu Jodha. Sekarang terserah padamu, kau ingin
menghancurkan kamarmu ini, terserah! Aku juga tidak akan peduli kalau kau ingin
meminta perceraian dariku.” ucap Jalal sambil berlalu dari sana. Ruqayah
terduduk di lantai kamarnya dgn lemas, seperti segala energinya telah terserap
oleh perselisihan mereka tadi. Baru kali ini ada seorang wanita, yg membuat
Jalal mampu memarahinya dan membentaknya sekeras itu.
“Awas kau
ratu Jodha. Aku tidak akan membiarkanmu hidup berbahagia bersama Jalal. Kau
telah membuat hidupku hancur. Benar-benar hancur....” teriak Ruqayah lantang yg
menggelegar di seisi kamarnya.
* * *
* *
Setelah
selesai membersihkan diri, Jodha memasuki kamarnya. Begitu di lihatnya suaminya
tengah terduduk di tepi ranjang sambil menangkupkan kedua tangannya menutupi
wajah tampannya. Jodha duduk sambil mengelus lembut punggungnya.
“Yang
mulia, apakah ada masalah?” tanya Jodha lembut. Tangannya masih mengelus
punggung Jalal dgn jemari lentiknya.
“Ratu
Ruqayah dia benar-benar membuatku tidak habis pikir. Dia memarahiku karna
alasan yg tidak jelas. Aku bingung ratu Jodha. Apakah semua wanita seperti itu?”
tanya Jalal yg ketika itu menoleh ke arah Jodha.
Senyuman
indah pun tersungging di bibir indahnya. Memberikan kesan kedamaian hanya dgn
seuntai senyum tulus itu. “Wanita tak terduga Yang mulia. Terkadang, dia bisa
memarahi siapapun tanpa alasan yg jelas. Tapi, di balik perihal itu dia pasti
mempunyai masalah dlm dirinya yg sulit untuk di ungkapkan.”
“Tapi ratu
Ruqayah sangat meledak sangat dahsyat tadi. Seisi kamarnya berantakan.
Barang-barang yg di ruangan itu tergeletak berserakan di lantai tak berguna
lagi.” kata Jalal dgn gereget menceritakan itu pd Jodha.
“Lalu, kau
memarahinya?” tanya Jodha. Melihat tak ada geming dari bibir suaminya, Jodha
melanjutkan. “Maafkan dia Yang mulia. Jangan menjadi seseorang yg cepat marah
seperti itu. Ratu Ruqayah pasti sangat sedih saat ini. Hiburlah dia, buatlah
hatinya bersemi kembali.” bujuk Jodha seraya menggenggam tangan Jalal di
pangkuannya.
“Apa aku
salah berbagai waktu untuk semua istriku. Kau juga adlh ratuku, tapi Ruqayah
tdk pernah bisa melihatku dgn wanita lain selain dirinya. Dia lebih
mementingkan reputasinya, dari pd gelarnya menjadi seorang istri.”
“Kau harus
sabar Yang mulia. Ini adlh hal besar dalam hidupmu. Mempunyai banyak ratu dan
selir, membuatmu harus bisa membagi waktu mu dgn baik. Mereka semua adlh
istrimu, berikan mereka kasih sayang yg sama seperti kau mengasihi ratu
Ruqayah.” jelas Jodha.
Kata-katanya
yg terucap lembut, membuat hati Jalal serasa mendapatkan suatu pencerahan dari
kata itu. Matanya yg berbinar penuh keteguhan, membuat keyakinan akan dirinya
bertambah dalam. Genggaman tangannya, terasa memberi ketenangan lewat jari-jari
mungilnya. Bibirnya yg bergelumat saat mengatkan kata-kata itu, tampak bergerak
tanpa kesentil sedikitpun. Pesona wajahnya memancarkan suatu dorongan pd
dirinya.
“Aku akan
meminta maaf pd Ruqayah. Tapi... Mlm ini bisakah kita tidur bersama. Emm,
maksudku kita tidur di kamarmu. Aku khawatir kau masih trauma dgn kejadian tadi
siang.” alibi Jalal yg sedikit bimbang dlm pengucapannya.
“Baiklah.
Yang mulia bisa datang kapan saja ke kamarku ini. Sekarang, mandilah dulu
setelah itu temui ratu Ruqayah dan meminta maaflah padanya.” saran Jodha.
Jalal
semakin dibuat terpana oleh setiap saran yg bijak dari Jodha. Selain parasnya
yg ayu, hatinya pun putih bak salju di kutub. Ada kemantapan dlm setiap
katanya. Mata Jodha terpejam saat bibir Jalal sudah sangat dekat dengannya.
Ritme nafas tak beraturan beradu dgn adrenalinnya. Dadanya naik turun, seperti
berusaha menarik nafas dan membuangnya kasar.
CUP...
Sebuah
kecupan hangat menyapu bibir Jodha yg sedikit terbuka. Awalnya hanya kecupan yg
membuatnya terasa melambung, namun lambat laun kecupan itu bertambah panas dgn
segala hasrat terpendam mereka, yg mulai mencuat ke permukaan. Bibir Jodha
bergetar setiap kali Jalal mulai menerobos masuk ke dalamnya serta bernari dgn
mesra dgn lidahnya. Jodha masih tampak kaku karna memang dia adlh seorang
wanita yg polos tentang cinta. Belum pernah ia melakukan kissing dengan pria
manapun kecuali Jalal, yg telah resmi menjadi suaminya.
“Ayolah.”
ujar Jalal singkat dgn mengerling nakal pd Jodha. Di balik kata-katanya,
tersimpan makna berbeda dari apa yg di katakannya itu. Matanya yg sayu, seperti
meminta sesuatu pd Jodha. Tapi apa? Jodha mengkerutkan dahinya bingung.
Sementara alisnya yg tampak seperti semut beriring itu terangkat naik sebelah.
“Aku tidak
mengerti.” jawab Jodha polos di sela di kecupan panas Jalal.
Lekas
Jalal mengakhiri ciuman panas itu sambil menatap wajah polos Jodha. 'Ku rasa
dia benar-benar sangat polos dan belum pernah melakukannya. Tak sedikitpun ia
merespon kecupan-kecupanku.' desah Jalal dalam hati.
Jodha
segera menghirup oksigen sebanyak mungkin untuk kembali bertanya pd Jalal. “Ayolah
apa Yang mulia? Aku tidak mengerti.” Jodha mengendikan bahunya sambil
menggelengkan kepalanya.
“Kau harus
banyak belajar untuk menjadi seorang istri yg baik. Ratu Jodha, kau belum
pernah berciuman?” selidik Jalal dgn nada menggoda.
Mendapat
pertanyaan seperti itu, wajah Jodha yg semula pucat karena kekurangan banyak
oksigen, kini memerah seperti kepiting rebus di restoran siap saji. Perlahan
Jodha menggeleng malu-malu. “Tidak pernah. Karna aku hanya akan memberikan
semuanya pada suamiku.”
“Kalau
begitu kau harus banyak belajar lagi. Katamu seorang raja yang mempunyai banyak
istri harus bisa membagi waktu dgn baik. Aku harus memberikan kasih sayang yg
sama kepada setiap ratuku. Kalau begitu, bersiaplah karna nanti malam aku akan
bermalam dgn mu.” kata Jalal sembari mencium pipi Jodha dan beranjak menuju
Hamam (pemandian).
Seperti yg
dikatakan Jalal sore itu. Setelah mandi & berpakaian rapi, Jalal sejenak
menatap dirinya pd refleksi cermin di kamarnya. Semuanya telah tampak sempurna
. Tapi ada satu yg terlupakan olehnya. Senyuman. Tak bisa di pungkiri oleh
siapa pun itu, senyum Jalalludin Muhammad Akbar adlh senyum paling memikat di
seluruh penjuru dunia. Matanya juga sangat tajam, namun hatinya tak sekeras yg
mereka perkirakan. Bibirnya yg indah itu, selalu menjadi perhatian banyak orang
saat ia berbicara. Badan gempal & tangan-tangan kekarnya, selalu menjadi
impian para ratu agar senantiasa berada dlm dekapannya. Ratu Harem tak
sedikitpun pernah mengelak dari kenyataan fakta dlm setiap mimpi mereka. Berada
dlm ruangan dgn sang raja, & menghabiskan waktu bersama. Pikiran mereka
seperti telah tertutup oleh kabut, & di matanya hanya ada sang raja saja.
Sayangnya, mereka hanya bisa memimpikan raja dlm setiap buaian dewa malam yg
menghanyutkannya.
“Pergilah.”
kata Jalal memerintah penjaga pintu kamar Jodha. Ia memberi sekantung keping
emas pd para penjaga. Sebelum mereka pergi, Jalal kembali mengingatkan. “Jangan
ada yg boleh masuk ke dlm kamar ratu Jodha.”
Prajurit
yg tadinya berjaga, segera meninggalkan tempat itu dgn sekantung keping emas.
Mereka berjalan begitu cepat. Terdengar decakan gembira prajurit itu sambil
tetap melangkahkan kakinya menuju lorong yg tampak sunyi malam itu.
Jalal
memasuki ruangan Jodha. Kemana gadis itu? Apakah dia sedang keluar, atau sedang
merias dirinya di sebuah ruangan istana lain? Jalal mencari Jodha memutari
ruangan kamar Jodha & meneliti setiap sudutnya. Tiba-tiba terdengar suara
langkah kaki seseorang memasuki kamar. Jalal sangat yakin itu adlh istrinya,
Jodha. Setelah tirai pintu itu tersingkap, seorang wanita cantik memasuki
ruangan sambil menatapnya penuh rasa bersalah. Wajahnya hanya tertunduk, namun
kakinya terus saja melangkah mendekati Jalal.
“Maafkan
aku Yang mulia, aku datang terlambat.” katanya pelan.
“Tidak
masalah, aku juga baru sampai ke kamarmu. Kau dari mana saja tadi ratu Jodha?
Aku kira kau menghilang.”
“Maaf Yang
mulia, tadi ammijan memanggilku untuk menemuinya. Ammijan menanyakan keadaanku.
Aku bilang, aku baik-baik saja. Yang mulia telah menyelamatkan nyawaku. Aku
sangat berterima kasih padanya.”
“Lalu, apa
lagi yg ammijan katakan padamu? Apa kau menceritakan tentang sikap jelek ku
padanya?”
“Tidak.
Aku tdk menceritakan apa-apa padanya. Aku hanya menjawab setiap pertanyaan yg
di ajukan ammijan.”
Jalalpun
tersenyum senang. Sepertinya Jodha tdk akan pernah mencampur adukkan urusan
rumah tangganya dgn orang tuanya. Jodha lain lagi dengan Ruqayah yg sangat
bertolak belakang dengannya. Semua masalah Harem adalah keputusan sepihak saja.
Mana menurutnya benar, maka yg lain akan di salahkan begitu saja meski alasan
yg menyertainya pun benar & logis. Ruqayah yg besar kepala dan tidak ingin
satu orang pun tidak mematuhi perintahnya. Jika itu sampai benar terjadi, maka
tak segan baginya menghukum yang tak bersalah, sekalipun orang itu benar.
“Yang
mulia...” kata Jodha terkejut begitu merasakan kakinya tidak menginjak lantai
lagi. Jalal hanya tersenyum menggoda padanya. Malam ini Jodha sangat cantik
dari hari sebelumnya, bahkan saat pernikahan mereka. Tapi sorot matanya
menunjukkan kekhawatiran dan ketakutan yang memandang ke arah Jalal. Seolah
tubuh itu hendak melepaskan diri dan berjalan sendiri tanpa perlu di gendong
seperti itu. Tangan nya mengelayut di sekitar leher Jalal. Cengkraman nya yang
erat, membuat Jalal mengerti dengan apa yang di pikirkan Jodha saat ini.
Wajahnya sejak tadi ia sembunyikan dalam dada atletis itu. Sedikit kehangatan
yang berhasil memasuki jiwanya.
“Kenapa
Jodha? Apa kau takut?” tanya Jalal yang telah merebahkan Jodha di atas ranjang
tempat tidur. Jodha hanya mengangguk pelan, namun lagi-lagi sinar matanya
nampak ketakutan yang belum pernah di lihat sebelumnya.
“Tenanglah
ratu Jodha. Aku tidak akan berbuat kasar padamu. Jangan khawatir.” ucap Jalal
menenangkan Jodha. Ia mengecup pucuk kepala Jodha dan melepas segala perhiasan
dan sringat yg melekat pada tubuh molek itu.
Setelah
semuanya terlepas, Jalal pun segera naik ke atas ranjang dan membaringkan
tubuhnya di atas Jodha. Pandangan mereka bertemu dan bercerita satu sama lain.
Jodha menghela nafas sejenak dan menutup matanya rapat. Dadanya naik turun
seiring pergerakan Jalal yang mulai liar di sekitar bagian-bagian sensitifnya. “Ah...
Jalal sakiiit...” pekik Jodha di iringi desahannya. Semakin lincahnya
bergerakan Jalal, semakin sakit dan nyeri yang di rasakannya. “Tenanglah, hanya
sebentar.” bisik Jalal dengan pelan. Peluh mereka telah mengucur dengan sangat
deras seperti hujan lebat. Setelah di rasanya telah berhasil menembus pertahanan
Jodha, kesakitan itu berubah menjadi kenikmatan luar biasa. Keduanya terjatuh
saling berpelukan melepas kelelahan yg baru saja terjadi.
~~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~~