Versi
Asli Chapter 37 - 39
By
Viona Fitri
Jalal
menatap Jodha dgn tajam. Wajahnya mengeras. Surat itu benar. Hanya kalimat itu
saja yg terus menghantuinya. Saat ini Jodha pasti akan bertemu dgn Pratap Sing,
ia akan membocorkan jalan-jalan rahasia menuju istana. Bagaimana bisa wanita
polos sepertinya, mampu mengkhianati suaminya sendiri? Apa yg ada di dalam
pikiran Jodha? Jalal menggerutu sendiri. Ia bergegas menuju istal kuda &
mengikuti Jodha tanpa sepengetahuan darinya.
Jalal tau
benar bahwa Jodha pasti akan bertemu dgn Pratap di perbatasan Rajput dan
Mughal. Terkaannya ternyata benar. Jodha memang berada di wilayah perbatasan
itu. Dan disana sudah ada seorang pria yg juga menunggangi kudanya dgn gagah.
Jalal tidak bisa menatap wajah pria itu karena tertutup oleh mantel tebal yg
membalut tubuh & bagian kepalanya.
“Aku
senang kau bisa datang menemuiku, Jodha. Bagaimana keadaan mu?” tanya Surya
setelah melihat kedatangan Jodha.
“Aku
baik-baik saja Surya. Tapi aku tidak bisa berlama lama disini. Sekarang katakan
padaku, ada hal apa yg ingin kau bicarakan padaku?” tanya Jodha. Ia mengedarkan
pandangan nya kesekeliling. Untungnya Jalal telah bersembunyi dgn kudanya cukup
jauh dari sana. Sehingga Jodha tak akan dapat melihatnya.
“Aku hanya
ingin mengucapkan salam perpisahan padamu. Aku tidak tau apakah aku akan masih
tetap hidup atau tidak ketika akan bertempur dgn suami mu nanti. Aku telah
mendengar banyak hal tentang kehebatan & kegagahan suami mu dalam
peperangan. Doakanlah aku agar bisa kembali dgn selamat.”
Jodha
mengangguk. “Doa ku akan selalu menyertaimu. Surya, kau harus lebih berhati
hati dalam menghadapi Jalal. Jaga paman Pratap sebaik mungkin. Aku telah
menganggapnya sebagai ayahku. Aku tau, paman kecewa padaku ketika mendengar
berita pernikahanku. Tolong sampaikan maafku padanya.”
“Kau tak
perlu khawatir, Jodha. Aku pasti akan menjaga ayahku. Sekarang dia sudah bisa
mengerti mengapa kau menikah dgn Jalal. Itu karna kau sangat menyayangi Amer.
Kau tidak ingin melihat rakyatmu di tindas terus menerus. Ayahku tau kau anti
kekerasan. Dia sangat bangga menjadi pamanmu. Kau sudah sangat berkorban besar
demi rakyatmu.” puji Surya. Senyuman nya melebar, membentuk sebuah lengkungan
indah di bibirnya.
“Surya,
maaf. Aku sudah harus pergi. Aku takut ada yg melihat kita disini.”
“Baiklah.
Aku juga akan segera kembali. Jaga dirimu baik-baik Jodha.”
“Tentu.”
ucap Jodha singkat. Usai pertemuan singkat itu, Surya & Jodha memutar kuda
mereka masing-masing. Keduanya saling mengepak tali kuda yg mereka tunggangi
& segera melesat dari sana.
Di
persembunyiaannya, Jalal merasa sial karena tak satupun pembicaraan mereka yg
dapat di dengarnya. Tapi yg ia ketahui hanya satu. Jodha pasti masih menyimpan
dendam padanya. Sebab bila tidak ada lagi dendam di hatinya, tak mungkin ia
akan menemui Pratap & membongkar rahasia kerajaan suami sendiri. Setelah
kuda Jodha telah lenyap dari pandangan nya, Jalal melajukan kudanya dgn cepat.
Hatinya
terbakar oleh api yg menyulutkan sikap kejamnya. Degupan di hatinya dalam
sekam. Ia memandang kesekeliling. Ingin sekali berteriak melampiaskan
amarahnya. Tapi sebagai seorang raja ia di larang melakukan hal konyol seperti
itu. Jodha pasti di hukum. Dan akan di hukum. Itu nazarnya.
Jodha
melepas mantelnya & menuju kamarnya kembali. Penjaga istal kuda itu hanya
mengangguk ketika Jodha menyerahkan kuda yang di tungganginya padanya. Tak lama
setelah itu, Jalal juga memasuki istal kuda. Jodha pasti sudah masuk ke dalam
kamarnya. Jalal tak hentinya berpikir dengan keras, hukuman apa yang pantas di
terima Jodha.
Sesaat
kemudian Dewan E Khaas telah di penuhi oleh para mentri dan juga ratu. Semua
penghuni istana di wajibkan hadir dalam sidang itu. Jodha pun telah hadir
disana. Ia duduk berdampingan dengan Salima dan Hamida. Jodha terkejut melihat
tatapan tajam Jalal yang tak pernah lepas darinya. Wajahnya juga mengeras
seperti pertama Jodha melihatnya dulu. Ketika dalam peperangan besar yang telah
menewaskan ayahnya.
“Aku
mengundang kalian semua untuk hadir dalam sidang ini karena ada sebuah
pengumumann penting yang harus kalian dengarkan. Ternyata selama ini di istana
kita ada seorang pengkhianat.” mata Jalal terlihat menyala. Ia menatap tajam
dan ketus ke arah Jodha. Semua nya merasa tegang atas pengumuman itu. Berharap
bukan nama mereka yg ada di sebutkan oleh raja.
“Dan lebih
parahnya lagi, dia adalah seseorang yg mempunyai kedudukan disini. Ia
mengkhianati ku & juga bangsa Mughal. Aku kira dia telah memaafkan ku &
akan memulai semuanya dari awal.” Jalal menghentikan ucapan nya. Ia kembali
menatap Jodha dgn tatapan mematikan nya. “Aku tak pernah menyangka dia setega
ini padaku. Aku telah berusaha menghormatinya. Tapi, tadi aku melihatnya pergi
keluar istana. Aku menguntitnya. Dan aku benar-benar terkejut.” ucap Jalal. Ia
mengalihkan pandangan nya ke arah lain. Tampak wajah tegang semua orang di
Dewan E Khaas.
“Yang
Mulia berarti mengikuti ku saat aku menemui Surya tadi. Aku tau, dia pasti akan
sangat marah dan menghukum ku.” lirih bathin Jodha. Ia tidak mampu bertatap
mata lagi dengan Jalal. Matanya sudah mendung dengan air mata. Tapi air mata
itu masih terus di tahan nya. Jalal kembali melanjutkan kata-katanya. “Ratu
Jodha, kau sudah mengkhianati suamimu ini. Kenapa kau melakukan itu?” tanya
Jalal dengan lirih. Semua tatapan mata menatap ke arah Jodha yang tertunduk.
Hamida dan Salima menggeleng tidak percaya.
“Yang
Mulia maafkan aku. Tapi aku rasa ratu Jodha tidak akan pernah melakukan hal
seperti itu. Dia sangat menghormati mu. Tidak mungkin ia mengkhianati mu.” ucap
Salima memberikan belaan nya pada Jodha.
“Tapi aku
melihatnya menunggangi kudanya menuju hutan. Ia berhenti di daerah perbatasan
antara Rajput dan Amer. Seorang lelaki menemuinya disana. Aku memang tidak
dapat melihat wajahnya. Tapi aku yakin, dia adalah Pratap Sing, paman ratu
Jodha. Dia pasti telah memberikan bocoran mengenai jalan rahasia menuju istana.”
jelas Jalal panjang lebar.
“Aku juga
tadi melihat ratu Jodha berjalan tergesa gesa menuju istal. Aku sudah curiga
padanya. Dia pasti akan keluar dari istana. Tapi aku tidak tau ia akan pergi
kemana.” sahut Rukayah memprovokasi.
“Jalal,
kau jangan salah paham dalam mengambil kesimpulan. Seandainya ratu Jodha
menemui paman nya. Itu adalah hal yang wajar. Mungkin dia merindukan paman nya.
Tapi ratu Jodha tidak mungkin mengkhianatimu, nak. Bicarakanlah masalah kalian
secara baik-baik. Jangan membuat malu seperti ini.” timpal Hamida.
Melihat
Jodha yang tak angkat bicara, Hamida membujuk Jodha untuk mengatakan pembelaan
nya terhadap dirinya. Tapi Jodha tetap tak bisa mengungkapkan yang sebenarnya.
Jalal tidak akan mempercayai ucapan nya. “Lihatlah ibu, ratu Jodha hanya diam
saja. Dia memang bersalah. Aku tidak menyangka wanita polos yang ku kenal,
ternyata hanyalah sebuah topeng belaka untuk membuatku tertarik padanya.” ucap
Jalal dingin.
Hatinya
juga hancur mengatakan perihal itu. Jodha hanya tertunduk. Tapi air matanya
telah banjir sejak tadi. Berulang kali ia mengangkat tangan nya untuk menyeka
air matanya. Dan itu tidak akan lama, karna matanya kembali mendung dan berair
lagi. “Yang Mulia, aku memang menemui seseorang tadi. Tapi dia bukanlah paman
Pratap. Dia adalah Surya...” belum sempat Jodha menyelesaikan kata-katanya
Jalal telah menyambungnya dengan sengit. “Jadi kau bertemu dengan laki-laki
lain tanpa izin dari suami mu. Kau benar-benar memalukan. Aku masih bisa
mengerti ketika kau pergi menemui Paman mu. Tapi sekarang semuanya sudah jelas.
Aku tidak akan ragu lagi dalam mengambil keputusan.” sulut Jalal.
Jodha
kembali angkat bicara. “Hiks... Hiks... Yang Mulia, Surya itu adalah...” ucapan
Jodha kembali terpotong. Jalal membentaknya dengan keras. Semua mata terkejut
mendengar suaranya yang sangat menggema. “Cukup ratu Jodha. Ternyata kau telah
selingkuh di belakangku. Untungnya aku melihatmu dengan mata kepalaku sendiri.
Dan mulai dari sekarang, aku akan menghukum mu.” bentak Jalal lantang.
Jodha
mengangkat wajahnya menatap wajah padam Jalal. Ketegarannya telah habis.
Perjuangannya sia-sia belaka. Dalam keadaan emosi seperti itu, Jalal tidak akan
mau mendengarkan alasan apapun lagi.
“Hukuman
mu adalah kau akan di kurung di dalam kamarmu sampai aku bisa memaafkan mu. Dan
kau juga akan menjadi pelayan untuk seluruh anggota istana. Aku tidak ingin kau
keluar dari kamarmu tanpa persetujuan dariku.” lirih Jalal. Setetes air matanya
pun ikut meluncur bersamaan ucapan nya.
Jodha
terperangah. Jalal telah berubah menjadi kejam lagi. Bertubi air mata menghujam
pipinya. Rasanya pedih sekali. Hukuman itu sangat berat baginya. Ia akan di
kurung dan menjadi pelayan istana. Itu membuat dirinya merasa rendah sekali.
“Prajurit,
bawa ratu Jodha ke kamarnya. Kurung dia, & jangan biarkan dia pergi.”
teriak Jalal. Dua orang prajurit hendak membawa Jodha, namun dengan isyarat tangan
nya Jodha menghentikan kedua prajurit itu.
Jodha
keluar dari balik tirai. Ia menatap sendu ke arah Jalal. “Yang Mulia, aku bisa
berjalan sendiri ke kamarku. Aku telah berusaha menjelaskan yang sebenarnya
padamu, tapi kau tak pernah mau mendengarnya. Hiks... Hiks... Hanya kau yang
aku punya di tempat ini. Aku berjanji tidak akan pernah mengkhianati mu. Lalu
kenapa kau tidak pernah percaya padaku?”
“Kau yang
telah mengajarkan kelembutan padaku, ratu Jodha. Tapi sekarang kau mengajarkan
tentang pengkhianatan padaku. Aku akan berlaku kejam kembali karna mu. Dasar
wanita murahan, kau menemui pria lain selain suami mu.”
“Cukup
Yang Mulia. Kau telah menghina ku begitu banyak. Aku bukan wanita seperti yang
kau katakan. Pranaam...” lirih Jodha sembari meninggalkan ruangan panas itu. Ia
menangis, melalui orang-orang yg menatap penuh kebencian padanya. Hanya Hamida
& Salima masih tetap mempercayai kepolosan Jodha.
“Tunggu
ratu Jodha.” teriak Jalal menghentikan langkah Jodha. Jalal beranjak ingin
menghampiri istrinya. Tapi Jodha segera menghindar dan berlalu dari sana. “Tidak
ada yang perlu di tunggu lagi Yang Mulia. Seorang raja yang terhormat seperti
mu, tidak pantas berada begitu dekat dengan seorang dasi, dan wanita yang kau
anggap murahan.” Jodha berlari meninggalkan ruangan dengan terisak. Ia
mempercepat langkahnya menuju kamar. Sementara Jalal masih terpaku menatap
kesedihan istrinya.
* * *
* *
“Apa
salahku dewa? Apa yg telah aku lakukan sehingga begitu banyak penghinaan yang
ku terima? Aku lelah. Biarkanlah aku ikut dengan ayahku saja. Ayah pasti sedang
berada di Nirwana tempat mu. Bawalah aku kesana. Aku tidak bisa hidup seperti
ini terus menerus.” isak Jodha di depan patung dewa Krishna nya.
Moti dan
Reva datang menghampiri Jodha. Mereka terduduk di samping Jodha, dan menepuk
punggungnya. “Jodha, kuatkan dirimu. Aku yakin, ini hanya cobaan untuk mu saja.
Rumah tangga kalian akan baik-baik saja.” ucap Moti menenangkan.
Reva
memberikan sebuah seragam pelayan pada Jodha. Ia terisak, mengingat perintah
Rukayah yang menyuruhnya memberikan seragam dasi itu pada Jodha. Reva sesegukan
dan memohon pengampunan padanya. “Ratu Jodha, maafkan aku. Ratu Rukayah
menyuruhku memberikan baju dasi ini padamu. Kau boleh menghukum aku jika kau
mau.”
Jodha
terhenyak menatap pakaian dasi yang di bawa Reva. Ia mengambilnya dengan
tersenyum. “Tidak apa-apa Reva. Sekarang, aku bukanlah seorang ratu lagi. Aku
sekarang adalah seorang pelayan seperti kalian. Aku akan lekas mengganti
pakaianku, dan mengerjakan tugas baruku.” Jodha bangkit dan menyuruh Reva dan
Moti untuk keluar sebentar dari kamarnya. Mereka berdua mengerti.
Saat ini
Jodha telah memakai seragam pelayan berwarna biru. Wajahmya masih tampak
sembab, tapi ia tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan nya. Biarlah semuanya
berlalu sesuai takdir yang di tetapkan oleh para dewa. Dengan wajah riangnya,
Jodha keluar dari kamarnya menemui Reva dan Moti yang menunggunya di depan
pintu masuk kamarnya. Banyak pelayan yang berlalu lalang di depan nya. Mereka
saling berbisik membicarakan ratu Jodha.
Reva dan
Moti hanya menggelengkan kepala mereka, mendengar beredarnya gosip tentang ratu
Jodha yang di anggap sebagai pengkhianat kerajaan. Ketika mereka melewati kamar
raja, tampak Jalal menatap ke arah Jodha yang berjalan menuju dapur istana.
Jodha seolah bersikap biasa saja tanpa masalah. Jalal terluka menatap pakaian
dasi yang melekat pada tubuh istrinya.
Seharusnya
ia tidak perlu menyesal dengan hukuman yang ia berikan nya. Tapi itu hanya ada
pada ego nya saja. Kenyataan nya, hatinya sangat miris melihat Jodha seperti
itu. Dua kali mereka telah bercinta. Jalal belum pernah merasakan kepuasan
seperti itu sebelumnya, selain dengan Jodha. Ia telah merasa kehilangan
hidupnya. Kehilangan hatinya yang sempat di sadari kehadiran nya.
“Aku akan
membantu kalian memasak.” ucap Jodha dengan riang. Jodha mengambil beberapa
sayuran dan memotongnya sesuai selera. Ia mengaduk bumbu yang berada di atas
kuali besar. Sambil mengaduk, Jodha teringat akan ucapan Jalal yang mengatakan
nya wanita murahan. Kata-kata itu bagai sembilu yang menyakitinya. Ucapan yang
sangat pedas, yang telah menyadarkan hatinya. Selamanya Jalal tidak akan pernah
berubah. Ia akan tetap kejam dan tidak mau mendengar apa kata orang. Jodha
menggelengkan kepalanya, berusaha melupakan setiap luka yang tercipta.
Seorang
pelayan menghampirinya. Pelayan itu sangat bersikap sopan pada Jodha. Ia masih
menganggap Jodha sebagai ratunya. “Salam Yang Mulia ratu. Yang Mulia raja memerintahkan
anda untuk membawakan makan siang ke kamarnya.” ucap pelayan itu dengan sopan.
Jodha
tersenyum. “Tidak perlu memanggilku ratu lagi. Sekarang ini, aku adalah seorang
dasi juga. Kita sama-sama dasi. Panggil saja aku Jodha. Sampaikan pada Yang Mulia,
aku akan mengantarkan makanan nya nanti.” jawab Jodha.
Pelayan
itu pun mengangguk. Lekas ia pergi ke kamar Jalal dan menyampaikan pesan dari
Jodha.
Begitu
makan siang untuk raja telah selesai. Jodha menyusun nya rapi di atas sebuah
nampan. Ia ragu untuk melangkah memasuki kamar Jalal. Langkahnya tersendat.
Jodha berhenti sejenak di depan pintu masuk kamar Jalal.
Dari dalam
kamarnya, Jalal menatap ke arah Jodha yang masih enggan untuk memasuki
kamarnya. Jodha melihat kedua prajurit yang berjaga di kamar Jalal. Jodha
menyerahkan nampan itu, dan menyuruh mereka mengantarnya pada raja. Salah satu
prajurit itu menolak dan malah mencerca Jodha. “Sekarang kau bukan ratu lagi
disini. Kau hanya seorang pelayan. Kau tidak berhak menyuruh kami untuk
melakukan tugasmu. Sekarang, cepatlah berikan makanan itu pada raja.” ucap
salah seorang prajurit.
Jodha
terhenyak. Sementara Jalal yg mendengarpun ikut mengeras karna ucapan prajurit
itu. Semua sudah jelas, mereka tertawa di atas penderitaan Jodha.
~~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~~