By
Seni Hayati
“Luangkanlah
dalam sehari minimal 20 detik untuk memeluk orang-orang terdekat anda, karena
pada detik ke 10 ada transfer chemistry yang mengalir diantara keduanya, dan
subhanalloh itu akan menjadi sumber energi anda dalam menjalani hidup sepanjang
hari” (Ridwan Kamil)
Hari semakin senja dengan warna langit kuning menyala
seolah turut merayakan dua hamba yang sedang saling jatuh cinta. Jalal
menggenggam jemari Jodha ada energi listrik yang mengalir diantara keduanya,
ibu jari Jalal mengelus tiap ruas punggung jari-jari Jodha memberikan rasa aman
dengan sensasi kelembutan.
“Mm.. A sudah mau maghrib aku harus pulang” ucap Jodha
sambil merenggangkan tubuhnya keluar dari pelukan Jalal, dan berhasil membuat
Jalal mendesah kecewa
“Pulang?..sekarang? tidak bisakah tinggal di Hotel
bersamaku?” Jalal bertanya berharap mendapat jawaban yang lain,,ada tatapan
permohonan dalam sorot matanya yang sayu. Jodha terlihat bimbang, Jalal
menyakinkannya lagi, “Tinggallah bersamaku.. aku tidak ingin kamu pergi, ku
mohon.. ya.. ya... yah??”
“Kenapa kamu ingin aku tinggal bersamamu?” tanya Jodha
pura-pura bego dengan senyum iseng seperti ingin mengerjai suaminya.
“Karena aku sangat merindukan mu Jodha... PUAS.. hemm?”
“Hanya itu?” cecar Jodha, bibirnya tak kuat menahan
senyum
“Aku ingin kita melanjutkan bulan madu kita yang
tertunada.. dan memastikan aku memilikumu seutuhnya!” entah mengapa Jodha
mengartikannya seperti sebuah ajakan untuk tidur bersama, dan asli membuat
Jodha merinding dan sedikit gugup.. namun Jodha berusaha menutupi kegugupannya
sambil kembali berkata
“Wow posesif sekali.. mm.. tapi A.. aku ga enak sama
tante Firna”
“Tante Firna??”
“Iya tante Firna, beliau WNI temannya ammijan, aku
tinggal di rumah beliau.. aa mengenalnya?”
“Tante Firna? (Jalal terlihat mengerutkan dahinya mencoba
berfikir).. o.. iya.. aku ingat, mamanya Hafiz, kan?”
(sewaktu kecil Hafiz dan Jalal bersahabat, rumah mereka
berdekatan, menginjak SMP keluarga Hafiz pindah ke Jepang, karena ayah Hafiz diterima
bekerja sebagai dosen di kampus tempat Jodha sekarang kuliah).
“Iya.. mamanya mas Hafiz”
“Kamu tinggal serumah dengan Hafiz hemm?” tanya Jalal
penuh selidik.. ada nada kecemburuan dalam suaranya
“Mas Hafiz.. hanya week end saja pulang ke rumahnya..
kita jarang berinteraksi.. mm paling saat makan bersama.. tapi dia orangnya
baik, sering membawakanku buku-buku”
“Kamu menerimanya?”
“Aku ga enak nolaknya.. nanti dikira ga mensyukuri rizki”
“Oh.. jadi klo dia menyatakan cintanya padamu.. kamu juga
tidak enak untuk menolaknya, gitu?” ucap Jalal sinis. Jodha merasa sakit dituduh seperti itu oleh
laki-laki yang baru saja menyatakan cintanya, dia terlihat kecewa, menggeser
duduknya menjauhi Jalal, tatapannya menjadi sengit
“Apa aku tampak seperti wanita murahan yang mudah
menerima cinta setiap laki-laki?!..apa kamu belum juga faham wanita seperti apa
aku ini?!..klo seperti ini aku jadi menyesal menerima cintamu” Jodha terlihat
marah. Jalal terkesiap, menyadari kecemburuannya yang berlebihan telah membuat
Jodha kembali marah, tiba-tiba Jalal ketakutan..takut Jodha akan menjauh lagi
dari kehidupannya.
“Jo..ma'afkan aku..aku tidak bermaksud menyinggungmu, aku
tau kamu bukan wanita seperti itu..aku tidak mau kehilanganmu lagi” Jalal
merajuk. Namun Jodha masih marah, dia tetap cemberut dengan muka yang ditekuk.
Merasa frustasi Jalal memeluk Jodha dari samping, tangannya mengunci tubuh
Jodha dengan dagu mengait di bahu
“A..lepasin..malu dilihat orang!!!”
“Tidak akan..sampai kamu mau mema'afkan suamimu yang
bodoh ini!” nada suara Jalal dikit mengancam. Merasa malu diperhatikan beberapa
orang yang melewati mereka, akhirnya Jodha luluh juga
“Baiklah..aku ma'afkan, tapi jangan diulani lagi, janji?”
raut muka Jodha sudah mulai melunak
“Oke..aku janji..tapi jangan bilang menyesal menerima
cintaku lagi ya..kata-kata itu meracuni aliran darahku...membayangkannya saja
membuat aku pobi”
“Oke...itu kesepakatan kita” jari kelingking mereka
saling mengait tandanya telah berdamai. Merekapun kini tertawa bersama seolah
tidak terjadi pertengkaran sebelumnya
“MM..boleh nanya satu lagi ga?” tanya Jalal dengan
tatapan mata jenaka
“Ya..boleh”
“Hafiz..tau klo kamu udah nikah?” Jodha mengangkat
bahunya, di memutar bola matanya
“Mau melanggar lagi janjimu..ko mancing-mancing lagi,
memangnya ga ada topik pembicaraan lain hemm?” Jalal nyengir kuda
“Aku cuma pengin tau saja..bukan mau mancing”
“Baiklah..aku sendiri tidak tidak lebih tau
darimu...kalaupun kami sempet ngobrol, kami tidak pernah membicarakan masalah
pribadi, klo tante Firna dia tau dari ammijan”
“Sebentar..sebentar..aku baru ngeh..jadi ammijan tau kamu
di Jepang?” Jalal menatap tajam pada Jodha dengan penuh curiga, Jodha gugup..
“Mm..mm..iya..ammijan yang punya ide ini, belau yang
mengurus beasisiwaku, dan mengatur tempat tinggalku di sini” jawab Jodha sambil
nyengir menutupi rasa bersalahnya
“APA?? jadi kalian bekerjasasama dalam konsfirasi ini
hemm?” Jalal melotot ketika menyadari dirinya menjadi korban persekongkolan ibu
dan istrinya.
“Kami melakukannya semata-mata hanya untuk
kebaikanmu..aku cuma ingin mengetahui perasaanmu yang sebenarnya..dan ammijan
dia ingin kamu bisa berubah menjadi lebih baik”
Jodha nampak serius memberi penjelasan pada Jalal, duduk miring
menghadap Jalal.
“Aku tau itu..dan untuk penderitaan yang ku
alami..sepertinya kamu harus menerima hukumannya” Jalal tersenyum licik
“Apa..kau mau menghukumku?” Jodha mengerutkan kedua alis
matanya
“Ya..jenis hukumannya akan saya fikirkan terlebih nanti”
tatapan Jalal berubah seperti tatapan ealng yang akan mencengkram mangsanya
“Ow..aku takut..kenapa ikhwan gantengku jadi sosok
pendendam seperti ini” ucap Jodha dengan nada meledek, seolah tak yakin Jalal
akan memberi hukuman padanya.
“Oh..jadi kamu tak percaya nona manis..aku sungguh akan
menghukummu”
Hari sudah mulai gelap..mereka mulai menyadari klo dari
tadi mereka belum beranjak dari bawah pohon sakura itu, sibuk dengan pedebatan
yang sebenarnya tidak perlu.
“Wah gawat..tante Firna bisa khawatir, klo aku tidak
segera pulang..aku keluar rumah dari habis dzuhur” Jodha terlihat panik
mengemasi buku dan tempat minumnya, berdiri beranjak meninggalkan Jalal.
“Hai Jodha..tunggu..jangan tinggalkan aku!” teriak Jalal
sambil mempercepat jalannya. Jodha tiba-tiba menghentikan langkah dan
membalikan badannya sehingga tubrukan
dengan Jalal tidak bisa dielakan lagi.
“Awwww..”Jodha berteiak kesakitan, karena kepalanya
terbentur pada kepala Jalal yang tak sempat mengerem langkahnya, Jodha
terhuyung kebelakang karena kehilangan keseimbangan, untung tangan Jalal dengan
sigap menangkap pinggang Jodha. Tangan Jodha menempel di dada Jalal menahan
agar badannya tidak terlalu rapat dengan Jalal.
“Kenapa kamu mengikuti?!” Jodha bertanya dengan nada
keberatan
“Ya..tentu saja Jodha, aku akan mengikutimu kemanapun
kamu pergi..sudah kubilang aku tidak akan membiarkanmu meninggalkanku lagi!”
Jodha merasa kesal ia memutar bola matanya..
“Ya..Alloh suamiku..aku merasa tidak enak pada tante
Firna..klo tiba-tiba aku tidak pulang dan menginap di hotel bersama seorang
laki-laki..aku harus menjaga etika dan tatakrama tentunya!..dan sekarang kamu
kembali ke hotel dan aku pulang ke rumah tante Firna!”
“Oh.. Jodha.. apa kau akan membuatku terjaga semalaman
memikirkanmu hemm?”
“Jadi apa maumu?”
“Aku akan ikut bersamamu ke rumah tante Firna!”
“Huh.. (Jodha menghembuskan napas dari mulutnya dengan
cepat).. baiklah”
Jalal tersenyum lega penuh kemenangan, akhirnya mereka
berjalan berdampingan keluar dari taman sakura Ueno Park menuji stasiun Ueno.. senyuman
tak henti-hentinya terukir dari bibir ci aa Jalal, perlahan dan dengan cuek
jemarinya menggenggam jemari Jodha, transfer chemisty terasa mengalir lewat
sentuhan jemari keduanya menghantarkan sengatan-sengatan listrik yang pelahan
merambat menyusuri aliran darah keduanya.
* * *
* * * * * * * * *