By
Seni Hayati
“Andaipun keindahan dunia lenyap dariku..
Aku rela asal masih memiliki Alloh SWT sebagi Tuhanku dan engkau
sebagai pendamping hidupku Iman dan dirimu lebih berharga dari semua yang ku
miliki..
Imanku akan cukup mengendalikan asam lambungku..
Hingga rasa lapar akan hilang berganti syukur,,
Karena manusia pilihan Alloh yang bernama Muhammad pun sering
mengganjal perutnya dengan batu ketika suara simphoni di perutnya bernyanyi
merdu..
Sedangkan cintamu laksana generator yang siap mengalirkan energi
Mendukungku dalam setiap langkah menuju Ridha-Nya
Mungkin kaki ini akan tertusuk duri
Atau kulit ini akan terbakar matahari..
Namun aku akan tetap mencintaimu karena Alloh..
Ana Uhibbuki Fillah
(Seni Hayati, Bandung 2015)
Hafiz sudah siap menunggu Jalal dan Jodha di depan Hotel, Jalal
menghubunginya agar dia menjemput Jodha..sebenarnya Hafiz sempet kaget juga
mengingat jadwal kepulangan Jalal yang mendadak, dalam bertanya-tanya ada
apakah gerangan?..namun dia harus menunda rasa penasarannya hingga nanti
bertemu dengan Jalal.
Sedangkan di kamar hotel Jalal masih sibuk menenangkan Jodha
“Hai..jangan menangis..kau tampak jelek klo menangis” Jalal berusaha
membuat lelucon, meski sebenarnya dia sendiri tidak bisa menaha air matanya
“Dan kau pun sama kenapa kau menagis?” ujar Jodha di sela
isakannya..tangannya menghapus air mata di pipi Jalal, sedang tangan Jalal
menyeka air mata di pipi Jodha
“Kau..tau Jo..aku pasti akan sangat merindukanmu”
“Aku pun akan merindukanmu..kenapa aa tidak membiarkan aku ikut pulang?”
“Tidak sayang..selesaikan study mu..kejar mimpimu..apa kamu tidak ingin
membuat suamimu bangga hemm?” tangan Jalal menarik gemas hidung Jodha yang
memerah karena efek menagis..
“Baiklah..aku akan tetap di sini..dan menjaga cintamu..maukah aa
meninggalkan hati dan cintamu di sini?..untukku..dan aa bawa cinta dan hatiku
pergi bersamamu”
“Tentu sayang..ayo..Hafiz sudah menunggu kita” kali ini Jalal menghapus
air mata Jodha dengan bibirnya.
**
Hafiz menatap pasangan yang matanya sama-sama sembab dengan tatapan
menyelidik
“Hai..apa kalian berantem?!”
“Kami baik-baik saja..” jawab Jalal sambil mencium buku-buku tangan
Jodha, mereka kini duduk di kursi belakang
“Tapi kenapa kalian menangis?”
“Ya Alloh Hafiz...ini bukan urusanmu tau! Dan sepertinya aku tau alasan
kenapa kamu belum laku-laku Fiz..itu karena mulut bawelmu yang seperti
wartawan!” bentak Jalal membuat Hafiz tak tahan menahan tawanya
“Aku kira kalian menangis karena kalian end..tentunya setelah Jodha
menyadari kekeliruannya telah memilihmu” celotehan Hafiz seperti biasa berhasil
membuat Jalal geram
“Hai..jaga mulutmu!!..ingat di tasku masih ada lakban” ancam Jalal
“Ups...Jo suamimu udah mulai keluar tanduknya tuh” Jodha hanya mesem
sambil melirik suaminya yang masih menatap Hafiz dengan geram
“Bukan hanya tanduk yang akan keluar..lama-lama taringku juga ikut
keluar tau!!” kata Jalal yg disambuat gelak tawa Hafiz
“O..ya..sepertinya kalian memang sepasang vampir...aku sendiri sudah
membuktikan dengan melihat banyaknya bekas gigitan di lehermu waktu itu”
jawaban Hafiz membuat muka Jalal dan Jodha memerah..terkenang kembali insiden
kissmark di malam pertama mereka.
**
Kini mereka telah sampai di Haneda International Airport..detik-detik
perpisahan semakin dekat, semakin mendebarkan bagi pasangan muda ini. Hafiz
memberi waktu buat mereka, kali ini rupanya dia bisa bersikap dewasa juga..ikut
merasakan beratnya berpisah dengan orang yang terkasih..dia pergi dengan dalih
mau mencari kopi dulu.
Jalal dan Jodha terlihat duduk bersampingan, kaki Jalal dilipat satu
diatas kursi hingga dia bisa menghadap pada Jodha..kini saling menatap dalam
diam, tenggorokan mereka seresa tercekal dengan tangisan yang
tertahan..pertemuan mereka yang cuma beberapa hari terasa begitu singkat
setelah badai panjang diawal pernikahan mereka..Jodha menggit bibir bawahnya
agar suara tangisanya tak keluar..
“Aku mencintaimu a..ana uhubbuka fillah” akirnya kata itu keluar dari
bibir Jodha.
Jalal menatap istrinya, suara hatinya berbisik
'Trimakasih ya Alloh..Engkau telah mengirimkan wanita ini sebagai
istriku..yang mencintaiku dengan tulus, bukan karena setatusku ataupun
hartaku..tapi karena Mu' Jalal tersenyum sedih sambil mengusap air disudut mata
dengan ujung jarinya
“Ana ukhibuki fillah sayang (Jalal merengkuh Jodha kedalam pelukannya
sambil mengecup pucuk kepala Jodha yang terbalut hijab)..ku mohon tetaplah
mencintaiku dan jadi pendampingku walau bagaimanapun keadaannya..jangan pernah
tinggalkan aku lagi” Jodha mengangkuk dalam tangisannya, rasanya sangat berat
untuk melepaskan kepergian suaminya.
“Aa..pergi sekarang sayang..jaga dirimu baik-baik..jangan lupa
makan..sesampainya di Bandung aa akan ngabarin” Jala mencium kening, pipi,
hidung dan bibir istrinya, andaikan ini bukan tempat umum ingin rasanya ia menyesap
lebih lama bibir istrinya karena entah
berapa lama lagi ia akan merasakan manisnya bibir itu. Jalal melepas
pelukannya..melangkah meninggalkan Jodha yang masih berderai air mata
“A..” panggil Jodha dengan suaranya yang terdengar bergetar menahan luapan
emosi jiwa..Jalal berbalik dan mentap istrinya, Jodha berlari menghambur dalam
pelukan Jalal
“Aku ingin memelukmu sekali lagi..(pelukan 20 detik ala kang Ridwan
Kamil) agar aku bisa mengingat aroma tubuhmu” Jalal membalas pelukan istrinya
dengan erat
“Jangan lupa kirimkan satu kontainer do'a malammu untuk ku honey” ujar
Jalal
“Pasti sayang..itu akan selalu ku lakukan”
Sekali lagi Jalal mencium bibir Jodha.
“Ehm” terdengar suara Hafiz yang tiba-tiba muncul di belakang mereka,
membuat Jalal dan Jodha segera melepaskan pelukannya
“Bro..tenang, aku akan jagain istrimu”
“Fiz..rasanya aku ga bercaya klo harus nitipin istriku padamu..awas
jangan macem-macem, dia MILIKKU” ucap Jalal sambil merengkuh pundak Jodha.
“Iya..iya aku tau..posesif banget jadi laki”
“Klo ga posesif..nanti di embat laki-laki pengganggu macam kamu” Hafiz
tersenyum mendengar ancaman sahabatnya.
“Namun sepertinya tidak ada pilihan lain..aku harus minta tolong padamu
untuk mengantar pulang istriku..sampaikan salam sama tante Firna dan om Yusuf,
ma'af tidak sempet pamitan ada sesuatu yang urgen” ucap Jalal sambil memeluk
Hafiz yang dibalas dengan tepukan di punggung Jalal.
“Selesaikan urusanmu disana.. jangan khawatirkan Jodha.. dia aman
bersama keluargaku” ucap Hafiz terdengar dewasa
“Aku senang melihatmu bersikap dewasa”
“Hanya dalam kondisi-kondisi tertentu” jawab Hafiz sambil mesem.
“Aa.. berangkat sekarang ya.. sudah puas meluknya kan?” goda Jalal
sambil mengecup singkat pipi Jodha, Jodha mengangguk dengan muka memerah, Jalal
melangkah pergi dengan tenang di ikuti tatapan penuh cinta dari istri dan
sahabatnya. Dia melangkah semakin menjauh, sebelum akhirnya membalikan badan
dan melambaikan tangannya tanda perpisahan. Setelah Jalal tak lagi terlihat,
Hafiz mengajak Jodha pulang kembali kerumah.
**
Hafiz membukakan pintu mobilnya untuk Jodha
“Mau di depan atau di belakang?” tanyanya
“Di belakang saja mas” jawab Jodha, suaranya pelan kesedihan masih
berbekas diwajahnya.
Hafiz menyusuri jalanan kota Tokyo dengan belan sesekali dia melihat Jodha
dari spoin yang menatap kosong ke arah luar mobil melihat gedung2 pencakar
lagit, Jodha nampak menangis walau tanpa suara, beberapa kali tangannya menyeka
ujung matanya.
“Jo ini tisu.. sepertinya kau membutuhkannya”
“Makasih mas..” Jodha menerima tisu dari Hafiz
**
Keesokan harinya di Bandung..saat Jalal memasuki ruang kerjanya, seorang
laki-laki paruh baya sedang duduk dengan arogan di kursinya..Jalal sempat kaget
meliahat ada orang selancang itu di dalam kantornya
“Siapa anda?kenapa ada di ruang kerja saya?” tanya Jalal dengan sorot
mata tajam berusaha menyembunyikan amarahnya, memorinya seolah memberi signal
klo dia pernah melihat orang ini..tapi siapa?dimana?dia berusaha membuka
file-file isi otaknya
“Oh..rupanya kamu yang bernama Muhammad Jalaludin Akbar..seorang
pengusaha muda yang tampan..kenalkan saya Barmal sekarang pemegang saham
terbesar disini..dan sekarang perusahaan anda berhutang besar pada saya”
“Oh..jadi anda Tuan yang telah memborong saham kami?..atau jangan-jangan
anda juga yang bermain di belakang semua kekacauan ini..termasuk membuat
investor Jepang membatalkan investasinya?”
“Pemikiran yang cemerlang anak muda..kurang lebih seperti itu”
“Apa sebenarnya yg anda mau tuan Barmal?”
“Jalal..kamu sama sekali tidak mengenal ayah mertua mu?”
Jalal terlihat shock..memorinya baru kembali mengingat klo laki-laki ini
ayah Jodha yang pernah ia lihat di laptop Jodha beberapa waktu lalu di awal
pernikahan mereka ketika Jodha memperlihatkan foto keluarga padanya.
“Anda ayahnya Jodha?..sekali katakan apa yang anda inginkan?”
“Tidak usah buru-buru..permainan baru saja di mulai..keinginan saya
simpel..kembalikan Jodha padaku atau kamu akan kehilangan
segalanya..perusahaamu, keluargamu, dan harta-hartamu lainnya”
Barmal menatap Jalal yang juga sedang menatapnya dengan tajam..Barmal
kembali berkata
“Satu minggu..ya saya kasih waktu satu minggu untuk kamu berfikir
nak..ceraikan Jodha atau kehidupanmu akan hancur..saya yakin setelah Jodha
tidak memiliki pelindung..dia akan kembali padaku”
“Tidak usah satu minggu untuk saya berfikir..detik ini juga saya sudah
bisa memutuskan klo saya tidak akan menceraikan Jodha titik”
“Oh..tidak nak..saya akan tetap memberimu waktu..slamat tinggal..dan
slamat berfikir” Barmal menepuk pundak Jalal sambil melangkah keluar.
Sepeninggalan Barmal, Jalal menghempaskan dirinya di kursi presdir sambil
mengacak-ngacak rambutnya, Jalal bergumam dalam hati :
'Setelah hati anaknya saya dapatkan , sekarang tinggal bapaknya yang
berulah huhhh (Jalal membuang nafas dari mulutnya)..aku tidak akan
menyerah..sampai kapanpun tidak akan pernah menceraikan Jodhaku'
Tiba-tiba HP Jalal berdering, panggilan dari nomor yang tidak dikenal
“Halo..iya betul saya Jalal..apa?..ibu Hameda kecelakaan?...di mana?..RS
Hasan Sadikin..oke..oke..saya kesana sekarang” Jalal segara menutup
telephonnya..dengan panik ia meraih kunci mobil.
***
Jalal duduk gelisah di depan ruang operasi..dia baru sadar klo Jodha
belum di hubungi
“Sayang ada apa?” tanya Jodha dari ujung tlp
“Sekarang pulanglah ke Bandung..aku membutuhkanmu”
“Oke..aku akan segera pulang..tapi katakan ada apa?” lama Jalal terdiam
sampai akhirnya berkata
“Ammijan kecelakaan” Jodha tidak kalah terpukulnya mendapat kabar buruk
ini..wanita yang telah menolongnya di tengah malam.. saat tidak ada seorang pun
yang peduli padanya..wanita yang terus mensuport agar dia tetap bertahan di
masa sulit pernikahannya.
***
Malam hari Jodha baru sampai ke Bandung, langsung menuju rumah sakit
didapatinya Jalal yang sedang menunggui ammijannya di ruang ICU sambil tilawah
Al Qur'an.
Setelah melapisi diri dengan baju hijau..perlahan Jodha mendekati Jalal,
meraih punggung suaminya
“Assalam'alaikum” mendengar suara yang begitu dikenalnya, Jalal segera
menutup Al Qur'an
“Wa'alaikumsalam sayang” Jalal segera merengkuh Jodha kedalam pelukannya
“Ammijan belum sadar juga..beliau koma” terdengar nada frustasi dari
kata-kata Jalal, Jodha melepaskan pelukan Jalal, perlahan dia duduk di samping
ammijan..menggenggam tangan ammijan dan mengajaknya bicara
“Ammi..menantumu telah datang sayang, ayo bangun aku ingin bercerita
banyak padamu” Jodha mulai bercerita tentang kuliahnya di Jepang tentang
keluarga tante Firna..tentang pertemuannya dengan Jalal, berharap ammijan
segera menggerakan jemarinya..namun usahanya sia-sia..tubuh ammijan tidak
memberi respon
“Kita serahkan semuanya pada Alloh sayang..Dia tau apa yang terbaik
untuk hambanya” Jalal terlihat pasrah..Jodha mengangguk mengiyakan
“Aa..sudah makan?” Jalal menggelengkan kepalanya
“Suamiku kau harus makan”
“Aa..tidak lapar Jo..kamu sudah makan?” Jodha terdiam menandakan klo
sebenarnya diapun belum makan
“Mm..aku ambil wudhu dulu a..belum shalat Isa” Jodha segera keluar
mencari mushola.
Saat Jodha kembali dia melihat Jalal sedang menerima telephon di luar
ruang ICU dengan posisi membelakanginya..terdengar nada suara Jalal sedikit
berteriak
“Sudah saya katakan..saya tidak akan menceraikan Jodha..sialahkan ambil
semua yang saya miliki..saya tidak takut!” Jalal segera menutup
telephonnya..dan saat berbalik Jodha telah derdiri di belakangnya..membuat
Jalal kaget
“Ada apa a? siapa yang nelepon?” Jalal tergagap
“Bukan siapa-siapa Jo..hanya orang iseng” Jalal berusaha menghindari
tatapan mata Jodha
“A..kau tidak ingin berbagi dengan istrimu hmm?..lihat aku a..jujurlah,
apa yang sedang terjadi?”
Jalal terdiam..mencoba menimbang apakah yang sebaiknya ia lakukan.
* * *
* * * * * * * * * * * * * *