“Kalau
begitu, kau tidak usah mencium ku lagi.”
“Kenapa
bisa begitu? Apakah ada aturan jika suami ingin mencium istri nya?” tanya Jalal
dengan mata membulat menatap Jodha yang terlihat kesal pada nya. Bahkan Jodha
tidak membalas perkataan Jalal. Ia memalingkan wajah nya menatap sekeliling
ruangan tanpa memandang ke arah Jalal sedikit pun. “Ya baiklah... Aku akan
mencukur kumis seksi ku ini. Tapi berjanjilah jangan marah lagi pada ku. Kalau
kau marah, lalu aku akan berbicara dengan siapa nanti?” tanya Jalal pada Jodha.
Jalal memegang pipi Jodha dan mencium lembut bibir Jodha agak lama. Tapi Jodha
mendorong tubuh Jalal dan membalut tubuh nya dengan selimut berjalan ke arah
lemari serta mengambil pakaian nya kemudian menutup pintu kamar mandi dan
mengunci nya dari dalam. Jalal melongo memperhatikan sikap Jodha yang sangat
seperti anak kecil sekali.
“Apakah
dia benar-benar marah pada ku karna kumis ini? Aku harus meminta maaf pada nya.”
Jalal beranjak ke arah kamar mandi dan mengetuk pintu seraya berteriak tapi
dengan nada yg selembut mungkin, agar tdk menyinggung perasaan Jodha lagi.. “Jodha...
Apa kau marah pada ku? Baiklah, nanti aku akan mencukur kumis ku. Tapi kau
jangan marah terus seperti ini. Ayolah Jodha sayang... Aku minta maaf ya?” kata
Jalal sambil masih dengan aksi nya, mengetuk pintu kamar mandi dgn sabar.
*************
Jodha
telah selesai mandi dan berpakaian rapi. Jalal yang sedari menunggu Jodha di
ambang pintu, segera melayangkan kecupan hangat nya di pipi Jodha. Usaha Jodha
untuk mengelak dari aksi-aksi Jalal, selalu saja gagal tak satupun yang
berhasil. Dengan wajah jengah nya, Jodha mendorong bahu kiri Jalal, kemudian
segera berlalu dari sana menuju lantai bawah. Hari ini, Jodha benar-benar
sangat terlambat bangun. Tidak ada satu makanan pun yang terhidang di atas
meja. Padahal perut nya benar-benar sudah bernyanyi berkoar koar terus
berteriak tak jelas di dalam nya. Jalal yang belum putus asa mendapatkan maaf
dari Jodha, juga ikut menyusul Jodha yang ada di dapur. Jalal memeluk Jodha dari
belakang, dan dagu nya bertengger di bahu Jodha yang tengah sibuk menyiapkan
masakan nya itu.
“Jangan
mengganggu ku dulu Jalal... Aku sedang memasak. Kalau sampai masakan ku ini
gosong karna ulah mu, lihat saja nanti, apa yang akan aku lakukan pada mu.” kata
Jodha dengan nada mengancam.
Mendengar
nada suara Jodha yang seperti itu, Jalal bringsut dan melepaskan pelukan nya
dari pinggang Jodha. Dengan nada yang sangat lembut Jalal berkata. “Jadi kau
belum memaafkan ku juga ya? Aku kan sudah minta maaf pada mu.”
Jodha
hanya diam tanpa respon dengan ucapan Jalal. Ia malah terlihat sangat asyik
dengan aduk mengaduk masakan nya itu. “Jodha... Ayolah aku minta maaf! Kenapa
susah sekali mendapatkan maaf dari mu? Kata mu, suami adalah dewa bagi istri
nya, tapi kau malah mengacuhkan suami mu ini?”
Jodha
tetap tidak merespon ucapan Jalal tadi. Sekarang masakan nya sudah selesai.
Dengan wajah sumringah, Jodha menghidangkan nasi goreng nya menjadi 2 porsi.
Satu untuk diri nya dan satu lagi untuk Jalal. Jodha mulai melahap sarapan nya
dengan lahap. Dari kemarin Jodha memang sama sekali belum makan apa pun. Rasa
nya, sudah tidak makan satu tahun saja! Jodha melahap habis makanan nya dan
menghiraukan tatapan Jalal yang terus memperhatikan nya.
Jodha
kemudian menyadari kalau Jalal juga belum makan dari semalam. Akhir nya, Jodha
buka suara juga. “Kenapa masih berdiri disitu? Ayo makan sarapan mu!” kata
Jodha dengan nada ketus yang di buat-buat nya.
“Aku
seperti nya tidak akan makan, kalau kau tidak memaafkan ku.” kata Jalal dengan
simple.
“Okey...
Terserah pada mu. Mau makan atau tidak itu bukan urusan ku.”
“Ya sudah
kalau begitu kau makan saja sendiri. Tidak usah mengajak ku sarapan pagi
bersama mu. Biarkan saja nanti aku akan sakit karna kelaparan.” Jalal memegangi
perut nya yang sudah sangat lapar sekali itu. Tapi ia juga tidak akan makan
sebelum Jodha mau memaafkan nya.
Jodha
tidak peduli dengan wajah memelas Jalal yang seperti kelaparan. Itu bukan salah
nya! Bukankah Jodha telah menyuruh nya makan, tapi Jalal nya saja yang keras
kepala dan tidak mau makan sebelum mendapat maaf dari nya. Jodha melanjutkan
makanan nya sampai sendok terakhir. Jodha meneguk segelas air mineral
mengakhiri sarapan nya. Jalal sedikit pun tidak bergeser dari kursi di hadapan
nya. Wajah nya terlihat pucat. “Mungkin karna belum makan!” kata Jodha dalam
hati.
Jodha
menatap intens ke arah Jalal yang juga menatap nya. Pandangan mereka bertemu
satu sama lain dan seperti bercerita mengungkapkan perasaan mereka satu sama
lain. Jodha tersadar ego nya, “Aku tidak boleh marah pada nya hanya karna
masalah sepele. Jalal adalah suami ku, seorang istri seharus nya tidak marah
pada suami mereka. Apa yang aku lakukan dewa? Aku hampir saja membuat nya mati
kelaparan.” Bathin Jodha.
“Jalal...
Duduklah... Kau harus makan. Kau tidak boleh sakit.” Jodha menarik kan satu
kursi di hadapan nya dan mendudukkan Jalal perlahan.
“Apa kau
sudah memaafkan ku Jodha?”
“Tidak ada
maaf untuk mu Jalal. Kau tidak bersalah, aku yang terlalu keras kepala dan
hanya mendengarkan ego ku saja. Maafkan aku karna telah marah pada suami ku?”
kata Jodha penuh penyesalan.
Jalal
terlihat sangat bahagia dan langsung memeluk erat Jodha. “Aku tidak pernah
marah pada mu. Kau tidak bersalah sayang...” Jalal melepas pelukan nya menyuruh
Jodha duduk di samping menemani nya. “Aku akan menyuapi mu!” kata Jodha sedikit
gerogi dengan ucapan nya. “Itu bagu sekali sayang... Kau belum pernah menyuapi
ku makan sekali pun kan?”
Jodha
mengangguk. Jodha menyendok kan makananan nya dan akan secepat nya mendarat di
mulut Jalal. Dengan senang hati, Jalal membuka mulut nya dan melahap makanan
nya. “Ini enak sekali Jodha.... Kau benar-benar hebat sekali. Aku benar-benar
beruntung mempunyai istri seperti diri mu. Untung saja kita sudah di jodohkan
sejak kita kecil. Kalau tidak, mungkin saat ini sudah menikah dengan Surya.”
Jodha
membelalak mendengar ada nama Surya yang di bawa dalam perkataan Jalal tadi. “Kenapa
ada Surya juga Jalal? Aku tidak mau kalau kau akan cemburu pada nya lagi. Dia
akan menikah dengan sepupu mu kan? Dan sebentar lagi dia akan menjadi bagian
dari keluarga kita.”
'Tok...
Tok... Tok...'
Bunyi
suara ketukan pintu dari pintu utama membuat Jodha dan Jalal heran. Tidak biasa
nya ada tamu sepagi ini datang ke rumah mereka. “Jalal, aku akan membukakan
pintu dulu. Kau makanlah sarapan mu itu. Aku tidak ingin ingin suami ku yang
tampan ini terlihat kurus karna kurang makan.” Jodha tertawa kecil pada Jalal
kemudian berjalan ke arah pintu.
* * * * *
Krek...
Bunyi
suara pintu berdecit di buka. Belum sempat Jodha melihata wajah si tamu, ia
malah langsung mendapatkan pelukan hangat dari tamu nya. “Jodha jiji, aku sudah
datang... Maaf aku tidak mengabari mu kalau aku akan sampai secepat ini.” kata
Shivani seraya memeluk Jodha. “Shivani... Jiji senang kau datang kemari. Jiji
sangat merindukan mu sayang!”
“Jiji,
dimana Bhaijan? Apa bhaijan sudah pergi ke kantor? Pasti jiji sangat
kesepiankan, ayo aku akan menemani Jiji seharian ini. Kita akan berbagi cerita
bersama.” Ujar Shivani sangat riang sambil duduk di sofa.
“Tentu
saja kita akan bercerita sepanjang hari ini. Sebentar, jiji akan panggilkan
bhaijan untuk datang menemui mu.” Jodha melangkah ke ruang makan mencari sosok
suami tercinta nya itu. Tapi tidak ia temukan disana. Jodha sangat panik
sekali, kalau-kalau Jalal akan marah pada nya dan kabur mencari wanita
penghibur di luar sana. “Jalal... Jalal... Kau dimana? Apa kau masih marah pada
ku hah?” tanya Jodha dgn berteriak dari ruang makan menghampiri Shivani. “Jal...”
Jodha menghentikan suara emas nya yg melengking memanggil Jala, saat ekor mata
nya menatap sosok seorang yg duduk berhadapan dgn Shivani.
“Lihatlah
Shivani, Jodha jiji mu itu memang sangat aneh. Tadi dia marah-marah pada ku.
Dan sekarang dia mencari-cari ku. Apakah dia memang seperti itu di rumah kalian
dulu?” tanya Jalal sambil menatap Jenaka ke arah Jodha.
Dengan
kesal Jodha duduk di samping Jalal sambil menjewer sebelah telinga Jalal yang
langsung memerah di buat nya. “Aku mencari mu kemana mana, kenapa kau sudah
bisa ada disini?” tanya Jodha dgn geram dan melepaskan tangan nya yg menjewer
panas telinga Jalal. “Lihat Shivani... Jiji mu ini memang aneh sekali. Dia
senang sekali marah-marah pada ku dan menjewer telinga ku seperti tadi.” kata
Jalal dgn manja. Jodha tidak mau kalah dan membalas dgn kata-kata yg lebih
sengit lagi. “Aku hanya sekali ini menjewer mu. Kau jangan mengatakan yang
tidak-tidak tentang diri ku. Shivani, apa kau tau kalau Bhaijan mu ini sangat
mengerikan sekali. Kalau kau sedikit saja melakukan kesalahan maka....” Jodha
menghentikan ucapan nya begitu melihat adik bungsu nya itu malah tertawa
cekikikan melihat aksi adu argumen antara Jiji dan Bhaijan nya. Jodha dan Jalal
hanya saling melirik tdk mengerti arti tawa Shivani yg sampai mendominasi di
ruang tamu itu.
“Shivani....
Apa yang lucu? Tidak baik seorang gadis tertawa sangat besar seperti itu.
Sudah, hentikan tawa mu!”
Shivani
langsung terdiam mendengar ucapan jiji nya itu. “Jiji apakah nanti kita bisa
tidur bersama?” tanya Shivani mencoba mengalihkan tema pembicaraan mereka tadi.
Jodha menatap Jalal sejenak untuk meminta pendapat. Jalal hanya menggeleng
tidak setuju, tapi Jodha sangat benar-benar ingin untuk menuruti permintaan
adik kesayangan nya itu. “Bagaimana Jiji, apa malam ini kita akan tidur
bersama?” tanya Shivani di iringi dgn rengekan manja nya.
“Hemmz....”
Jodha mencoba berpikir lagi sambil sesekali melirik menatap ke arah Jalal
meminta jawaban. “Bhaijan... Apa Jodha jiji boleh tidur bersama ku malam ini?
Aku benar-benar sangat merindukan nya.” Shivani meminta persetujuan Jalal
sambil merengek menarik narik tangan Jodha. “Shivani, tapi suami istri yg sudah
menikah tdk boleh tidur saling berpisah. Kau akan mengerti ketika kau sudah
menikah nanti!” kata Jalal memberi nasehat pada Shivani.
“Kenapa
seperti itu Bhaijan? Dia adalah Jiji ku, jadi kenapa tdk bisa aku tidur dgn
nya?”
“Ya
baiklah, kau boleh tidur dgn jiji mu. Tapi hanya sehari saja. Karna sekarang
adalah seorang wanita yg sudah bersuami. Jadi kemana pun suami nya tidur, sang
istri harus ada di samping nya.”
“Ya aku
mengerti sekarang, dan sekarang aku ingin menyampaikan pesan masa pd kalian.
Kata masa, masa sangat ingin secepat nya menerima hadiah pernikahan dari
kalian. Sebenar nya aku tidak mengerti hadiah apa yang ingin masa minta.” kata
Shivani dgn lugu nya. Jodha & Jalal hanya tersenyum dengan kepolosan gadis
remaja yg tengah ada di hadapan mereka itu.
* * * * *
Malam hari
nya, Jodha sudah berada di kamar Shivani. Sementara Jalal, hanya bisa
mengguling gulingkan tubuh nya kesana kemari tak jelas. Mata nya masih belum
terpejam juga, berharap Jodha akan datang dan tidur di sisi nya seperti biasa.
Setelah
selesai mandi, Jodha hanya melilitkan handuk nya menutupi sebagian badan nya.
Jodha baru ingat kalau saat itu, ia sdg berada di kamar Shivani bukan di kamar
nya. Tentu saja tidak ada sehelai pakaian nya ada disana.
Jodha
berjalan kesisi ranjang sambil memperhatikan wajah Shivani yang terlihat sangat
lelah sekali. Tidak mungkin Jodha akan mengganggu tidur adik nya itu. Apalagi
seperti nya Shivani hanya membawa 2 pasang pakaian untuk menginap beberapa hari
di rumah. “Mungkin ada sesuatu yang bisa ku pakai di lemari. Tidak mungkinkan,
kalau aku akan ke kamar Jalal hanya dengan berbalut handuk seperti ini?” kata
Jodha pada diri nya sendiri. Kemudian melangkah ke lemari pakaian yang ukuran
nya Jumbo untuk di lihat, adakah yang bisa di pakai oleh nya? Dari pada hanya
berbalut handuk seperti wanita zaman kuno saja. Yang hanya memakai kain panjang
untuk menutup tubuh mereka.
Jodha
membuka lemari itu, dan kebetulan ada sebuah baju handuk (baju setelah selesai
mandi) yang terlipat rapi di salah satu rak nya. Segera Jodha mengambil nya dan
memakai nya kilat.
* * * * *
'Krek...'
Jodha
memegang gagang pintu kamar Jalal dan mendorong nya pelan. “Mungkin dia sudah
tidur!”
Jodha
melangkah dengan sangat berhati-hati menuju lemari, layaknya seorang maling
yang sedang mengindap di rumah orang yang akan menjadi mangsa kejahatan nya.
Tiba-tiba dirasakan nya, tangan kekar memeluk nya dari belakang sambil jemari
tangan nya, ingin membuka ikatan baju handuk Jodha.
Jodha
berbalik dan menatap lekat kepada sosok pria yang ada di hadapan nya. “Kau
belum tertidur ya? Aku kira kau sudah tidur Jalal... Aku kesini hanya karna
ingin mengambil baju ganti ku saja. Tidak mungkinkan, aku meminjam baju
Shivani?” tanya Jodha dengan menunduk tidak berani menatap mata Jalal yang
seperti nya memperhatikan penampilan Jodha dari ujung rambut sampai ujung kaki
nya.
“Kenapa
tidak kau bilang saja, kalau kau merindukan suami mu yang tampan ini? Aku juga
dari tadi berharap kau datang dan tidur bersama ku disini. Jodha... Aku
benar-benar tidak bisa tidur tanpa diri mu? Lebih baik kita tidur bersama saja
disini ya?”
“Tapi
bagaimana dengan Shivani? Bagaimana kalau saat Shivani terjaga dari tidur nya,
dia tidak mendapati ku tidur di samping nya? Dia pasti akan sangat kecewa
Jalal.”
“Kau bisa
kembali ke kamar nya lagi sebelum dia terjaga. Tapi untuk saat ini, tidurlah
bersama ku Jodha.... Ayolah....” terdengar suara Jalal yang penuh pengharapan
pada nya. Jodha hanya terdiam mencoba memikirkan perkataan Jalal barusan.
Jalal
mulai mendekat ke arah Jodha yang masih mematung di depan lemari. Di tatapan
sedemikian, Jodha beringsut mundur kebelakang satu sangkah. Tatapan nya seperti
seekor singa lapar yang akan segera melahap habis mangsa nya.
Jalal
memegang bahu Jodha dan mendorong nya pelan menyandar ke lemari. Jodha
benar-benar tidak bisa mengucapkan satu kata pun. Nafas mereka serasa bertukar
dan menghirup satu sama lain. Dada Jodha naik turun mengikuti irama hembusan
nafas nya yg tidak beraturan. Jalal semakin dgn Jodha & merapatkan tubuh
nya dgn Jodha. Jodha mencoba menahan dada bidang Jalal yg merapat di dada nya.
Itu benar-benar membuat nya merasa tidak nyaman sekali. Tapi Jalal malah
menepis tangan Jodha yg mencoba menahan nya, membuat suatu penghalang diantara
mereka.
Jodha
hanya pasrah dgn tindakan Jalal yg sukses hampir membuatkan jantungan. “Boleh
aku melepas nya Jodha?” tanya Jalal yg sedari tadi tatapan mata nya tak lepas
dari manik mata indah Jodha.
“Jalal...
Aku tdk bisa melakukan nya lagi. Badan ku semua nya masih terasa linu dan
nyeri. Tidak bisakah, kita tidak melakukan nya dulu?”
“Ya aku
tau itu. Tapi tdk kah kau kasian pada ku karna sudah sangat menginginkan mu dan
tdk bisa membendung hasrat ku lagi.”
“Tapi...
Setidaknya kita tdk melakukan nya di ruangan terbuka seperti ini?”
Jalal
terlihat bingung dengan perkataan Jodha barusan. Jodha seperti tau apa yg ada
di pikiran Jalal saat itu. Jodha menunjuk ke arah pintu kamar yg terbuka dgn
dagu nya. Jalal baru mengerti dan berjalan ke arah pintu bermaksud untuk
menutup nya.
Sementara
Jalal berjalan ke arah pintu, Jodha langsung berlari ke atas kasur nya tanpa
menunggu Jalal yang biasa nya akan mengendong tubuh nya menuju tempat peraduan
mereka. Jalal berbalik & menatap Jodha yg sudah terbaring di balik selimut
tebal berwarna putih silver kesayangan nya.
“Aku sudah
menutup nya sayang.... Sekarang kita akan bermain lagi kan?” tanya Jalal yang
langsung menindih tubuh Jodha kemudian mencumbunya.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~