Versi
asli Bag. 52 - 55
By:
Viona Fitri
“Shivani...
Jiji akan memanggil Bhaijan dulu untuk sarapan bersama.” kata Jodha yang
kemudian berlalu dari ruang makan.
* * *
* *
Jodha
membuka pintu kamar mandi dan melihat Jalal yang sedang tertidur pulas di
bangku samping mesin cuci. Padahal mesin cuci nya sudah mati sejak tadi.
“Dia
benar-benar tidak pernah bisa diandalkan. Baru di suruh mencuci saja sudah
begini, apalagi menjaga anak-anak nanti.” Guman Jodha dalam hati. Jodha
mengambil selimut tebal itu dari mesin pengering dan pergi untuk menjemur nya.
Setelah itu Jodha kembali lagi dan menatap Jalal yang masih tetap terlelap
dalam tidur nya.
“Jalal...”
Jodha mengguncang bahu Jalal dengan kuat. Perlahan Jalal membuka mata nya dan
melihat Jodha yang tengah berdiri dengan wajah garang nya menatap diri nya. “Ada
apa Jodha?” tanya Jalal heran.
“Kenapa
kau malah tidur di sini Jalal? Aku telah menyuruh mu untuk mencuci selimut.
Kenapa jadi malah tidur? Tak bisakah kau mengerjakan tugas mu dengan baik?”
“Iya
maafkan aku. Tapi, ku kira cucian ku sudah selesai. Sebentar aku akan
mengambilnya.” Jalal berjalan menuju ke mesin pengering dan tersenyum pada
Jodha dengan bangga nya. “Kalau setelah ini pekerjaan ku selelai, aku kembali
mendapat jatah malam kan?” Jalal tersenyum lalu membuka mesin pengering yang
sudah kosong. Jalal terbelalak mengetahui mesin pengering itu kini sudah bersih
sama sekali. Sementara Jodha malah tersenyum memperhatikan tampang innocent
suami nya yang tampak bingung.
“Kemana
selimut nya? Jodha... Tadi aku benar-benar sudah mencuci nya. Tapi... Kemana
pergi selimut itu?”
“Sudahlah,
kau tidak perlu memikirkan hal itu lagi. Sekarang sebaiknya kita sarapan dulu.
Shivani sudah menunggu kita di ruang makan.” kata Jodha menahan tawa nya. Jalal
hanya mengangguk lalu turut serta menuju ruang makan.
* * * * *
“Bhaijan...
Jiji... Makanan ini enak sekali. Aku sudah kenyang sekarang. Owh ya, nanti aku
akan kembali lagi lagi ke Delhi.” kata Shivani sambil meletakkan minum nya.
“Biar
Bhaijan yang akan mengantar mu ya?” kata Jalal memberikan penawaran pada adik
ipar nya itu. “Tidak usah Bhaijan. Nanti Jiji ku akan merasa kesepian. Aku
sudah menelepon seseorang untuk menjemput ku.”
“Tapi,
Jiji sangat khawatir pada mu. Lebih baik kau diantar Bhaijan saja.” kata Jodha
protes dengan keputusan Shivani.
“Tidak
perlu mengkhawatirkan ku Jiji. Aku akan baik-baik saja. Nanti aku akan
mengenalkan Jiji pada orang itu.” kata Shivani dengan riang nya dan tersenyum
senyum sendiri.
“Seperti
nya adik mu yang manis itu sedang jatuh cinta Jodha?” kata Jalal melirik ke
arah Jodha dan tersenyum melihat tingkah Shivani.
“Bhaijan,
Jiji aku akan mengenalkan kalian pada Mirza. Dia itu adiknya kak Surya. Kekasih
Jiji dulu.” kata Shivani menggoda Jodha. Jalal tersedak begitu mendengar kata
Surya tadi. Jodha memberikan segelas air minum pada Jalal.
“Kenapa
bicara seperti itu Shivani? Tidak baik.” Jodha menegur Shivani yang langsung
terdiam dengan teguran Jiji nya itu.
“Kau tidak
apa-apa Jalal?” tanya Jodha yang hanya di balas senyum hambar dari Jalal. “Bhaijan...
Aku tidak sengaja. Tapi Mirza memang benar adik nya kak Surya. Dia adalah
lelaki yang baik. Masa juga telah memberi ku izin untuk menjalin hubungan
dengan nya. Surya Bhaisa mengundang ku dan Mirza hadir dalam pesta pernikahan
nya Besok.” kata Shivani lembut. Dia hanya tertunduk dalam setiap ucapan nya.
“Owh
untung saja kau mengingatkan kami Shivani. Hampir saja Bhaijan lupa akan hal
itu. Bhaijan dan Jiji juga akan hadir di pesta itu.” kata Jalal dengan senyum
nya. Namun, nada suara nya terkesan getir bagi Jodha. Mungkin Jalal merasa
cemburu pada Surya.
* * * * *
'Tok...
Tok... Tok'
Shivani
menuju ruang tamu dan membuka pintu utama. Terlihat dengan jelas oleh nya, sosok
Mirza sudah berdiri di hadapan nya dan semburat merah merona di wajah Shivani
membuat Mirza hanya tersenyum saja. Shivani mempersilahkan Mirza masuk.
Sementara
di ruang makan. Jodha dan Jalal terlihat sangat hening. Jodha tau, Jalal
mungkin sedang marah pada nya. “Jalal... Apa kau cemburu pada Surya?” tanya
Jodha lembut. Jalal hanya terdiam tanpa kata saja. “Jalal... Shivani masih
anak-anak maafkan dia, kalau dia sudah berbicara seperti tadi. Shivani tidak
bermaksud menyinggung mu.”
“Aku tidak
merasa tersinggung. Aku juga tidak cemburu. Kau sekarang sudah menikah dengan
ku dan menjadi milik ku. Jadi untuk apa aku cemburu pada nya. Dia sebentar lagi
juga akan menikah dengan Ruqayah.” kata Jalal santai.
Jodha
tersenyum. Ia mendekat ke arah suami nya, kemudian sedikit menarik kepala
Jalal, dan mengecup bibir nya perlahan. Jalal membalas nya dengan gairah yg
sama. Mereka saling melumat satu sama lain. Jalal memasuki mulut nya lebih dlm
lagi dan merasakan kehangatan baru disana. Semua nya terasa lenyap segala
perasaan amarah & cemburu nya pada Surya. Yang ada hanya kenikmatan yg
saling merasuki satu sama lain.
Suasana
menjadi panas kembali. Lidah mereka saling bertautan satu sama lain. Jodha
merasa kehabisan nafas dan melepaskan ciuman nya. Mereka duduk di kursi
masing-masing sambil menghirup oksigen yang sebanyak banyak nya. “Kau liar
sekali Jodha? Kau bilang tidak mau memberi ku Jatah selama lama nya. Tapi kau
malah yang memulai nya.” Jalal tersenyum sambil menatap nakal ke arah Jodha. “Kalau
kau tidak di rayu dulu. Kau tidak akan memaafkan ku kan?” jawab Jodha santai.
Shivani
datang menghampiri Bhaijan dan Jiji nya yang sedang berada di ruang makan. “Jiji,
Bhaijan... Mirza sudah datang. Aku akan mengenalkan nya pada kalian.” Shivani
menarik lengan Bhaijan dan Jiji nya menuju ruang tamu.
Jodha
tersenyum mengawali pertemuan nya pada Mirza, yang membuat adik bungsu nya itu
bergetar hati begitu mengenal sosok pemuda itu. Mirza juga tersenyum menatap
Jodha dan Jalal bergantian.
“Selamat
datang Mirza.” kata Jodha ramah. “Kau adik nya Surya? Kalian sangat mirip
sekali. Kau sama tampan nya dengan Bhaijan mu.” timpal Jalal.
“Anda bisa
saja tuan. Anda juga tampan. Istri anda juga sangat cantik.” kata Mirza memuji.
Mendengar itu, Shivani terlihat cemberut melipat wajah nya kesal. Jodha
mengetahui itu dan berkata “Seperti nya adik ku cemburu pada Jiji nya ini.”
kata Jodha menggoda Shivani. “Tidak. Aku tidak cemburu.” Sahut Shivani singkat.
“Maksud
ku, kalian sama-sama cantik sekali. Shivani juga cantik.” Mirza berkata sambil
tersenyum ke arah Shivani. “Mirza, sudah berapa lama kalian saling mengenal?”
tanya Jalal yang ikutan nimbrung pembicaraan mereka.
“Sudah
hampir dua tahun ini. Aku mengenal nya sejak kami kuliai semester pertama. Dia
adalah gadis yang baik dan sangat polos. Aku menyukai gadis seperti nya.”
“Lalu
kapan kalian akan menikah?” tanya Jalal yang langsung membuat mata Shivani
membulat besar. “Apa yang Bhaijan katakan tadi? Kami baru saling mengenal.”
kata Shivani memberi penjelasan. “Bhaijan dan Jiji mu juga belum saling
mengenal saat menikah. Lalu lama-lama Jiji mu mencintai Bhaijan juga. Dia malah
sampai setiap saat merindukan Bhaijan.”
“Tidak itu
tidak benar. Jiji tidak selalu merindukan nya. Jangan percaya pada perkataan
nya, Shivani....” kata Jodha menimpali.
“Iya itu
benar Bhaijan. Jiji ku pasti selalu merindukan mu terus setiap malam. Bagaimana
tidak rindu, kalau mempunyai suami setampan Bhaijan? Benarkan Jiji?”
“Hah
terserah pada mu saja. Kau lebih percaya pada Jiji mu sendiri atau Bhaijan mu
itu?” kata Jodha sewot.
“Menurut
ku, tuan Jalal lah yang selalu merindukan istri nya. Bagaimana dia bisa
bertahan seharian tanpa melihat seorang bidadari yang di utus untuk nya.” kata
Mirza sambil tersenyum hangat pada Jalal.
“Kau
pintar sekali Mirza. Dialah yang selalu merindukan ku. Aku tidak masalah tidur
sendirian. Tapi dia yang tidak bisa tidur tanpa ada aku disamping nya.” tambah
Jodha.
“Sudahlah
Mirza, kita tidak perlu mengurusi rumah tangga Bhaijan dan Jiji ku. Lebih baik
sekarang kita segera berangkat ke Delhi.” kata Shivani sambil menarik lengan
Mirza.
“Kami
permisi dulu tuan.” Mirza menangkupkan kedua tangan nya di depan dada dan
menuju mobil silver nya yang terparkir di halaman rumah Jalal. Shivani
melambaikan tangan nya pada Bhaijan dan Jodha Jiji setelah berada dalam mobil.
Akhir nya, mobil itu pun menancap laju meninggalkan perkarangan rumah mereka
menuju jalanan-jalanan yang masih sangat sunyi di pagi hari seperti itu.
“Jodha...
Aku telah menyelesaikan tugas ku kan. Jadi malam ini aku dapat jatah lagi kan?”
tanya Jalal yang mengikuti Jodha ke kamar nya.
“Tidak...
Kau tidak benar-benar menyelesaikan tugas mu. Jadi tidak ada jatah untuk mu.”
kata Jodha sambil sibuk memilih milih gaun yang menurutnya bagus untuk ia
kenakan ke pesta pernikahan Surya besok.
Jalal
terlihat kecewa dan duduk menyender di kepala tempat tidur. Wajah nya terlihat
kusam & kusut sekali. Jodha melihat bayangan Jalal dari kaca lemari nya. “Jalal
benar-benar seperti anak kecil sekali. Aku harus membujuk nya lagi kalau sudah
begini.” bathin Jodha.
Jodha
menghampiri Jalal & duduk di samping nya. Jalal mengalihkan pandangan nya
dari Jodha. Seperti nya Jalal benar-benar marah pada nya. “Kau kenapa lagi
sayang? Apa kau marah lagi pada ku, heem?” tanya Jodha sambil mengusap lembut
wajah Jalal. Pandangan mereka saling bertemu satu sama lain. Tapi Jalal hanya
mencoba menghindar dari tatapan sayu istri nya.
“Aku tidak
pernah marah pada mu suami ku. Aku juga akan selalu melayani mu kapan pun kau
mau. Kau adalah suami ku, aku telah berjanji akan selalu mematuhi setia
perintah mu.” kata Jodha sambil mengalihkan mata Jalal agar menatap nya.
“Benarkah?
Apa itu berarti, aku bebas mendapat jatah malam ku setiap hari?” Jalal bertanya
dgn sumringah. Jodha mengangguk pasti lalu hendak beranjak ke lemari untuk
memilih gaun yg akan ia pakai ke acara pesta Surya. Jalal meraih tangan Jodha
& menahan nya.
“Ada apa
lagi sayang?” tanya Jodha selembut mungkin. “Apakah aku punya jatah pagi dan
siang juga?” Jalal balik bertanya. “Hemmz... Jatah mu kan hanya malam saja.”
“Bukankah
kau bilang harus menuruti perintah suami mu, hemm?”
“Iya itu
benar tapi tidak terus-terusan begini kan? Aku sudah lelah. Nanti malam saja
kita lanjutkan. Sekarang, kita harus memilih pakaian yang bagus untuk kita
pakai pada pesta Surya nanti. Ayo bangun, dan cari juga baju mu!” Jodha
mengulurkan tangan nya pada Jalal. Tapi Jalal malah menarik tangan Jodha dan
membuat tubuh Jodha terjatuh di atas tubuh Jalal.
“Kau
apa-apaan Jalal. Aku menyuruh mu untuk memilih pakaian kenapa....” ucapan Jodha
terhenti kala Jalal sudah mulai melumat lembut bibir Jodha. Mata Jodha terpejam
menahan kenikmatan tersendiri dalam diri nya. Jodha membalas ciuman hangat itu
dengan sama semangat nya.
Mereka
terlihat semakin saling menyerang satu sama lain. Kedua nya terlihat sangat
berperang secara besar-besaran. Jalal membalikkan tubuh Jodha, sehingga kini
posisi nya menjadi di atas Jodha. Peluh merembes dari rambut samping mereka dan
dahi nya. Baju mereka sudah teronggok tak berguna di lantai.
Jalal
kemudian memberikan kecupan-kecupan lembutnya pada sekitar tubuh Jodha. Tubuh
Jodha seakan telah habis di lahap seekor singa lapar. Jodha merasakan
kehangatan yang mengaliri setiap persendian nya begitu merasakan hubungan
mereka sepenuh nya. Mereka akan segera mencapai pada puncak nya, Jodha kemudian
menarik selimut dan menutupi seluruh tubuh mereka berdua yang tengah
bercengkrama hebat di balik selimut tebal yang baru saja di ambil nya di
lemari.
Mereka
merasa sangat lelah sekali dan tidur saling memeluk satu sama lain. Tak sehelai
benang pun yang melekat pada tubuh mereka. Tapi mereka hanya merasakan
kehangatan dari setiap sentuhan mereka.
* * * * *
“Jalal
seperti nya aku harus pergi meninggalkan mu. Aku mencintai Surya. Aku tidak
bisa menghilangkan rasa ku sepenuh nya pada Surya. Kau telah menjadi suami ku,
tapi aku benar-benar tidak bisa mencintai mu. Seperti aku mencintai Surya.”
kata Jodha dengan mata berkaca kaca. Jalal tau, sebentar lagi air mata yang di
bendung Jodha, akan mengalir juga pada akhir nya. Jalal tidak bisa melihat air
mata nya. Tapi ia juga tidak bisa melepaskan Jodha pada Surya.
Jodha
berlari ke arah Surya dan memeluk nya erat. Dia menumpahkan segala kesedihan
nya disana. Air mata tak henti-henti nya mengalir membanjiri pipi nya. Mata nya
sudah sembab karna air mata itu. Sosok lelaki yang memeluk Jodha, berusaha menenangkan
nya dan mencium pucuk kepala Jodha dengan lembut. Memberi ketenangan pada gadis
yang ada dalam pelukan nya itu.
“Jodha...
Tapi kita sudah menikah. Mengertilah Jodha, aku sangat mencintai mu. Aku tidak
bisa hidup tanpa diri mu. Aku mohon kembalilah pada ku Jodha. Kau pasti bisa
belajar untuk mencintai ku.” Kata Jalal dengan Lirih setelah berada dekat
dengan Surya dan Jodha.
Jalal
hendak menarik tubuh Jodha dari Surya. Tapi Surya berusaha mempertahan kan nya
dalam dekapan nya. “Kau tidak bisa memaksa nya Jalal. Dia hanya mencintai ku.
Banyak kenangan indah kami dulu yang tidak pernah bisa kami lupakan. Hari-hari
kami selalu melewati nya dengan bergandeng tangan. Tapi sekarang, Jodha tidak
bisa mempertahankan rumah tangga nya dengan mu lagi. Dia ingin hidup bersama
ku. Jadi, kalau kau benar-benar mencintai nya, ikhlaskanlah Jodha bersama ku.
Aku juga mencintai nya. Aku tidak mungkin membuat nya terluka seperti mu.”
Surya berkata dgn tegas dan membawa Jodha menjauh dari Jalal. Jodha terus
mengikuti langkah Surya, tanpa sedikitpun berbalik menatap Jalal.
“Jodha...
Kembalilah pada ku. Jangan kau mau ikut bersama pria itu. Kau telah berjanji
akan selalu setia pada ku. Kau akan selalu berada di samping ku selama nya.
Surya... Kembalikan istri ku....” kata Jalal terisak. Ia tidak perduli dengan
air mata nya yang terus mengalir. Yang dia inginkan, hanya Jodha nya. Dia ingin
Jodha kembali lagi pada nya.
* * * * *
“TIIDAAK...
Jodha...” teriak Jalal yg langsung terbangun dari tidur nya. Jodha yg tadi nya tertidur
pulas di samping Jalal juga ikut terbangun karna nya. Jodha melihat, pipi suami
nya yg basah, mata nya yg sembab dan air mata yg masih tergenang di kelopak
mata nya.
“Ada apa
Jalal? Apa kau baru saja bermimpi buruk?” tanya Jodha sambil memgusap air mata
di pipi Jalal. Jodha mencium mata Jalal dengan lembut. Mencoba memberi sedikit
ketenangan pd suami nya. Jalal masih tanpa reaksi apa pun pd Jodha. Ia masih
terbayang oleh mimpi buruk nya tadi. Jodha menarik Jalal dlm pelukan nya.
Mencoba menyalurkan kehangatan pd Jalal yg masih tetap terdiam sejak tadi. “Jalal...
Kau kenapa sayang...? Apa yg terjadi pada mu. Aku selalu berada disisi mu. Kau
membuatku sangat takut sekali.” Jodha semakin mendekap Jalal lebih dlm pada
dekapan nya. Tanpa di sadari, air mata Jodha juga ikut terjatuh bersama nya.
Jalal
mendongak menatap Jodha yang menangis mendekap nya. Ternyata, itu hanya mimpi
buruk nya lagi. Kenapa mimpi itu selalu saja hadir dalam tidur nya. Wajah Surya
benar-benar membuat nya harus menangis seperti ini. Jodha tidak akan pergi
kemana pun. Dia telah berjanji tentang hal itu pada Jalal. Dan Jodha juga
sangat memegang teguh janji nya. “Kau kenapa menangis sayang?” tanya Jalal yang
kini mulai membuka suara nya. “Jalal... Kenapa kau selalu saja membuat ku khawatir
pada mu? Kau menangis dan mengigau dalam tidur mu? Apa sebenar nya yang terjadi
pada mu?” Jodha balik bertanya.
Jalal
merenggangkan pelukan nya dan memegan pipi Jodha. Air mata nya terlihat sangat
jelas sekali. Jalal mencoba menerawang jauh kedalam mata Jodha. Apakah wanita
di depan nya ini, istri nya atau bukan? Jodha membalas tatapan mata suami nya.
Ia melihat suatu beban yang tengah mendera nya. Kesedihan dimata nya
benar-benar membuat nya tak berdaya. “Kau masih bersama ku. Kau tidak akan
pernah meninggalkan ku. Tapi laki-laki itu, datang lagi dalam mimpi ku. Dia
ingin membawa mu pergi jauh dari ku.” Jalal mengusap air mata Jodha di pipi
nya. Jodha tau, pasti Surya lagi yang datang dalam mimpi Jalal. Entah kenapa
Surya selalu saja mengusik pikiran Jalal. Setiap kali bermimpi tentang Surya,
Jalal selalu saja terlihat sangat sedih sekali pada diri nya sendiri.
“Tidak ada
yang akan membawa ku pergi dari mu Jalal. Aku telah membuat janji pada mu dulu.
Apa yang selalu membuat mu takut seperti ini? Kau tidak perlu berpikir jauh
tentang hal yang tidak pasti, karna sampai kapanpun juga aku akan selalu
bersama mu. Selalu menemani hari-hari mu. Kau suami ku, jangan pernah berpikir
seorang istri akan meninggalkan suami mereka.” Jodha berkata dengan sangat lirih.
Jalal menatap manik mata nya yang penuh dengan kejujuran di sana.
Mata itu
seakan memberikan janji pada nya. Bahwa ia akan selalu berada di samping nya
sampai kapan pun itu. Tak ada sedikit pun keraguan yang terpancar di mata nya.
Hanya ada luka yang berada di pelupuk mata nya melihat kondisi Jalal yang
sangat mengkhawatirkan seperti ini. “Aku bahkan sudah mencoba melupakan wajah
Lelaki itu Jodha, tapi... Dia semakin melekat dalam pikiran ku. Aku benar-benar
tidak ingin mengalami mimpi buruk seperti itu lagi.”
“Kalau
begitu, kau jangan pernah menyimpan kecemburuan pada nya. Karna kau cemburu
pada Surya, justru dia akan selalu mengganggu dalam setiap tidur panjang mu.
Lebih sekarang kau istirahatlah dulu. Jangan memikirkan apa pun lagi. Aku
sangat mencintai mu.” Jodha membaringkan perlahan tubuh suami nya itu. Jodha
mencium kening Jalal lembut dan mengelus rambut ikal nya lembut. Suami nya
benar-benar tampak berbeda dalam tidur nya. Jalal seperti masih takut mimpi itu
akan benar-benar terjadi pada nya.
Jodha
mencium kening Jalal perlahan sambil berkata “Tidak akan pernah ada yang akan
memisahkan kita. Kau sudah terlalu dalam tinggal dalam hati ku. Aku bahkan
ragu, akan bisa hidup tanpa diri mu. Kau dan aku selama nya akan hidup bahagia.
Kita akan segera mempunyai anak-anak yang lucu suatu saat nanti. Aku
benar-benar tidak sabar menunggu kehamilan ku. Aku tidak sabar mengandung
mereka dalam rahim ku. Kau akan menjadi seorang ayah dan aku seorang ibu. Kita
harus sabar menunggu masa-masa itu Jalal.” Gumam Jodha pada diri nya. Ia
tersenyum memandangi wajah suami nya saat tertidur.
Jodha
mengambil baju nya yang teronggok di atas lantai dan menuju kamar mandi. Jodha
berendam di dalam Bathtub sambil memikirkan keadaan Jalal saat ini. Mereka
sudah menikah 6 bulan yang lalu, tapi sampai sekarang mereka belum juga
mendapatkan seorang anak. Padahal, setelah kehadiran anak-anak disisi mereka,
akan menghilangkan kesunyiaan di rumah besar yang hanya di huni oleh dua orang
saja. Anak-anak pasti akan membuat hari-hari mereka menjadi lebih cerah dan
berwarna lagi.
Jodha
telah selesai mandi dan menatap Jalal yang masih tertidur dengan pulas nya.
Jodha duduk di samping nya sambil mengelus rambut suami pelan. Jalal seperti
benar-benar sangat kelelahan karna aktivitas mereka tadi.
“Aku
sangat tdk sabar untuk segera mengandung. Aku ingin secepatnya kita dikaruniai
seorang anak. Aku sangat menantikan hal besar itu. Setelah kita punya anak
nanti, kita akan menjadi orang tua. Kau tdk boleh bersikap manja lagi seperti
ini. Aku harus membagi waktu antara anak dan suami. Itu pasti akan sangat
menyenangkan sekali kan?” Jodha mengecup dahi Jalal lama. Tiba-tiba saja Jalal
terbangun dari tidur nya. Ia merasakan kehangatan dari Jodha.
“Jodha...
Kau sudah sedang apa?” tanya Jalal pura-pura tdk tau. Jodha memasang tampang
kesal karna Jalal sudah terbangun dari tidur nya. “Tidak ada, tadi di kening mu
ada nyamuk, jadi aku ingin memukul nya. Tapi aku tdk jadi memukul nya, kalau
nanti kau terbangun.” kata Jodha sekena nya. Jalal hanya tersenyum mendengar
kata-kata Jodha yg berbohong pada nya.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~