By
Seni Hayati
“Hendaklah ada segolongan umat yang menyeru pada kebajikan dan
mencegah pada kemungkaran, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali
Imran : 104)
Orang-oarang beruntung yang menjadikan Alloh SWT sebagai standar
perbuatannya.
Jalal masih duduk terpaku di tepi ranjang, matanya nanar, cintanya telah
hilang, harapannya musnah, ada rasa yang teramat sakit ia rasakan, beberapa
kali tangannya menyapu wajah, menghapus butiran air mata yang memaksanya keluar,
rasa sesak yang menghimpit jiwa, hatinya bergumam
'Ini pantas kamu dapatkan Jalal, kau telah menyia-nyiakannya.. kini kau
merasakan sakit ketika dia meninggalkanmu.. nikmatilah rasa sakitmu' Jalal
mengutuk dirinya sendiri.
Jalal melihat sebuah kertas diatas meja kerjanya, dia segera bergegas
dan mebukanya, ternyata sebuah surat dari Jodha..
Bismillah..
A.. afwan aku tidak sempat mengucapkan selamat padamu, pasti
hari ini kamu sangat bahagia, iya kan? impianmu menjadi seorang presdir
akhirnya tercapai juga. Sekarang aku bebas tugas, sesuai perjanjian kita, aku
harus pergi setelah tujuanmu tercapai.. sebenarnya aku ingin sekali pamitan
denganmu, tapi kalau aku menemuimu dulu aku takut tidak bisa melawan kehendak
hatiku disini, berpisah dengan ammijan..dengan mu..adalah hal terberat yang
harus aku jalani, ammijan dia sudah seperti ibu bagiku..dan dirimu..pasti aku
akan merindukan segala keisenganmu.
Tapi apa mau di kata, setiap games harus berakhir.. aku memilih
mundur dengan teratur sebelum kau mendepakku duluan. Afwan, tanpa sengaja aku
mendengarkan percakapanmu di telephon
dengan teman wanitamu waktu itu, aku mendengarnya dengan jelas, kau akan
mencampakanku secepatnya setelah menjadi presdir, dan itu yang menyebabkan aku
menangis waktu itu.. Sekarang dirimu bebas a.. kamu bisa melanjutkan hidupmu
dengan nyonya Jalalmu itu.
Jujur aku sempat mengharapkanmu bisa mencintaiku karena Alloh..
mengatakan “Ana Uhibbuki Fillah, Jodha”..itu semua ternyata hanya sebatas angan
seorang Jodha. Biarkan aku mengejar
mimpiku, mencintai seseorang yang hidupnya bukan hanya untuk dirinya tapi hidup
untuk Robb-nya.
Jazakallah Khairan Katsiran
(Semoga Alloh membalasnya dengan yang lebih baik)
Wassalam
Jodha
Hati Jalal teras ngilu.. file-file di otaknya satu persatu menampakan
memori bersama Jodha,.. awal pertemuanya, pernikahannya, insiden obat kuat,
kenangannya di masjid kampus, saat
kepala Jodha terluka, saat Jodha menangis disepanjang jalan karenanya, saat
tidur bertiga bersama ammijan.. semuanya tergambar begitu jelas, kini air mata
Jalal tak terbendung lagi, mungkin saat ini dia telah menjadi laki-laki
tercengeng yang ada di muka bumi.
“Agghhhh..!” Jalal berteriak seolah ingin menghilangkan sesak yang
menghimpit jiwanya.
Ammijan yang mendengar teriakan itu segera menghampiri Jalal, “Nak... ada
apa sayang?”
Jalal tak menjawab, dia menyerahkan surat dari Jodha pada ammijan, sebenarnya
ammijan tidak tega juga melihat kondisi anaknya yang kacau.. tapi demi
kebaiakan Jalal dia harus bertahan pada rencananya semula.
Flashback
Saat di perjalalnan menuju kampus bersama Jodha, Hameeda yang merasa
janggal dengan hubungan mereka tak kuasa menahan rasa penasaran akhirnya
bertanya pada Jodha. Awalnya Jodha ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, namun
akhirnya dia jujur juga, “Siapa tau
ammijan bisa memberikan solusi,” fikirnya.
Ammijan sempat kaget mengetahui kalau pernikahan Jodha dan Jalal tidak
seperti pernikahan pada umumnya, sebagai seorang ibu tentu Hameeda kecewa,
namun nalurinya sebagai wanita yg melahirkan Jalal dia dapat mendeteksi kalau
di hati terdalam Jalal ada cinta yang besar untuk Jodha, diapun merencanakan
sebuah strategi agar Jalal benar-benar yakin dengan perasaannya, akhirnya
solusi sementara ammijan menyiapkan perjalanan beasiswa untuk Jodha.
Flashback end
* * *
Hameeda merngkuh Jalal kedalam pangkuannya, seberapapun dewasanya usia
seorang anak tetap saja akan selalu
merasa menjadi anak manja ketika bersama dengan ibunya tak terkecuali Jalal.
Hameeda angkat bicra, “Ammi sudah tau semuanya Jalal, sebelum pergi
Jodha mengatakan nya pada ammi.. bukankah ini yang kamu harapkan? Kamu
mendapatkan kursi presdir, dan kamu tidak perlu susah payah melepaskan diri
dari Jodha”
Mendengar ucapan Hameeda, Jalal semakin meringkukkan badannya seberi
bayi yang ada dirahim, kepalanya tetap di pangkuan ammijan, “Harusnya aku
bahagia, tapi ternyata tidak mmi.. aku tidak merasakan kebahagiaan itu..hatiku
merasa sakit mmi.. aku tidak ingin dia pergi mmi”. Mendengar pengakuan Jalal,
ada senyum tersembunyi di wajah ammijan
“Jalal apa itu berarti kamu mencintai Jodha?”
“Iya mi.. kini aku yakin.. aku mencintainya.. sangat mencintainya”
“Kalau kamu benar-benar mencintai Jodha,,tentu kamu tau lelaki seperti
apa yang Jodha harapkan untuk jadi pendamping hidupnya..tapi pesan ammi jangan
pernah berubah karena Jodha, berubahlah karena Alloh, itu akan lebih
menentramkan hatimu..serahkan semua pada-Nya, biarkan Alloh yang mengatur alur
hidupmua..sekarang istirahat sayang, ammi siapkan makan malam dulu”
Sepeninggalan Hameeda Jalal masih meringkuk di atas tempat tidur,
diraihnya boneka yang sering dipeluk Jodha..masih ada sisa wangi khas Jodha
yang menempel disana, paling tidak itu cukup menetralkan sedikit rasa rindunya,
Jalal memejamkan matanya menyesap wangi itu sambil memeluk boneka yang mewakili
diri Jodha.
* * *
Menjelang maghrib Hameeda kembali masuk ke kamar Jalal melihat kondidi
anaknya, ternyata Jalal masih dalam posisi yang sama ketika tadi ia
meninggalkannya, tatapan matanya kosong menerawang jauh.. sepertinya Jalal
memang telah kehilangan hidupnya.
“Sayang.. bersihkan dulu dirimu, Jodha tidak akan suka melihat dirimu
seperti ini nak”
“Kalau Jodha tidak suka melihatku begini.. kenapa dia harus pergi
meninggalkanku, mi?”
“Suatu saat nanti kamu pasti menemukan jawabannya nak.. sebentar lagi
adzan maghrib.. cobalah curhat pada Robb mu, Dia selalu punya solusi dari tiap
permaslahan makhluknya”
Jalal beranjak dari tempat tidur dengan langkah gontai menuju kamar
mandi.
* * *
Disebuah ruangan tepatnya disebuah kamar terlihat seorang gadis sedang
menatap layar HP nya sambil meliahat foto-foto kenangannya bersama seorang
laki-laki yang semapat mewarnai hari-hari dalam hidupnya, dia lah Jodha yang
kini sudah berada di negeri sakura tinggal di rumah salah seorang teman
Hameeda, lokasi rumahnya tidak terlalu jauh dari kampus tempatnya memperoleh
beasiswa.
Tangannya menyentuh wajah yang nampak dalam layar HP tersebut, sebuah
senyuman menghiasi wajah Jodha
“Sedang apa kamu di sana a, apakah kau merindukanku? aku sendiri tidak
tau apakah sepeninggalanku dirimu bahagia atau sedih” ada rasa rindu yang
diam-diam menyelusup masuk tanpa permisi ke hati Jodha.
“Ammi.. aku shalat maghrib di masjid dulu ya” Jalal pamitan pada
Hameeda. Dia melangkahkan kakinya menuju bangunan yang selalu memberi
ketenanagan pada siapapun yang mau mendekat padanya. Jalal mengenakan baju koko
putih dengan celana bahan berwarna hitam yang membuat penampilannya kini
berubah menjadi teduh jauh dari gaya slengean yang dulu selalu menjadi ciri
khasnya, sebelumnya Jalal amat sangat jarang menghampiri masjid ini paling kalau
hari raya idul fitri sama idul adha saja padahal jaraknya cuma selang beberapa
meter dari rumahnya, sambil menunggu adzan maghrib berkumandang Jalal
mengeluarkan Al-Qur'an kecil dari saku baju taqwanya, Al-Qur'an hadiah dari
Jodha beberapa waktu lalau ketika dia berhasil mengkhatamkan iqro nya.
Memegang mushaf kecil itu membuat Jalal tersenyum sendiri, teringat
kembali kenangannya bersama Jodha
Flashback
Saat itu seperti biasa setelah shalat dzuhur Jalal menunggu Jodha
diteras masjid kampus untuk sekedar mendengar tilawah yang dilantunkan Jodha,
setelah beberapa lama menunggu Jodhapun kelauar dari dalam tempat shalat akhwat
“A, sekarang giliranku yang mendengarkan kamu mengaji, kamukan udah
lurus IQRO.. aku sudah menyiapakan hadiah untukmu” ucap Jodha sambil memberikan
hadiah berupa Al Qur'an kecil.
“Aku yang ngaji.. serius sayang? gendang telingamu kuat mentolelir
suaraku, hemm?”
Jodha mengangguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum mendengar tutur
kata suaminya yang memang selalu berhasil membuatnya harus menari ujung-ujung
bibirnya membentuk senyuman.
“Kalau aa sering membacanya, lama-kelamaan juga akan lancar, masa kalah
sama aku yang mu'alaf..tenanglah nanti kalau ada yang salah aku betulkan”
“Jo.. kamu memang selalu mempunyai alasan yang membuatku menurut pada
kata-katamu, Jo” ucap Jalal sambil mengelus kepala istrinya yang dibalut
kerudung, kalau saja ini bukan tempat umum pasti dia sudah meminta hadiah satu
buah kecupan di pipi sebelum memulai tilawahnya.
Jalal mulai membaca denagn terbata-bata.. Jodha dengan telaten
meluruskan bacaan-bacaannya..
“Aa.. yang ini harus di baca panjang, karena ada huruf alif mati setelah
tanda baca fathah..namanya mad tobi'i..ingat ya a..cirinya ada tiga, biar mudah
mengingatnya aku gunakan nada balonku ada lima untuk menghafalnya” ucap Jodha
sambil menyanyikan lagu balonku ada lima namun liriknya digubah
“Alif mati setelah fathah
ya mati setelah kasroh
wau mati setelah dhomah
fathah berdiri, kasroh berdiri, dhomah terbalik
dibaca dua harakat”
“Nah itu, a.. jangan memanjangkan bacaan yang harusnya pendek dan
memendekan bacaan yang harusnya panjang” lanjut Jodha
“Oke.. siap.. bu guruku yang cantik” jawab Jalal sambil mengedipkan
sebelah matanya kearah Jodha.
Lagi-lagi Jalal berhasil membuat Jodha tersenyum dengan kelakuan
genitnya.
Flashback end
* * *
Di dalam masjid Jalal mulai melantunka tilawahnya, suaranya kini sangat
enak didengar Jodha berhasil mendidiknya hingga Jalal kini menjadi ketagihan
untuk selalu membaca..membaca..dan membacanya lagi.
Beberapa remaja putri yang akan shalat maghrib di masjid tersebut
terpesona dengan tilawah Al Qur'an Jalal, ditambah lagi oarang yang membacanya
amat sangat tampan, siapapun pasi akan senang berlama-alam mendengarkannya.
* * *
Melihat anaknya telah kembali dari masjid, Hameeda segera mengajak Jalal
kemeja makan, “Kita makan malam sekarang sayang, ammi sudah menyiapkan makanan
kesukaanmu..sop iga da martabak telor..”
“Aku tidak lapar mi” jawab Jalal
“Kamu harus makan nak.. dari siang kamu belum makan apapun..nanti
presdirnya ammi sakit, gimana dong?”
Karena merasa tidak enak pada amminya yang sudah susah payah memasak,
akhirnya Jalalpun makan meski hanya beberapa sendok.
“Ammi.. aku ke atas dulu.. ada yang harus aku persiapkan buat besok
meeting pertamaku dengan investor dari Jepang”
“Baiklah sayang.. jangan tidur terlalu larut ya”
“Iya mi” jawab Jalal sambil berlalu dari hadapan ammijan menaiki tangga
menuju kamarnya, begitu membuka pintu kamar kenangannya bersama Jodha muncul
kembali
Flash back
Sehabis shalat magrib, setelah bercengkrama dengan Al Qur'an biasanya
Jodha beralih ke buku-bukunya sambil tetap menegenakan mukena, Jalal suka iseng
mengaitkan dagunya di pundak Jodha
“Lagi baca apa istriku sayang?”
“Aa.. jangan deket-deket ah nanti batal”
“Kalau batal..ya tinggal wudhu lagi aja, gampangkan??” jawab Jalal,
sambil melanjutkan aksi isengnya dengan menyentuh telinga Jodha dari balik
mukena dengan bibirnya, sebagian kumisnya menyentuh pipi Jodha, sukses membuat
Jodha merinding
“Ampun.. a.. ih.. geli.. kumismu itu loh”
“Bilang saja..kamu ketagihan dengan sentuhan kumisku hemm?”
“Ih.. ih.. jijai deh.. aku malah bregidig dibuatnya.. mana mungkin
ketagihan”
“Teman wanitaku aja samapai maksa-maksa.. pengin nyobain rasa kumisku
yang seksi ini”
“Jadi aa sering mencium teman wanitamu?!” tanya Jodha sambil melotot
“Hahaha.. cemburu ya? tidak dong sayang aku akan selalu menjaganya hanya
untuk istriku.. ya meski istriku belum mau mengakuai kalau dia mulai ketagihan
dengan sentuhan-sentuhanku”
Flashback end
* * *
Kamar itu sampai kapanpun selalu di penuhi oleh bayangan Jodha atau
sekedar halusinasi Jalal sendiri, yang pasti Jalal tidak akan pernah menikah lagi,
dia akan selalu menjaga cintanya untuk Jodha, cinta yang terlambat ia sadari,
namun masih selalu berharap kesempatan akan kembali lagi padanya, kesempatan
untuk membuktikan pada Jodha kalau dia sungguh sangat mencintainya.
Sudah berbagai cara Jalal lakukan untuk menemukan Jodha, tapi Jodha
seolah hilang ditelan bumi, satu yang tidak pernah terlewatkan, dia selalu
shalat dzuhur di masjid kampus Jodha, seperti siang ini setelah shalat dzuhur
Jalal seperti biasa duduk di teras masjid dan dia bertemu Ilyas yang juga shalat disana, mereka saling
menyapa dan berjabat tangan, sebebarnya ini pertemuanya yang ke empat bersama
Ilyas
“Mas Ilyas.. boleh saya ganggu waktunya sebentar?” tanya Jalal sopan
“Iya tentu saja, ada yang bisa saya bantu?” merekapun terlibat
pembicaraan yang hangat, Jalal minta bantuan pada Ilyas perihal dirinya yang
ingin belajar lebih banyak lagi tentang Islam
“Aku ingin berubah seperti orang-orang di komunitasmu mas.. yang selalu
menjaga pandangannya, menjaga pergaulannya.. aku melihat orang-orang seperti
mereka itu begitu tenang tidak labil seperti diriku” ucap Jalal
“Sebenarnya akupun masih butuh banyak belajar, bagaimana klo aku
kenalkan dengan murobiku.. namanya mas Yasin”
“Oke siap”
“Kapan aku bisa bertemu dengannya?”
“Saya hubungi beliau dulu.. nanti biar kalian bisa buat janji di
waktu luang yang sama”
Merekapun tukeran no HP. Sejak saat itu Jalal dan Ilyas menjadi sepasang
sahabat yang selalu saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran, sa'at
rindu pada Jodha tak jarang Jalal menemui Ilyas sekedar curhat padanya.
* * *
Hari-hari Jalal selain disibukan dengan urusan kantor dia disibukan juga
dengan mencari ilmu agama, menggembeleng dirinya menjadi sosok ikhwan yang
sejati, pergaulannya kini sudah terjaga begitu pula dengan pandangannya yang
senantiasa terjaga tidak menatap wanita.
Pandangan yang hanya akan diberikan pada Jodhanya kelak, entah mengapa
hati Jalal selalu dipenuhi rasa optimis bahwa mereka kelak akan bertemu
kembali. Tentu bertemu dengan sosok yang berbeda, sosok yang akan membuat Jodha
kaget dengan kepribadian barunya, bukan Jalal yang slengean lagi tapi Jalal si
ulat yang telah berubah menjadi kupu-kupu, dengan kesantunan, kerendahan hati,
keluhuran akhlaq yang terpancar dari kekokohan Iman yang kini telah menghujan
kuat didalam hatinya.
~~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~~