By
Seni Hayati
“Ketika aku memilihnya..ku harap memang dia makhluk terbaik
Alloh SWT yang special diciptakan untukku yang akan menjadikanku semakin dekat
pada-Mu” (Seni Hayati, Bandung Mei 2015)
Menjelang maghrib Jalal dan Jodha sampai di halaman rumah tente Firna,
dan benar saja disana keluarga tante Firna nampak khawatir menanti kedatangan
Jodha,,,satu lagi yang terlihat lebih cemas Hafiz,,ya Hafiz anak tante Firna.
Namun rona bahagia nampak di wajah keluarga tante firna melihat
kedatangan Jodha, hanya saja mereka sedikit kaget melihat Jodha datang bersama
seorang laki-laki asing,,sepertinya mereka tidak mengenali Jalal lagi,,ya
memang secara fisik Jalal mengalami banyak perubahan dari masa kanak-kanaknya.
Hanya mata tajamnya saja yang tetap sama.
Hafiz mengerutkan alisnya..hal tak lazim dilakukan Jodha membawa seorang
laki-laki, karena bersentuhan tangan dengan dirinyapun Jodha tidak mau
“Siapa dia Jo?” Hafiz tidak bisa memendam rasa penasarannya lebih lama.
Jalal dan Jodha hanya senyum-senyum..tiba-tiba terbersit di fikiran
Jalal untuk iseng ngerjain sahabat lamanya
“Kenalkan..saya pacarnya Jodha..nama saya Akbar” Jalal mengulurkan
tangannya pada tante Firna, om Yusuf dan juga Hafiz..mereka menyambut dengan
hangat kecuali Hafiz, dia terlihat enggan menerima huluran tangan Jalal
“Kamu..nemu dimana makhluk seperti ini Jo?” Hafiz tidak bisa
menyembunyikan kekesalannya..Jodha cekikikan tidak bisa menahan rasa gelinya
“Mas..sungguh kamu tidak mengenalnya?” Hafiz dan mamanya saling
bertatapan dan kini mata mereka menyelidik wajah Jalal..sebuah senyuman terukir
di bibir tante Firna
“Sepertiny aku mengenali matamu nak..kamu Jalal anaknya Hameeda kan?”
dengan tersenyum Jalal mengangguk mengiyakan..dan Hafiz dia segera menghambur
memeluk sahabat lamanya
“Hai..bro..sumpah..pangling..kamu banyak sekali berubah..dan
tunggu..tunggu benar kamu pacarnya Jodha?” tanyanya penuh selidik.
Tante Firna tersenyum sebelum akhirnya berkata
“Hafiz..Jalal dan Jodha itu sudah menikah nak” Hafiz kaget mendengar
status mereka
“Hah..SUDAH NIKAH? Wah..kamu curang Jalal..curi star duluan” ujar Hafiz
sambil cemberut..membuat mereka semua tertawa.
“Ehm..sudah masuk waktu maghrib..sebaiknya kita shalat dulu..habis itu
kita makan malam bersama” om Yusuf menyudahi perbincangan.
Jalal melepas jasnya, menggulung kemejanya sampai kesiku bersiap
mengambil wudhu, namun tante Firna angkat bicara
“Jalal simpan saja jasmu di kamar Jodha,, Jodha antar Jalal ke kamarmu
sayang”
Senyum misterius terukir di bibir Jalal, sepertinya Jalal merasa di beri
lampu hijau. Jodha dan Jalal berjalan berdampingan menuju kamar dilantai atas
“Kenapa senyum-senyum sendiri?” tegur Jodha
“Engga” jawab Jalal sambil menggaruk rambutnya
“Biasanya klo senyum-senyum gitu imajinasi mesum mu lagi
berkeliaran..hayo ngaku??”
“Oh..Jodha ternyata kamu telah mengenalku luar dalam ya.”
Merekapun telah sampai dipintu kamar..Jodha membuka gagang pintu
“Simpanlah jasmu dikamar..aku mau ambil wudhu dulu” namun belum juga
Jodha melangkah pergi tangan Jalal sudah menarik Jodha masuk kedalam kamar, dia
segera menutup pintu..Jodha yang tidak
sempat melarikan diri kaget karena Jalal kini sudah mengunci tubuhnya di balik
pintu, Jodha hanya mampu memejamkan mata saat wajah Jalal sudah semakin
mendekat. Setelah beberapa detik berlalu tidak ada sesuatu yang
terjadi..akhirnya Jodha membuka matanya kembali..wajah Jalal masih nampak
beberapa inci di depannya
“Aku masih bisa sabar sampai malam sayang..meski jujur kerinduanku untuk
menyentuhmu nyaris diambang batas toleransiku” ucap Jalal sambil mengecup
lembut bibir Jodha. Dari bawah tangga terdengar suara Hafiz berteriak
“Hai kalian ayo cepat turun..kami menunggumu di
mushola..kangen-kangenannya nanti dulu” kata-kata Hafiz membuat pipi Jodha
merona
“Dari dulu anak itu memang sealalu jadi perusuh!” gerutu Jalal,
merekapaun kini keluar kamar dan mengambil wudhu.
***
Selesai shalat Jalal menghampiri Jodha dan mendaratkan sebuah ciuman
dikening Jodha..
“Ehm...yang udah ga nahan” celetuk Hafiz yang masih ada di mushola..
“Ngiri aja kamu ah..makanya cepetan cari istri” bantah Jalal
“Aku nunggu jandanya Jodha” mendengar celotehan Hafiz Jalal langsung
melot..yang di pelototin malah cekikikan..ternyata Hafiz tak kalah tengil dari
Jalal. Adapun Jodha hanya geleng-geleng kepala menyaksikan kelakuan dua
laki-laki di hadapannya.
Dari ruang makan tante Firna memanggil mereka untuk segera bergabung
“Anak-anak..apa sih yang kalian ributkan? Makanannya keburu dingin!”
“Tante..anakmu nih gangguin istriku” Jalal mengadu..sambil berjalan
kearah ruang makan, tangannya merangkul pundak Jodha.
“Makanya Jalal..bantuin Hafiz cari istri biar tidak gangguin Jodha lagi”
ujat tante Firna sambil menyiapkan piring di meja makan
“Hai man..klo kamu mau nyariin istri buatku..aku pesen yang seperti
Jodha ya”
“Kamu ngebet banget sih sama istriku..sampai-sampai nyari istri juga
pengin yang seperti Jodha..lama-lama aku jadi ga percaya nih nitipin Jodha di
sini” ucap Jalal dengan nada bercanda yang diikuti dengan senyuman seluruh
anggota keluarga..sedang Jodha yang
merasa geli dengan kekonyolan suaminya menyubit pinggang Jalal
“Eh..bener lho sayang..klo Hafiz masih saja gangguin kamu, aku bawa
pulang saja kamu ke Indonesia”
“Hai tenang man..ga usah hawatir aku ga bakal gangguin Jodha..kamu
pulang sendiri aja urus perusahaanmu, biarkan Jodha menyelesaikan study nya. Di
sini..klo Jodha butuh serep aku masih bisa diandalkan” sela Hafiz,
“Enak saja kamu Fiz..kamu kira aku ban pakai serep segala”
“Stt..kalian ini kaya anak kecil ..ayo cepat makan..nanti perangnya bisa
dilanjut lagi sehabis makan” tante Firna menengahi Jalal dan Hafiz
“Klo habis makan sepertinya aku lebih tertarik 'perang bersama istriku'
dari pada perang sama si biang rusuh ini te” ucap Jalal sambil mengedipkan
sebelah matanya pada Jodha.
Merekapun kini makan malam dengan tenang..ya meski dimulut Jalal dan
Hafiz selalu bersitegang tapi itu semua tidak pernah masuk kedalam hati..mereka
sejak kecil salaing menyayangi layaknya dengan saudara.
***
Di ruang keluarga merka kini sedang bercengkrama sambil minup teh..tante
Firna dan om Yusuf menceritakan masa kecil Jalal dan Hafiz yang sering berantem
oleh hal-hal kecil tapi mereka cepat baikan lagi..mereka tumbuh bersama..bahkan
sempat menyukai anak gadis yang sama
“Kalian masih ingat Icha kan?? Tante masih ingat waktu Hafiz pulang
sambil nangis karena di suntrungin ke got sama Jalal..setelah ngerebutin
Icha..gadis manis berkacamata tetangga mereka..ternyata sampai besar selera
kalian masih sama”
“Klo Jodha mengenalku lebih dulu pasti dia akan lebih memilihku mom”
kata Hafiz..
“Fiz..kamu ga usah berandai-andai terima saja kenyataannya klo sekarang
Jalaludin Muhammad Akbar adalah suami dari Jodha Bai selalu untuk selamanya”
ucap Jalal lantang penuh kemenangan, tangan Jodha meremas lutut Jalal sebagai
tanda memperingatkan akan sikapnya yang berlebihan
“Ada apa sayang..sudah ngantuk hemm”
bisik Jalal tangannya merengkuh pundak Jodha, Jodha hanya membulatkan
matanya.
Om Yusuf kini angkat bicara, “Jalal..rencananya di Jepang kamu berapa
hari nak?”
“Seminggu om..ada beberapa pertemuan dengan investor..emm tante..om..klo
tidak keberatan, selama aku di Jepang aku akan membawa Jodha tinggal di Hotel
bersamaku”
“Itu semua hak kamu nak..klo Jodha tidak merasa keberatan silahkan saja”
jawab tante Firna
“Kenapa kamu tidak tinggal di sini saja man?” sela Hafiz
“Fiz..kamu kaya ga ngerti aja..aku lama ga ketemu istriku..dan klo aku
tinggal di sini..sepertinya aku akan terganggu dengan mulut besarmu” jawab
Jalal sambil tertawa..
“Hahaha..betul..betul..betul..klo kalian disini dijamin akan selalu aku
ganggu setiap waktu..meski sebenarnya aku masih kangen sama kamu.”
Jodha permisi duluan untuk masuk kamar dengan dalih ada tugas kuliah
yang harus dikerjakan..mata Jalal ikut mengantar kepergian Jodha dan sepertinya
raganya juga sudah sangat ingin berada bersama Jodha di dalam kamar..namun
Hafiz mengalihkan konsentrasinya, merekapun kembali larut dalam perbincangan
hangat, sesekali terdengar gelak tawa diantara mereka hingga waktu menunjukan pukul
10 malam, tante Firna yang merasa sangat ngantuk angkat bicara
“Hafiz..biarkan Jalal istirahan nak..ini sudah malam ayo pergi tidur”
“Oke..baiklah mom” jawab Hafiz mereka berdiri menuju kamar masing
masing, ketika Jalal menaiki anak tangga terdengar suara Hafiz
“Selamat menikmati malamu man!”
“O..ya..tentu..sanah pergi tidur..awas klo ngintip” mendengar candaan
Jalal, Hafiz tak bisa menahan tawanya
“Jalal..kamu harus bayar sewa kamar disini dua kali lipat biaya hotelmu
hemm”
“Hahaha..tentu saja nanti aku transfer beserta bunga-bunganya..jangan
menggangguku..dasar perusuh!” seru Jalal sambil menyusuri anak tangga, ketika
sudah di depan pintu kamar tiba-tiba dia merasa gamang, detak jantungnya seolah
lebih cepat, mengingat malam ini dia akan tidur dengan gadisnya..perlahan Jalal
membuka pintu dan menutupnya kembali. Saat berada di kamar, Jalal harus kecewa
karena Jodha sudah meringkuk tidur di dalam selimut tebal yang menutupi seluruh
tubuh kecuali kepalanya yang masih terbalut kerudung.
Dia segera bergegas ke kamar mandi menggosok gigi dan mengambil
wudhu..ya berwudhu meski untuk pergi tidur karena sekarang Jalal selalu menjaga
wudhunya, seperti Bilal bin Rabah sahabat Rosululloh SAW yang terompah atau
sendalnya sudah terdengar di surga meski orangnya masih hidup, kabar itu di
sampaikan malaikat Jibril pada Rosululloh karena Bilal bin Rabah selalu menjaga
wudhunya.
***
Jalal melepas kemeja dan celana panjangnya, kini dia hanya mengenakan
kaos dalam dan celana boxer, ia segera membenamkan diri di bawah selimut yang
sama dengan Jodha
“Selamat tidur sayang” ucap Jalal sambil mencium kepala Jodha dari balik
kerudungnya..menyesap harum khas tubuh istrinya, harum yang selama ini ia
rindukan, Jalal memeluk Jodha..dadanya menempel pada punggung Jodha, tak butuh
waktu lama untuk dia terlelap dalam tidur indahnya, tidur penuh kedamaian
bersama wanita yang begitu ia cintai.
***
Menjelang jam dua dini hari Jodha menggeliat merasakan beban berat
disekitar pinggang dan kakainya..ya beban dari tangan Jalal yang melingkar di
pinggangnya dan kaki Jalal yang menindih kakinya, namun ia pun segera tersenyum
merasakan kehangatan yang menjalar di seluruh tubuhnya, Jodha segera membalikan
badan menghadap Jalal
“Assalamu'alikum suami gantengku..ayo bangun!” Jodha berbisik ditelinga
Jalal, tangannya menepuk pelan pipi suaminya
“Hai tukang tidur ayo bangun..jauhkan lambungmu dari tempat tidur,
maukah aa gantengku jadi imam shalat tahajud hemm??” perlahan Jalal membuka
mata, sambil tersenyum dia menatap istrinya dengan lembut
“Wa'alaikumsalam istriku yang cantik..tentu sayang aku mau jadi
imammu...Jo perasaanku saat ini sangat bahagia..bangun di sepertiga malam
terakhir bersama dengan dirimu, bidadari surgaku.”
Mereka bergegas mengambil wudhu dan shalat tahajud bersama dan larut
dalam rasa syukur atas kemurahan sang Robb mempertemukan kembali mereka dalam
balutan cinta..Jalal mendekat pada istrinya, tangannya diletakan di ubun-ubun
Jodha sambil melafalkan do'a pengantin
“Afwan sayang..aa baru membacakannya untukmu” Jodha segera meraih tangan
Jalal lalu menciumnya
“Tidak apa-apa a..lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali” kini
Jodha menagis dalam pangkuan Jalal
“Ma'afkan aku juga suamiku..aku belum bisa menjadi istri yang baik..aku
telah pergi tanpa izinmu..beri aku kesempatan sekali lagi untuk bisa mengabdi
padamu..menjadi sebaik-baik perhiasan dunia..menjadi istri shalehah”
“Tentu sayang..karena aku pun ingin merajut mimpi bersamamu..membangun
keluarga, membangun cinta dalam naungan Ridha-Nya” Jalal mengangkat kepala
Jodha, mencium kening sambil berkata, “Ana uhibbuki fillah sayang”, lalu
mencium kedua pipi Jodha sambil berkata, “Jangan pernah tinggalkan aku lagi
sayang..(hening sesaat)..mm.. Jo bolehkah aku mencium bibirmuu..akhir-akhir ini
aku sering memimpikannya” Jodha mengangguk memberi persetujuan.
Sebuah ciuman lembut dan mendalam yang sukses membangkitkan hasarat
keduanya, memicu naluri yang menuntut pemenuhan dalam bingkai kehalalan, Jalal
melepaskan bibirnya, ibu jari Jalal menyapu lembut bekas jejak bibirnya di
bibir bawah Jodha
“Sayang.. klo tidak keberatan boleh aa buka hijabmu?”
“Ya tentu.. sekarang semuanya telah menjadi hak mu..bukan hanya yang
dibalik hijab..namun juga semuanya.. ya suamiku kini setiap inci tubuhku telah
menjadi milikmu” Jalal mengerlingkan matanya genit
“O.. ya.. jadi boleh nih aa menuntut hak sebagai suami hemm??”
Jodha menunduk sambil mengangguk, menggigit bibir bawahnya, mukanya kini
memerah sewarna dengan tomat mengkel yang ranum. Jalal segera mengangkat tubuh
Jodha dan mendudukannya di tepi ranjang.. tangannya perlahan membuka hijab
Jodha, membelai rambut hitam yang tergerai indah, keduanya saling menatap dan
mendekat hingga tercipta sebuah keintiman yang membuat malaikat rahmat tersipu
malu, dan melenggang dengan kelegaan, meninggalkan dua insan yang saling
memberikan kewajiban dan hak sebagai seorang istri dan suami.
* * *
* * * * * * * * * * * * * *