By
Seni Hayati
Kesabaran itu ibarat mendaki sebuah gunung
Tak jarang lelah menyapa, atau mungkin putus asa..bahkan
menyerah dan kalah..
Namun aku beruntung memilikimu sebagai pendamping hidupku
Yang mampu menghapus lelahku
Penyemangat putus asaku
Motivator di saat aku hampir menyerah
Kau selalu berkata...
Ayo bertahan mintalah pertoplongan pada Alloh SWT dengan sabar
dan shalat
Sabar itu bukan diam dan pasrah
Melainkan terus bergerak
Hingga lelah itu akan berganti bahagia
Hingga putus asa itu akan berganti suka
Mungkin kita akan melihat hamparan edelwis
Atau bisa jadi pemandangan danau yang menenangkan
Hingga kita bisa duduk menikmatinya di waktu senja
Satu yang selalu aku syukuri dalam hidup ini
Memilikimu sebagai patner perjuanganku
Teman dalam mengarungi belantara dan gelap gulitanya kehidupan
Hingga aku tak henti-hentinya berkata
Ana uhibbuki fillah
Aku mencintaimu karena Alloh SWT
(Seni Hayati, Bandung 2015)
Rasanya berat berpisah dengan aa mughal yang petkilan namun akhirnya
jadi sosok ikhwan sejati karena kehadiran sang istri sebagai perantara hidayah
Alloh SWT..rupanya penar ungkapan 'dibalik laki-laki yang hebat selalu ada
wanita hebat'
***
"Sayang aku pulang dulu ya..kamu lanjutin perjuanganmu bersama
lumpur, cangkulan-cangkulan itu akan menghantarkanmu kesurga" ucap Jodha
sambil merapihkan rantangnya kembali, Jalal menatap gerak gerik istrinya dengan
tatapan penuh kasih sayang, seulas senyum terukir di bibirnya..merasa di
perhatikan Jodha mengangkat wajahnya
"Hai A..kenapa menatapku seperti itu" Jodha tersipu
"Jo..tau ga..semakin hari Aa semakin mencintaimu"
"Ih..Aa seperti ABG aja masih suka ngegombal" pipi Jodha
bersemu merah
"Ini betul Jo..aa bersyukur memilikimu sebagai pendamping
hidup..memiliki senyummu yang membuat aa tetap bertahan dalam kondisi terburuk
sekalipun..mmm..ammijan klo masih ada pasti ga bakal percaya anak manjanya mau
nyangkul di sawah"6
"Itu bukti klo aa memiliki kualitas diri yang hebat..aa manusia
pilihan Alloh yang sukses melakoni berbagai peran..aku bangga aa bisa jadi
sosok ikhwan sejati seperti impianku"
"Apa ikhwan impian?sepertinya aa familiar dengan kata-kata
itu..kamu ingat Jo..waktu aa masih begajulan..kamu bilang ikhwan impianmu
seperti Ilyas..apa kamu masih memikirkannya?" Jalal menggoda
istrinya..matanya terlihat menyelidik mencoba menangkap pandangan Jodha
"Aa..bicara apa sih..ga boleh tau mikirin laki-laki lain selain
suami" Jodha menjawab dengan kesal
"Tapi kenapa kamu dulu memikirkan dia?"
"Itu..hanya untuk memotivasi kamu biar berubah..lagian aa kan dulu
pecicilan banget..mana ada akhwat yang mau sama laki-laki pecicilan"
"Eh..siapa bilang, dulu banyak loh gadis yang ngejar-ngejar
aa..mereka cantik-cantik, ada Rukayah, ada Benazir" mendengar kata-kata
Jalal, Jodha jadi murung
"Dan aa masih memikirkan mereka?..aku masih ingat isniden telepon
saat aa bicara sama Rukayah..itu membuat air mataku terkuras habis"
Terlihat genangan air di mata
Jodha mengingat awal-awal pernikahan mereka..menyadari kekeliruannya Jalal
segera mendekat,,jarinya mengusap air mata yang perlahan jatuh..
"Sayang..ma'afin aa..aa
cuma bercanda..sekarang tidak ada lagi wanita lain di hati aa..hanya kamu
Jo" Jalal segera mengecup kening Jodha..lalu melanjutkan bicara
"Hai..sudah jangan
menangis..aa ga tahan melihatmu menangis"
"Aa janji jangan menyebut
nama wanita lain dihadapanku..meski itu hanya bercanda"
"Oke..aa janji tidak akan
lagi"
Jodhapun kembali tersenyum..
"A..aku pulang sekarang
ya"
"Tak maukah kamu memberi
aa DP buat nanti malem?" Jalal tersenyum nakal
"DP?..DP apa an?"
Jodha terlihat bingung..melihat Jodha kebingungan membuat Jalal merasa gemas
"Ini DP nya" sambil
menyerang bibir Jodha tanpa ampun..Jodha berusaha melepaskan..
"Aa..malu nanti ada orang
yang liat" Jalal hanya mesem-mesem sambil berkata
"Oke..DP nya cukup
segitu..nanti malam aa tagih cicilannya" Muka Jodha sontak
memerah..setelah mengucap salam, diapun kembali menyusuri pematang sawah di
ikuti tatapan mata Jalal yang terus
menemani langkahnya.
***
Sore hari saat Jalal pulang,
terlihat Jodha sedang muntah-muntah..
"Sayang ada apa kamu
sakit hemm?"
"Aku mual a" Jalal
segera mengambilkan air hangat dan mendudukan Jodha di ranjang sambil membalurkan
minyak kayupuih pada tengkuk Jodha
"Aa mandi dulu ya..ba'da
ashar ada undangan ngisi ceramah di masjid kampung sebelah..kamu ga apa-apa klo
aa tinggal..klo kamu ga kuat biar aa batalin saja"
"Tidak A, aku
kuat..jangan jadikan aku penghalang dakwahmu sayang"
***
Jalal sudah siap dengan baju
koko celana panjang lengkap dengan peci..
"A..pulangnya bawa rujak
ya" Jalal terlihat bingung, menatap istrinya dengan sedih
"Kenapa A?uangnya ga ada
ya" Itulah yg membuat Jalal sedih, kali ini untuk pergi ketempat
ceramahpun..iya harus jalan kali, padahal ia ingin sekali membahagiakan
istrinya
"Klo ga ada ga apa-apa A, itu hanya keinginan bukan kebutuhan"
Jodha berusaha tersenyum
**
Sepeninggalan Jalal, Jodha kembali muntah-muntah untung ada tetangganya
seorang bidan yang segera menolongnya, bidan Anitha namanya, dia seorang bidan
desa yang kadang bekerja tanpa pamrih
"Ka Jodha kenapa, sepertinya sedang kurang sehat?"
"Aku baik-baik saja..meski akhir-akhir ini sering mual-mual"
"Terakhir ka Jodha haid kapan?"
Jodha mengingat-ngingat
"Emm..sekitar enam minggu yang lalu"
"Bisa jadi itu suatu tanda kehamil..untuk pastinya saya akan
periksa, ka Jodha tunggu dirumah ya, saya pulang dulu bawa perlengkapan untuk
pemeriksaan"
Tak lama kemudian bidan Anitha datang lagi..setelah diperiksa ternyata
Jodha positif hamil
"Ka..selamat ya..kaka hamil..mulai sekarang kaka harus jaga
kesehatan, samapi saat ini kondisinya baik..ini saya beri vitamin, asam folat,
juga obat anti mual"
"De..berapa semuanya?"
Bidan Anitha menolak di bayar
"Aku ikhlas ka..lagian kaka juga kan ga mau dibayar klo ngajarin
aku tajwid dan baca Qur'an..jadi biarkan aku membalas kebaikanmu"
"Jazakillah ya de..semoga Alloh membalas dengan yang lebih
baiak."
Menjelang maghrib Jalal pulang, setelah mengucap salam dia bergegas
menemui istrinya yang sedang asik membaca di tengah rumah..Jalal memberi ciuman
di kening Jodha
"Sayang..aa bawa pesananmu..rujak buah segar"
"Wow..syukron sayang..boleh aku makan sekarang"
"Ya tentu saja" Jodha segera membuka bungkusan rujak dan
dengan lahap memakannya sampai habis, padahal dia biasanya tidak kuat makan
banyak..itu membuat Jalal sedikit merasa aneh
"Tumben kamu ga nyisain buat aa"
"Oh..aa mau?..afwan sudah habis hehehe"
"Ga apa-apa ko yang" jawab Jalal sambil ngacak-ngacak rambut
Jodha (klo di dalam rumah Jodha melepas hijabnya).
"Sepertinya ada yang aneh dengan dirimu..tadi siang kamu mual-mual,
trus ngabisin rujak, dan klo dilihat-liahat sekarang kamu lebih berisi
sayang"
"Lebih berisi apa lebih ndut?" Jodha menyela sambil cemberut
"Kelihatan lebih berisi jadi nambah seksi" jawab Jalal dengan
senyum nakalnya
"Aa pengin tau alasannya hemm?"
"Tentu saja..apa kau menyembunyikan sesuatu dari suami ganteng mu
ini hemm?" Jodha senyum-senyum tanpa membuka mulutnya..
"Oh..jadi istriku sudah main rahasiah sekarang..sepertinya kunci di
mulutnya harus dibuka dulu" kata Jalal sambil mendekatkan bibirnya pada
bibir Jodha
"Aw..bibirmu pedas sekali sayang..rasa rujak" Jodha terkekeh
melihat suaminya yang nampak lucu..
"Bukannya aa tadi pengin juga rujaknya.."
"Iya sih..meski cuma kebagian pedesnya doang..hey..jangan coba-coba
mengalihkan perhatian ya..tadi apa yang membuatmu nampak ndut..ups (Jalal
segera menutup mulutnya karena Jodha membulatkan matanya)..maksudnya nanpak
seksi"
"Mm..di perutku..sekarang sedang tumbuh makhluk kecil yang kau
titipkan dirahimku"
Jalal nampak terkejut
"Subhanalloh Jodha..kamu hamil?? Anak kita tumbuh disini?"
tanya Jalal sambil menyentuh perut Jodha..mengelusnya lalu menciumnya..sambil berbisik
seolah sedang mengajak anaknya berbicara
"Assalamu'alaikum sayang..kau dengar suara abi..jangan buat ummi mu
menderita ya..kau anak hebat seperti abi dan ummi mu..abi mencintaimu
sayang" Jalal kembali mencium perut Jodha penuh sayang
"Apa kau senang a?"
"Ya..tentu saja..akhirnya kita dipercaya juga sama Alloh"
tiba-tiba muka Jalal nampak murung
"Kenapa a..apa ada masalah?"
"Tidak Jodha..aa hanya merasa gagal sebagai seorang ayah dan
seorang suami..dalam kondisi kamu yang sedang hamil, kita berada dalam keadaan
yang serba kekurangan..aa tidak bisa memberikansesuatu yang mungkin nanti kamu
inginkan"
"Tidak a..jangan bicara seperti itu..aku tidak menginginkan apapun,
aku tidak menuntut apapun, kasih sayangmu, cintamu, kerja kerasmu selama ini
itu sudah menunjukan bahwa kau telah membuktikan bahwa kau seorang suami dan
seorang ayah yang sukses bukan ayah yang gagal..saat kau lebih memilih aku
dibandingkan hartamu disitu aku sudah siap dengan segala keadaan terburuk yang
akan kita alami"
Minggu berganti minggu bulan berganti bulan, kandungan Jodha semakin
membesar kini sudah genap tujuh bulan. Dari hasil pemeriksaan di puskesmas
setempat diprediksi Jodha mengandung
anak kembar..untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan Jalal mengurus
surat-suart agar memperoleh keringanan selama melakukan proses persalinan,
mengingat melahirkan dengan bayi kembar penuh dengan resiko.
Suatu hari ketika Jodha hendak pulang dari mengantar santap siang Jalal,
Jodha terpeleset di pematang sawah
"Aww (jleb)...." Jodha jatuh dengan posisi duduk, pantatnya
mendarat duluan..dan darah segar mengalir di kakinya
"Ya..Alloh Jodha" teriak Jalal sambil menghampiri Jodha,
berusaha tenang meski sebenarnya dia khawatir dengan pendarahan yang dialami
Jodha. Jalal segera membopong Jodha.
Jodha di bawa ke RSUD rujukan menggunakan angkot (tadinya mau pake
delman tapi takut kelamaan di jalan).
Menjadi orang yang termarjinalkan membuat Jodha mendapatkan pelayanan
yang alakadarnya, ini sempat membuat Jalal sedikit kesal..kenapa karena masalah
uang mereka membeda-bedakan pelayanan, apa yang salah dengan orang-orang
seperti kami yang di takdirkan hidup pas-pasanan
'Andai suati hari aku kembali di beri amanah harta, aku akan membuat
rumah sakit gratis yang berkualitas untuk orang-orang miskin' Jalal bernazar
dalam hatinya..
Kondisi Jodha yang melemah, satu-satunya tindakanuntuk menyelamatkan dia
dan bayinya terpaksa harus melalui operasi, karena tidak ada pilihan lain
akhirnya Jalalpun menyetujui.
Dengan cemas Jalal menemani Jodha di ruang oprasi,..entahlah rasanya
seperti berhutang budi pada sosok wanita yang kini perutnya telah dibelah untuk
mengeluarkan titipan benihnya..air mata mengalir dari pipi Jalal..
'Jodha bertahanlah aku disini menemanimu..kau harus kuat sayang'..
Akhirnya seorang dokter menyerahkan bayi pada Jalal bayi laki laki
kembar, satu persatu Jalal mengumandangkan azan dan iqomah pada telinga
anak-anaknya, suatu persaksian tauhid yang pertama di dengar sebelum syetan
berhasil membisikan hal lain dan lantunan azan pun ternyata terbukti memperkuat
tulang sang bayi.
***
Ternyata Alloh masih menguji ketabaha keluarga muda ini..Pasca operasi
Jodha mengalami koma, hal itu membuat Jalal merasa tidak terima. Dia segera menemui kepala Rumah
Sakit meminta pertanggung jawaban atas kondisi yang dialami Jodha
"Kami sudah melakukan yang terbaik pak..sebelum operasi anda sudah
menandatangani dan siap dengan resiko apapun yang akan terjadi"
Terjadi perdepatan sengit antara Jalal dengan ibu Vani seorang wanita
muda berhijab lebar sang Kepala Rumah Sakit
"Baiklah klo begitu, kami tidak akan lepas tanggung jawab, kamu
akan merujuk istri anda pada rumasakit lain dengan fasilitas yang lebih
lengkap..saya akan melihat kondisi istri anda"
Ibu Vani mengikuti Jalal yang berjalan menuju ruang perawatan Jodha,
saat mereka masuk, Jodha masih terpejam dengan wajah yang pucat..tiba-tiba ibu
Vani terlihat shoc..seolah dia tidak percaya dengan apa yang di lihatnya, dia
segera berlari kearah Jodha, dan menangis di samping ranjang Jodha..
"Ka..Jodha kau kah ini?..kami sudah mencarimu kemana-mana kak..ibu
sampai sakit memikirkanmu kak..aku Shivani adikmu"
Jalal seolah tak percaya mendengar apa yng dikatakan kepala rumah sakit
itu,
'Apa ternyata dia adiknya Jodha?' Jalal bergumam dalam hatinya, memang
Jalal pernah melihat foto Shivani tapi waktu itu Shivani belum berhijab.
Shivani segera menghampiri Jalal sambil menghapus air matanya
"Jadi kakak ini suaminya kak Jodha?..saya adiknya..ayah sekarang
telah berubah sejak ibu sakit-sakitan memikirkan kak Jodha, keluarga kami
berkenalan dengan seorang ustad, dia berhasil menyadarka sikap keras kepala
ayah, kami sekeluarga akhirnya memutuskan menjadi mu'alaf..ayah sangat menyesal
dengan apa yang telah ia perbuat pada kalian"
Mendengar penjelasan Shivani Jalal merasa lega.
Tak perlu menunggu lama, Shivani segera memindahkan Jodha kerumah sakit
lain yang memiliki fasilitas lebih baik.
Jodha di bawa ke ruma sakit Boromeus..untuk memudahkan dalam proses
perawatan, bayi kembar mereka pun yang di beri nama Hasan dan Husen di bawa
juga ke rumah sakit yang sama.
Setelah memastikan Jodha mendapat penanganan yang tepat, Shivani
menghampiri Jalal
"Kak..Vani pulang dulu..mau memberitau kabar baik ini pada
ibu..Vani titip kak Jodha ya"
"Tentu saja ..tanpa kamu mintapun
saya akan merawat istri saya" jawab Jalal dingin, seperti masih merasa kesal.
***
Shivani telah sampai di rumah, dengan muka berseri bercampur sedih dia
segera menemui ibunya yang terbaring sakit kebetulan disana sedang berkumpul
juga keluarga besar mereka, ada ayahnya ada Kakanya dan ada dadisa..
"Ibu...aku menemukan kak Jodha" ujar Shivani sambil memeluk ibunya
yang langsung berbinar mendengar nama Jodha, begitu pun dengan anggota keluarga
yang lain..Shivani kini menangis
"Tapi..ka Jodha sekarang sedang sakit"
"Kenapa dengan Jodha?!..kenapa anaku?!" teriak ibu Mainawati
"Ka Jodha melahirkan di rumah sakit yang Vani pegang, pasca operasi
sesuatu terjadi padanya hingga ia koma..dan sampai sekarang belum sadar..Vani
sudah memindahkannya ke rumah sakit
Boromeus"
Tanpa berfikir panjang Shivani dan keluarganya segera berangkat menuju
rumah sakit, sepanjang jalal tak henti-hentinya keluarga Jodha menangis..
"Kalau terjadi sesuatu pada Jodhaku..aku tidak akan mema'afkanmu
suamiku...ini semua karena salahmua..selama ini pasti anaku hidup dalam
kesusahan setelah kau rampas seluruh harta suaminya!" pak Barmal hanya
tertunduk..dalam hatinya seendiri dia sangat merasa bersalah. Bayangan Jodha
ketika malam-malam diusir dari rumah
satu persatu berkelebat di fikiran Barmal..bagai mana klo waktu itu keluarga
Jalal tidak menemukannya, apa yag akan terjadi dengan Jodha..namun apa yg
sekarang ia lakukan, sebuah kejahatan telah ia lakukan, ia telah membuat
bangkrut dewa penolong putrinya itu..bukan hanya Mainawati namun dia tidak akan
mema'afkan dirinya sendiri klo sesuatu terjadi dengan Jodha, butiran bening
perlahan keluar dari sudut mata Barmal.
**
Mereka kini telah sampai di rumah sakit dan segera bergegas menuju ruang
perawatan Jodha..sa'at mereka masuk Jalal sedang menunggu Jodha sambil
menggendong Hasan..Mainawati segera menghambur memeluk Jodha yang masih belum
bergerak
"Nak..ini ibu sayang..ibu sangat merindukanmu..ibu
mengkhawatirkanmu..bangunlah demi ibu..demi anak-anakmu..demi suamimu..demi
adik-adikmu..demi ayahmu..demi dadisa" air mata ibu mainawati mengalir
dengan derasnya.
Pak Barmal kini ikut duduk disamping istrinya
"Jodha..ma'afkan ayah sayang..ayah sekarang menyadari kesalahan
ayah..bangunlah..apa kau tidak ingin melihat ayahmu yang kini sudah mengikuti
jejakmu menjadi seorang mu'alaf?" Pak Barmal mengelus jemari Jodha..
Jalal menghampiri Jodha di sisi lain ranjang..sambil menggendong Hasan
sedangkan Husen kini di gendong dadisa..
"Sayang..lihatlah sekarang semuanya sudah berkumpul..orang-orang
yang menyayangimu..kami semua merindukanmu" tiba-tiba Hasan dan Husen
menangis seolah ikut bersedih melihat kondisi ibunya.
Alam bawah sadar Jodha seolah mendengar tangis anaknya, dia yang sedang
berjalan berkabut dan hampir memasuki sebuah gerbang, membalikan lagi badannya
'Anaku..anaku..ibu akan segera datang..jangan menangis sayang' terdengar
suara Jodha dari alam bawah sadarnya
Perlahan jemari Jodha mulai bergerak..dan matanya terbuka
"Subhanalloh ibu lihat kak Jodha sadar" seru Shivani..dia
langsung bergegas memanggil dokter.
Jodha mengedarkan pandangannya mengelilingi
ruangan..di tatapnya satu-satu
yang ada diruangan itu..suaminya..anak-anaknya, dadisa, ibunya, ayahnya,
adiknya..
"Apakah ini mimpi?..benarkah ini ibu..ayah..dadisa..Sukanya?"
"Iya sayang ini ibumu..kami semua disini untuk mu" suasana
haru dan isak tangis bahagia memenuhi ruangan.
**
Seminggu kemudian Jodha dinyatakan sehat dan boleh pulang..pak Barmal
mengajak anaknya pulang kerumahnya, tapi Jodha bersikeras ingin pulang ke rumah
yang di Banjaran..akhirnya merekapun menyerah pada sikap keras kepala Jodha,
dengan ikut mengantar Jodha pulang kerumah sederhananya.
Begitu sampai di rumah Jodha, ibu Mainawati lagi-alagi tak kuasa menahan
air matanya
"Jadi selama ini kau tinggal disini nak?"
Jodha menjawab sambil tersenyum
"Kami disini hidup bahagia bu..materi bukan satu-satunya ukuran
kebahagiaan bagi kami..meski kami harus sering puasa ketika sawah kami belum
panen, tapi kami sedang menjalaninya"
Kini mereka semua duduk di tengah rumah, di atas karpet lusuh milik
Jodha..
Pak Barmal mulai angkat bicara
"Jalal..sebagai permintaan ma'af dari ayah..ayah kembalikan lagi
semua milikmu..mulai saat ini kau kembali sebagai pemilik perusahaan itu, dan
rumah mu masih tetap utuh..tinggalah disana klo kau tidak ingin tinggal bersama
kami"
"Tidak ayah..semua itu milikmu..aku sudah tidak berhak lagi"
jawab Jalal
"Tidak nak..klo kalian tetap keras kepala seperti ini berarti
kalian belum mema'afkan ayah..dan itu akan membuat ayah menderita seumur hidup
ayah..anggap ini pemberian seorang kakek pada cucu-cucunya, fikirkan masa depan
mereka nak"
Jalal dan Jodha saling bertatapan
"Aku..bagaimana suamiku ayah..kemanapun dia akan membawa ku..aku
akan ikut" jawab Jodha..menyerahkan semua keputusan pada Jalal..Jalal
terlihat berfikir sejenak, lalu dia menarik napas panjang
"Baiklah ayah..demi anak-anak dan istriku aku terima perusahaan dan
rumah itu kembali."
Sejak saat itu Jalal kembali sebagai seorang CEO dan mereka tinggal
dirumah Jalal peninggalan Hameda..sesekali mereka berkunjung ke keluarga Jodha,
mereka kini hidup bahagia. Sebuah perjalanan kesabaran yang berbuah manis,
sebuah potret keluarga yang saling mendukung dan saling menguatkan dalam suka
dan duka..keluarga yang seluruh anggotanya saling mencintai karena Alloh SWT.
* * *
* * * * * * * * * * * * * *