Tiba-tiba
Jodha terbangun, ketika di rasakannya, ada tangan kekar yg mulai memeluk
dirinya. Udara memang sangat dingin saat itu, karna di luar hujan sangat deras
sekali. “Dia pasti akan sangat kedinginan sekali.” Bathin Jalal. Kedua tangan
kekarnya telah melingkar di pinggang Jodha yg tertidur membelakanginya. Jodha
tau itu, tapi ia tetap ingin berada dlm dekapan Jalal seperti itu.
* * *
* *
Keesokan
paginya, tampak mentari masih malu-mulu untuk menampakkan dirinya.
Burung-burung yang berkicau seakan menambah keramaian di pagi buta seperti ini
di temani dengan tetesan-tetesan embun yang sejuk di pagi itu. Tak di sangka,
malam telah berlalu begitu cepat. Jalal dan Jodha masih tertidur nyenyak di
kamar mereka. Sepasang tangan kekar Jalal masih melingkar di pinggang Jodha,
sementara tubuh Jodha tertidur menghadap Jalal. Sintar mentari pagi nampaknya
enggan bersahabat dengan suasana romantis mereka itu. Jalal terbangun dan
mengerjapkan matanya berulang kali untuk mengumpulkan memori ingatannya yang
sudah tercecer akibat hujan deras semalam. Jalal melihat dihadapannya, tampak
Jodha masih tertidur sangat lelap sekali. Ia memegang kuat kurta Jalal. Bahkan
dalam tidur sekalipun, Jodha tidak melepaskan genggamannya pada kurta Jalal.
“Kenapa
dia belum bangun juga? Dia pasti sangat kelelahan karna perjalan panjang
semalam. Kalau saja aku bangkit, maka ia akan terbangun. Lalu...” Jalal mencoba
berpikir sejenak dan mendapatkan suatu ide yang menurutnya cemerlang. Perlahan
kepala Jalal mulai mendekat ke arah bibir Jodha dan memiringkan kepalanya
sedikit. Sebelum menyentuh bibir mungil itu, Jodha terbangun dan mendorong dada
Jalal.
“Hah, apa
yang ingin kau lakukan padaku? Kau ingin mencuri kesempatan untuk dapat
menyentuhku kan?” tanya Jodha kesal.
“Kenapa
memangnya? Lagi pula sekarang ini kau adalah istriku. Jadi, kenapa aku tidak
boleh mencium istriku?” Jalal balik bertanya. Jodha semakin kesal dan bangkit
dari tidurnya. “Aku tau kita sudah menikah. Tapi pernikahan ini hanya untuk
urusan politik antara dua kerajaan. Kau menikahiku karna menginginkan Amer. Dan
sekarang kau sudah dapatkan itu. Tapi aku hanya meminta satu permintaan saja
padamu....” Jodha berbalik dan menatap Jalal penuh harap. “Tolong... Jangan
meminta hakmu sebagai seorang suami, jika aku tidak menginginkannya.
Maksudku... Kau jangan menyentuhku sebelum mendapat persetujuaan dari ku.”
Jalal
bangkit dan menghampiri Jodha. Matanya terlihat sayu dengan harapan padanya. Ia
hanya sebatang kara tinggal di Agra. Mata itu... Membuat Jalal tidak kuasa
untuk berkata apapun selain setuju. Jalal mengangguk dan berkata. “Aku tidak
akan pernah menyentuhmu jika tidak mendapatkan izin darimu. Tapi aku tidak bisa
berjanji akan hal itu. Kalaupun suatu saat aku menyentuhmu, aku tdk akan pernah
berdosa karnanya. Dan kau perlu tau satu hal Jodha. Di harem, aku mempunyai
ratusan ratu lebih yg siap bermalam denganku. Sebaiknya, kau tidak usah
bermimpi kalau aku akan terpikat olehmu.” Jalalpun keluar dari kamarnya &
mulai bergegas untuk melanjutkan perjalanan panjang mereka.
* * *
* *
Di dalam
tandunya, tampak Jodha yg melihat keluar pandu tanpa bayangan. Entah apa yg
sedang ia lihat & perhatikan. Matanya tampak kosong & tenang.
Pikirannya melayang jauh mengingat kedua Bhaisanya. Ia merindukan mereka
berdua, yg selalu ada untuknya. Menghibur di setiap kesedihan menghampirinya.
Memberikan semangat hidup yang luar biasa untuknya. Tapi saat ini mereka sudah
lenyap dari kehidupannya. Hanya ada satu harapan besar yg bisa merubah takdir
hidupnya. Yaitu Jalal bisa mencintainya. Dan begitupun sebaliknya.
Diam-diam
Jalal mencuri pandang pd Jodha yg berada di atas tandu. Gadis itu memang tampak
sempurna segalanya. Tapi kepalanya tak pernah tertandingi dgn kerasnya batu
sekalipun. Matanya memandang jauh ke arah langit yg tiada berujung.
Memperhatikan burung-burung yg terbang dari sarangnya, & berkicau di atas
dahan pohon kering. Menyanyikan sebuah lantunan melody indah yg membuat hatinya
terasa sedikit lebih nyaman dari sebelumnya.
“Aku tdk
tau apa yg menyebabkannya berubah setenang itu. Ia hanya terdiam sepanjang perjalanan.
Patung dewa Krishna yg selalu di dekapnya, seakan membawa ketentraman hati
baginya.” Bathin Jalal heran. Matanya terus tertuju pd sosok gadis yg berada di
atas tandu itu.
“Ketika
matahari mulai muncul. Semua mahkluk bersorak kegirangan menyambutnya. Ketika
mlm mulai tiba, maka bintang & bulan yg akan menggantikan cahayanya. Tapi
bagaimana dgn kehidupanku selanjutnya? Mlm akan tetap terlihat gelap menurut
pandanganku. Bintang & bulan tdk ada lg di sampingku. Sekarang, aku hanya
ibarat mentari pagi yg harus sendirian setiap hari. Mengeluarkan cahayanya
sendiri tanpa ada teman di sekelilingnya.” Bathin Jodha juga. Matanya tak lepas
dari langit biru di atas sana. Mereka seolah ikut bergerak mengikuti tandu
Jodha berjalan.
* * *
* *
Setelah
menempuh waktu 2 hari dua mlm. Sampailah mereka di Istana Agra. Para rakyak
Mughal sudah tdk sabar lg menanti ratu baru mereka. Tepian jalan menuju gerbang
Istana di penuhi oleh masyarakat yg hendak melihat bagaimana rupa ratu baru
mereka. Berita tentang menikahnya raja Mughal dgn tuan putri dari Amer, memang
sudah sangat familiar di kalangan penduduk sejak 1 hari setelah pernikahan
mereka.
~~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~~