By
Seni Hayati
“Ketika hatiku terpatri dalam sebuah simpul rumit bernama
CINTA..ku harap dapat merajut bahagia, menenun mimpi bersamamu ‘laki-laki
specialku’..meski mungkin hidup akan sepahit botowali atau bisa jadi semanis permen
loli, namun aku akan selalu memberikan senyum termanisku, menjadi penguat kala
jiwmu rapuh seperti susunan kalsium yang mengisi tulangmu..ana uhibbuka
fillah..aku mencintaimu karena Alloh SWT.” (Seni Hayati Bandung 2015)
Sesi bercinta di sepertiga malam terakhir membuat mereka masih terjaga,
mereka kini sama-sama belajar untuk saling memberi kebahagiaan, untuk saling
mengisi dengan segala keterbatasan pengalaman dan ilmu yang dimiliki. Jalal
masih menatap Jodha sambil menahan kepala dengan salah satu sikunya..mereka
masih terbungkus dalam selimut yang sama..butiran bening perlahan mengalir di
pipi suci Jodha, dengan lembut Jalal menghapus air mata itu dengan bibirnya
“Kenapa sayang..apa aku menyakitimu?” tanya Jalal, Jodha menggelengkan
kepalanya
“Tidak a aku baik-baik saja”
“Kenapa kamu menagis hemm?”
“Aku bahagia karena akhirnya aku bisa menyerahkan kehormatanku untuk
mu..orang yang berhak atas diriku” Jalal kembali merengkuh Jodha, memberikan
kecupan hangat di pucuk kepala istrinya
“Dan kau tau sayang..aku merasa terhormat karenanya..syukron kau telah
menjaganya tetap suci untuk ku” mereka tersenyum penuh rona bahagia, aura
positif nampak mengitari mereka.
“Sayang..sepertinya ammijan harus tau kabar bahagia ini” usul Jodha,
Jalal merasa diingatkan dia menepuk jidat dengan salah satu tangan
“Oh..iya..pasti ammi senag, dia ingin segera punya cucu..meski klo mau
jujur sebenarnya saat ini aku belum mau berbagi dirimu dengan siapapun” ucap
Jalal lirih tapi cukup membuat Jodha melotot
“Apa?..jadi aa belum siap punya anak?!” Jodha cemberut
“Bukan begitu maksudnya Jo..saat ini aa hanya ingin memiliki dirimu utuh”
Jalal mencoba menenangkan, Jodha masih manyun dia membalikan badannya
memunggungi Jalal
“Laki-laki memang mau enaknya saja!..jadi nanti klo aku hamil karena
perbuatanmu..kamu mau lepas tanggung jawab gitu?” Jalal merapatkan tubuhnya
memeluk Jodha yang masih memunggunginya, dia menenggelamkan wajahnya di rambut
hitam Jodha
“Hai..tentu aku akan tanggung sayang..aku cuma takut nanti aku punya
saingan baru..dan kamu lebih perhatian sama anak kita dari pada sama suamimu”
Jalal merajuk seprti anak kecil, Jodha yang merasa geli dengan kata-kata Jalal
segera membalikan badannya.
“Ih..suamiku aneh..masa cemburu sama anak sendiri” Jodha tidak bisa
menahan senyum di wajahnya, kini giliran Jalal yang cemberut..ya kelakuan Jalal
memang kadang masih seperti anak manja, meski dia telah berubah menjadi sosok
ikhwan sejatai namun sifat kekanak-kanakannya kadang masih sering menampakan
diri
“Jadi aa ga boleh cemburu sama istri sendiri hem?”
“Bukan begitu sayang..(Jodha menarik pipi Jalal dengan gemes)..oke lah
klo kamu cemburu sama Hafiz masih wajar..klo sama anak sendiri itu yang
aneh..lagian anak itu amanah Alloh a..investasi dunia dan akhirat
kita..kapanpun DIA menitipkannya pada kita..kita harus siap” Jalal tersenuym
mengerti
“Oke..baiklah, aa kalah dan menyerah dengan topik perdepatan
ini..sepertinya melihatmu dengan perut buncit akan nampak lebih seksi dan
menggairahkan” Jodha kembali melotot
“Tuh kan..fikiran mesummu keluar lagi” Jodha menggelitik pinggang
telanjang Jalal
“Aw..aw..Jodha ampun..aa ga kuat digelitikin” Jalal meronta mencoba
menepis tangan Jodha, namun sepertinya Jodha sangat menikmati sesi ini, karena
dia senang melihat tawa Jalal dibawah
intimidasinya, hingga akhirnya Jalal harus mencekal kedua tangan Jodha,
menahannya dengan cengkraman kuat agar tangan jahil itu tidak bisa bergerak,
hanya kondisinya kini berbalik, Jalal kini yang mengintimidasi Jodha karena
kini Jalal telah berada di atas tubuh istrinya
“Sayang..kamu telah membagunkan ular yang tidur hem..maka rasakan
pembalasanku” ucap Jalal sambil terus melancarkan agresinya dengan mencium
Jodha secara bertubi-tubi tanpa ampun tanpa belas kasihan yang akhirnya mereka
mengahabiskan waktu menunggu subuh dengan sesi ronde kedua percintaan mereka.
***
Jalal kini terkapar disamping Jodha
“Olah raga di dini hari bersamamu ternyata mengasyikan juga sayang..dan
aku berhasil meninggalkan jejak disekitar leher dan dadamu” ucap Jalal dengan
senyum jahilnya
“Apa?! Kau meninggalkan kissmark?!” tanya Jodha panik dan segera
mengambil jubah tidur satin dan mengenakan di atas tubuh polosnya.
Jodha kini berdiri di depan cermin,
memeriksa leher dan dadanya..dia kini cemberut dan menggeram
“Hem..berani-beraninya kau meninggalkan jejak ya..sepertinya aku harus
memberi jejak juga biar kita inpas!” tatapan Jodha seperti elang yang akan
menerkam mangsa..membuat Jalal ketakutan bergerak pelan menuju sisi lain tempat
tidur
“Jodha jangan sayang..kamu kan pakai hijab ga akan kelihatan ada
kissmarknya..klo aku nanti bisa diledek sama si mulut besar Hafiz” Jalal
mencoba memberi argumen, namun sepertinya tidak mempan karena kini Jodha sudah
merangkak naik ke atas ranjang siap menerkam Jalal, mengetahui tanda bahanya
Jalal segera menenggelamkan dirinya di bawah selimut..namun sayang Jalal kalah
cepat karena Jodha telah menarik selimut terlebih dulu..kini tangan Jodha telah
menahan dagu Jalal agar tetap tengadah..dan menyerang..’Yess’ berhasil
meninggalkan beberapa kissmark di leher Jalal
“Jodha..kumohon hentikan!” Jalal memohon sambil tertawa geli..Jodha
tersenyum puas
“Oke..sekarang..hutang telah inpas, aa bisa melihat hasil prakarya
bibirku” ujar Jodha sambil cekikikan membuat Jalal melotot gemas pada istrinya
“Jodha!..hari ini aku harus bertemu dengan investor..apa nanti yang akan
mereka fikir klo melihat leherku yang penuh cupang ini hem?mereka mengira aku
tidur dengan binatang buas” Jodha masih tetap cekikikan namun kini matanya
melotot
“Apa?!..jadi kamu anggap istrimu ini binatang buas? dan dirimu lebih
buas dari aku..aa lihat aku lebih banyak” Jodha menunjuk lehernya
“Oke..oke..kita baikan!” kata Jalal tak tahan dicemberutin istrinya, dia
mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Jodha tanda perdamaian.
“Oke..kita baikan..tapi syaratnya..hari ini selesai meeting dengan
investor, aa harus menemaniku jalan-jalan”
“Oke..siap ibu komandan!”
Jodha beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi
“Sayang..kamu tidak mengajakku mandi bersama?!”
“Tidak untuk kali ini..kecuali aa mau menerima serangan binatang buas
lagi!” seru Jodha sambil menutup pintu kamar mandi.
“Ow..tidak aku takut diserang!” teriak Jalal meledek istrinya yang telah
lenyap dibalik pintu. Diapun kembali menarik selimut sambil menunggu giliran
mandi, aktivitas diniharinya membuat Jalal lelah dan diapun kini terlelap dalam
tidurnya indahnya. Hingga saat Jodha keluar dari kamar mandi Jalal masih berada
di alam mimpi
“Hai..tukang tidur..BANGUN!!” teriak Jodha..Jalal hanya mnggeliat sambil
merubah posisi tidurnya jadi telungkup memperlihatkan otot bahunya yang kekar
dan telanjang tertutupi sebagian selimut
“Masih..ngantuk sayang..apa kamu mau menemaniku tidur lagi hem!” jawab
Jalal dengan suara serak seperti orang yang mengigau.
Jam menunjukan pukul 4 subuh..Jodhapun membiarkan Jalal tertidur lagi,
sambil menunggu waktu subuh Jodha membaca Al Qur’an, biasanya dia melakukan
aktivitas ini sehabis qiyamu lail..tapi kehadiran laki-laki yang kini berada di
atas tempat tidurnya membuat jadwal tilawahnya mundur..kini lantunan ayat
Al Qur’an keluar dari bibirnya, suaranya
pelan namun cukup mengisi setiap sudut ruangan kamarnya, merdu mengalaun penuh
ketenangan..membuat Jalal perlahan membuaka matanya, dia tersenyum bahagia
sambil mendengarkan suara merdu yang keluar dari bibir istrinya,..sebuah momen
yang begitu ia rindukan, dan momen itu kini telah kembali padanya, Jalal
menatap istrinya yang tengah duduk khusu di atas sajadah dengan balutan mukena
putih dari sutra, Jalal merasakan transfer ketenangan dari suara lembut Jodha..mengisi
serambi-serambi dihatinya, serambi yang beberapa waktu lalu hanya di isi oleh
kerinduan
‘Alhamdulillah ya Alloh..Engkau memberi
nikmat yang tak ternilai ini..nikmatnya aku beriman dan nikmatnya aku
berIslam..nikmat akan hidayah-Mu, nikmat anugrah cinta yang kau titipkan lewat
wanita kuat yang telah menggetarkan hatiku yang akan menemaniku menghabiskan
waktu menyusuri jalan surga yang berduri dan berliku’ Jalal tersenyum dalam rasa syukurnya, dia
kini mengambil dan mengenakan jubah mandi yang telah Jodha siapkan di ujung
tempat tidur.
***
Saat subuh menjelang..Jalal dan Jodha turun menyusuri tangga menuju
ruang mushola keluarga, disana om Yusuf, tante Firna, dan Hafiz telah menunggu
mereka..
“Assalamu'alaikum semuanya” sapa Jalal dengan wajah cerahnya, namun ia
tidak berani mengangkat lehernya..khawatir jejak kissmark yang ditinggalkan
Jodha terlihat, dia tidak mau menjadi bulan-bulanan si mulut besar Hafiz.
Semuanya menjawab salam termasuk Hafiz
“Wa'alaikumsalam..o..ya Jo..bagaimana tidurmu, apakah laki-laki ini
mengganggumu? klo dia berani menyakitimu aku dengan senang hati akan membuatnya
menjadi babak belur” ucap Hafiz sambil melirik ke arah Jalal, Jodha yang
ditanya tersipu malu, adapun Jalal seperti biasa selalu nyolot mendengar ucapan
Hafiz yang provokatif..
“Hai bro..bukan urusanmu tau, lagian mau aku apa-apain juga dia itu udah
sah jadi istriku!” bukannya marah Hafiz yang tengil malah tertawa geli
mendengar pernyataan Jalal
“Hahaha...Aku ga percaya sama kamu man..aku khawatir kamu membuat Jodha
tidak tidur semaleman..lihat dia tampak mengantuk” jawab Hafiz.
Melihat perdebatan yang sepertinya tidak akan berujung tante Firna
segera melerai keduanya, “Stt...udah masuk waktu subuh ayo Hafiz kamu
adzan..dilanjut dengan shalat qobla subuh yang pahalanya lebih baik dari dunia
dan seisinya”
“Ok siap, oya mam klo shalat sunat qoblanya saja pahalannya lebih baik
dari dunia & seisinya, berarti shalat subuhnya yang wajib lebih baik dari
itu semua ya mom?”
“Betul sayang..ayo cepat adzan” jawab tante Firna..dan Hafiz pun kini
adzan, suasana religi begitu kental di keluarga ini, meski sebagai minoritas berada
di negri orang tak membuat ghirah (semangat) berIslam mereka surut.
***
Selesai shalat subuh, Jodha membantu tante Firna menyiapkan sarapan, om
Yusuf tenggelam dalm bukunya, sedangkan Hafiz menarik Jalal kekamarnya
“Hai..ada apa sih Fiz..tarik-tarik tanganku segala!” ucap Jalal kesal
namun tak urung mengikuti sahabat tengilnya masuk ke kamar, Hafiz segera
menutup pintu, dia menatap Jalal curinga.
“Hai..coba kamu tengadah! Aku seperti melihat sesuatu di lehermu”
perintah Hafiz, Jalal segera menutupi leher dengan satu tangannya..wajahnya
kini memerah
“Fiz aku pinjem syal..punyaku tertinggal di hotel” Hafiz tak tahan
menahan tawanya...
“Hahaha...seorang Jalal malu ada tanda kissmark di lehernya” Jalal
segera membungkam mulut Hafiz sambil melotot
“Cepat pinjem syal mu..sebelum tante Firna melihatnya!!”
“Oke..oke..bro..aku pinjemin” Hafiz membuka lemarinya dan memberikan
syal pada Jalal yang segera melilitkan dilehernya
“Thank bro..kau telah menolongku..aku berhutang padamu” ucap Jalal
sambil menepuk pundak Hafiz.
* * *
* * * * * * * * * * * * * *