By
Seni Hayati
“Empat amalan yang paling sulit dikerjakan, memberi ma’af ketika
marah, bermurah hati ketika fakir, memelihara diri dari yang haram ketika
sendiri, dan mengatakan kebenaran kepada orang yang disegani” (Ali bin Abi
Thalib)
Jalal mengikuti Jodha sampai kedepan pintu kamar ammijan
“STOP!” seru Jodha ketika Jalal hendak ikut masuk kedalam
“Jo.. kamu mau biarin aa tidur sendirian hmm??” Jalal merajuk
“Kan sudah kubilang.. aku ga mau tidur disana lagi..apa masih kurang
jelas??”
Mendengar ada keributan ammijan menghampiri mereka, “Ada apa sayang?? malam-malam
bukannya pada tidur malah ribut” tegur ammijan
“Ammi aku takut tidur diatas, bayangan maling itu terus
menghantuiku..boleh ya aku tidur di sini” ucap Jodha seperti anak kecil manja
yang permintaannya minta dituruti.
“Tentu saja boleh sayang..” jawab ammijan sambil merangkul pundak Jodha
sambil membimbingnya masuk, layaknya seorang ibu yang siap memberikan
perlindungan pada anaknya.
Jodha pun bernapas lega, sebenarnya bukan karena maling yang membuatnya
ingin tidur di kamar ammijan tapi lebih pada tidak ingin tinggal sekamar dengan
ikhwan abal-abal itu, ‘Akhirnya bisa
lepas juga dari mahluk menyebalkan itu’ batin Jodha.
Namun baru saja hendak memejamkan mata, Jalal sudah membuka pintu kamar
ammijan, meski yang kelihatan baru kepalanya saja, terdengar suaranya merajuk, “Ammi..
aku juga ikut tidur disini ya..”
Ammijan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak
laki-lakinya itu. “Ya..Alloh Jalal, kamu kan anak laki-laki sayang”
“Aku bukannya takut mi.. aku cuma ga bisa tidur klo ga dipeluk istriku”
jawab Jalal, mendengar itu Jodha langsung sock
‘Jangan-jangan malam ini dia harus tidur
seranjang dengan si ikhwan KW itu’ batin Jodha.
Adapun ammijan dia hanya tersenyum, “Baiklah.. sepertinya ranjang ammi
masih cukup untuk bertiga..masuklah”
Mendengar jawaban ammijan, Jalal tersenyum penuh kemenangan sambil
menatap penuh arti pada Jodha.
Jodha melotot pada Jalal, mukanya nampak kesal. Ammijan menggeser
badannya ke ujung ranjang, Jodha berada di tengah dan tentu saja ci aa ganjen
itu kini tidur di samping Jodha, senyum
tidak lepas dari bibir seksinya yang tebal. Berbanding terbalik dengan ekspresi
wajah Jodha yang tidak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya
“Akhirnya.. aa bisa tidur seranjang denganmu sayang” bisik Jalal sangat
pelan ditelinga Jodha, khawatir ammijannya mendengar.
Jodha segera mengambil guling, menjadikannya sebagai pembatas, Jodha
berbisik ditelinga Jalal, “Ini batasnya! (sambil njunjuk guling), jangan aa
lewati!”
Jalal hanya cengar cengir sambil menjawab bisikan Jodha, “Klo masih
sadar aa bisa mengontrol anggota badan, tapi klo sudah tidur jangan salahkan aa
klo ada anggota badan aa menyebrang
kewilayah kekuasaanmu”
Rupanya bisik-bisik mereka mengganggu pendengaran ammijan, “Kalian ini,
sudah malam masih saja mengobrol.. ayo segera tidur!” tegur Hameeda
“Iya mi, Jodha kangen katanya.. beberapa hari ini tidurnya kan di RS”
mendengar ucapan Jalal, tangan Jodha langsung menjewer telinga Jalal.
Jalal berkata tapi tanpa suara (takut amminya marah) cuma terlihat gerak
bibirnya saja, “Ampun Jo..lepasin”
Dengan tatapan sengit Jodha akhirnya melepaskan tangannya dari telinga
Jalal, dia pun memejamkan matanya.. kelelahan membuat Jodha segera ada di alam mimpi,
namun Jalal masih tetap terjaga, matanya yang kini meredup terus menatap Jodha,
mata yang penuh pengharapan, mata yang penuh penyesalah, Jalal bergumam dalam
hatinya, ‘Apa yang selama ini
membutakanmu Jalal? hingga tak mampu melihat mutiara yang indah ini.. meski
dirimu berusaha mengelaknya, tapi tetap saja dirimu tidak bisa berhenti
mencintainya’ sebenarnya jemari Jalal sudah mau mengelus pipi lembut
istrinya namun diurungkan lagi niat itu, khawatir Jodha akan terbangun,
fikirnya.
Namun, tiba-tiba Jodha mengubah posisi tidurnya, dalam kondisi terlelap,
dia memeluk guling yang menjadi pembatas antara dirinya dan Jalal, posisinya
miring tepat di hadapan Jalal, wajah mereka sangat dekat, tak kuat menahan
godaan yang menyeruak dari dalam jiwanya, Jalal pun mendaratkan sebuah kecupan
di kening Jodha.
‘Mimpi yang indah sayang, mulai sekarang aku yang akan jadi penjaga hatimu’ gumam Jalal dalam hatinya.
Kini Jalal memejamkan matanya, begadang berhari-hari di RS untuk merawat
Jodha membuatnya kelelahan, kantukpun datang, diapun segera tertidur.
***
Kini guling itu entah kemana, karena Jodha sudah berada dalam pelukan
Jalal, di alam bawah sadarnya Jodha merasakan suasana nyaman yang luar biasa
berada dalam pelukan suaminya, Begitu pun dengan Jalal, alam fikirannya telah
menghapus seluruh kebencian pada Jodha berubah menjadi 100% cinta.
Mereka mengalami mimpi yang sama..
=Di alam mimpi=
Jodha dan Jalal melangkah menyusuri sebuah jalan yang kanan kirinya di
tumbuhi pohon sakura yang sedang berbunga, suasanya seperti musim semi dengan
hamparan rumput hijau, seolah seperti permadani yang ditumbuhi pohon sakura,
awalnya mereka nampak canggung, namun Jalal perlahan meraih jemari Jodha,
menggenggamnya.
Mimpi indah mereka harus berakhir karena alarm di HP Jodha berunyi, dan
sukses membuat Jodha harus membuka matanya.
Jodha merasa dsulit bergerak, dia baru sadar klo kini dirinya berada
dalam pelukan Jalal, kesadarannya kini mulai pulih lagi, ‘Dasar laki-laki tidak bisa dipercaya, sudah di bilang jangan melewati
batas..(Jodha mencari-cari guling yang tadi jadi pembatas mereka, ternyata
guling itu kini ada diantara dirinya dan ammijan) apakah aku yang memindahkan guling itu?’ batin Jodha, tangannya
kini sibuk melepaskan pelukan Jalal,
Namun Jalal malah menarik Jodha lebih dalam, dengan mata terpejam Jalal
berbisik lebut di telinga Jodha, “Mau kemana sayang, tetaplah disini?”
“Jalal bangun.! lepaskan aku” suara Jodha dipelankan agar tidak
mengganggu tidur Hameeda.
Jalal membuka matanya.. melihat keadaannya saat ini yang masih memeluk
Jodha, membuatnya cengar-cengir sendiri, “Ternyata kamu benar Jo.. rizki Alloh
itu tidak pernah tertukar”
“Cepat lepasin! Aku harus mematikan alarmnya” Jodha mengulangi
perintahnya,
Tangan Jalal segera meraih HP yang ada di dekat meja kecil disamping lau mematikan alarmnya. “Sudah beres,
alarmnya sudah aa matikan.. kita bisa melanjutkan tidur lagi” tangan Jalal
kembali memeluk Jodha. “Kalau mau aa lepaskan..ada pasword nya” ucap Jalal
sambil memonyongkan bibirnya, menandakan paswordnya harus mencium bibir Jalal
“Kamu kan sudah sering mendapatkannya ciuman dari wanita mu itu..apa
masih kurang hemm? aku ini kan bukan wanita tipe mu, jadi untuk apa
menginginkannya”
Mendengar kata-kata Jodha, muka Jalal langsung berubah BeTe, dia pun
melepaskan pelukannya.
“Aku..tau apa sekarang paswordnya” ledek Jodha sambil beringsut turun
dari ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
* * *
Kini seperti biasa Jodha sudah larut diatas hamparan sajadah nya, larut
dalam taqorub ilalloh nya.. bercengkrama dengan sang pemilik cinta (Alloh).
Jalal diam-diam juga beringsut dari tempat tidur,, entah sejak kapan
Jalal merasakan ada yang kurang ketika satu malam terlewati tanpa qiyamul
lail..yang pasti sejak Jodha masuk dalam kehidupan.
Jodha masih larut dalam dzikirnya, ekor matanya menangkap sosok Jalal
yang sedang shalat, namun kepercayaannya sudah hilang hingga dia menganggap
adanya Jalal sama dengan tidak adanya.. hal itupun dirasakan oleh Jalal, kini
diapun berusahan untuk beramal bukan karena Jodha, bukan karena ammijannya,
namun mulai menempatkan Alloh sebagai tujuannya dalam amal Ibadahnya.
* * *
Di meja makanpun Jodha masih bersikap cuek, sebisa mungkin Jodha
menghindari kontak mata dengan Jalal, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap
Jalal, yang akan membuat hatinya tambah terluka. Mereka sarapan dalam diam,
Hameeda menyadari perang dingin antara anak dan mantunya, ammijan pun memaklumi
perubahan sikap Jodha terhap Jalal, karena diapun akan bersikap sama jika
mendapati orang seperti Jalal, Hameeda pun bergumam dalam hatinya, ‘Sepertinya
harus memakai cara lain untuk mengetahui Jalal benar-benar berubah’
Kini ammijan angkat bicara, “Jalal, seperti yang sudah ibu katakan
sebelumnya, ibu akan segera menjadikan dirimu presdir, ibu sudah menyuruh paman
Bairam mengurusnya, tiga hari lagi acara serah terima jabatan presdir akan dilakukan”
Mendengar apa yang diucapakn Hameeda, terlihat rona bahagia di wajah
Jalal, “O.. ya.. sungguh bu?” tanya Jalal antusias, ammijan hanya mengangguk,
Jalal kembali berkata, “Jo.. di acara ceremonial nanti, kamu hadirnya ya.. jadi
pendamping Jalaludin Muhammad Akbar?”
Jodha menanggapinya dengan dingin, “Klo aku tidak sibuk mungkin aku bisa
menghadirinya.. aku tidak bisa janji”
“Tidak bisakah kamu izin sehari saja Jo? itu akan jadi hari bersejarah
buat ku.. dan aku ingin mengingat hari bersejarah itu dengan keberadaanmu
disisiku”
“Kenapa aa tidak mengajak teman wanita aa saja? Sepertinya dia akan
lebih senang dan lebih pantas berada disisimu” kata-kata Jodha serasa menusuk
jantung Jalal.
* * *
Jodha pergi ke kampus bersama Hameeda, meski Jalal menawarkan diri untuk
mengantarnya tapi Jodha tetap bersikeras akan berangkat bersama ammijan,
Jalalpun menyerah, dia tidak bisa memaksakan kehendaknya.
Di perjalanan ke kampus Hameeda dan Jodha terlibar perbincangan serius,
sepertinya ada yang sedang mereka rencanakan.
* * *
Hari yang ditunggu Jalal tiba, pagi itu ia nampak sumringah sibuk
memilih jas mana yang pantas dikenakan, beberapa kali Jalal meminta pendapat
Jodha, “Jo..yang ini gimana?”
“Yang itu juga pantas” jawab Jodha tanpa menoleh kearah Jalal, matanya
tetap tertuju pada buku yang ia baca
“Bagaimana kamu tau, aku pantas memakainya, klo kamu hanya menatap buku
itu?” Jalal protes, menyadari sikap cuek Jodha.
Akhirnya Jodha pun mengangkat kepalanya, “Sebenarnya aa pakai apapun
pantas, kenapa sih ribet amat milih-milih baju aa itu lebay seperti perempuan”
“Aku hanya ingin terlihat sempurna Jo.. o ya kamu pakai yang kemarin aa
belikan ya, di dalamnya juga ada kerudungnya, kamu akan nampak cantik memakai
baju itu”
“Hemm..” Jodha menjawabnya singkat
“Kamu mau berangkat bersama aa, Jo?” tanya Jalal
“Aa berangkat duluan saja, aku ada urusan yang harus diselesaikan di
kampus” jawab Jodha.
Setelah sarapan Jalal segera pergi ke kantor, dengan suasana hati yang
bahagia tentunya.
* * *
Acara ceremonial penyerahan jabatan presdir dimulai, Jalal sengaja tidak
mengundang teman-teman erornya, karena dia tau ammijan tidak akan suka. Acara
inti pemotongan tumpeng sudah dimulai Jalal di dampingi ammijan, beberapa kali
Jalal melihat ke arah pintu masuk, berharap Jodha sosok wanita yang sedang di
nantinya datang, tak sabar menunggu akhirnya Jalal menelepon Jodha, berkali-kali ia memijit
tombol call namun jawabanya tetap sama, “Nomor yang anda tuju sedang berada
diluar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi.”
Hal itu membuat Jalal cemas, Jalal segera menghampiri Hameeda, “Ammi.. kemanakah
Jodha? kenapa dia belum datang juga?”
“Sepertinya Jodha sedang sibuk sayang” jawab Hameeda.
* * *
Sampai acara selesai Jodha tidak kunjung datang, Jalal nampak murung,
kekecewaan terlihat sekali diraut mukanya.
‘Kenapa kamu tidak hadir di hari yang aku
anggap penting ini Jo.. apakah yang sedang kamu lakukan disana’ gumam Jalal, hatinya kini meradang. Hameeda
bisa membaca pikiran anaknya
“Sayang.. bagaimana klo kita pulang sekarang nak?”
“Iya..ammi, aku pun lelah ingin segera istirahat” jawab Jalal.
* * *
Hameeda dan Jalal kini sudah menyusuri jalanan kota Bandung yang mulai
ramai, di toko bunga di kawasan Palasari Jalal memarkirkan mobilnya
“Tunggu sebentar ya mi” ucap Jalal sambil keluar dari mobil, dia membeli
rangkaian bunga mawar merah yang indah
‘Ini sebagai ucapan terimakasih untuk mu Jo,
kamu punya andil besar hingga aku bisa menjadi presdir’ gumam Jalal dalam hatinya, bibirnya nampak
tersenyum.
* * *
Kini mereka telah sampai di rumah, suasana rumah nampak sepi, Jalal
segera masuk ke kamar berharap Jodha akan senang dengan rangkaian bunga yang ia
bawa, namun dikamarnya juga Jodha tidak ada. Dia melihat meja belajar Jodha
nampak lengang, Jalal mulai merasa tidak enak hati, dia membuka lemari baju
Jodha, perasaan Jalal semakin tidak enak karena lemari itupun nampak lengang,
fikiran buruk mulai menyelimuti hatinya, kini dia terduduk di tepi ranjang
dengan rangkaian mawar terkulai di lantai, menandakan tuan yang membawanya
tengah patah hati.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~~