By
Seni Hayati
“Dari sekian banyak nikmat dunia cukuplah Islam sebagai nikmat
terindahku, dari sekian banyak kesibukan cukuplah ketaatan sebagai kesibukan
yang mengiasi hari-hariku, dari sekian banyak pelajaran cukuplah kematian
sebagai pelajaran terbaikku” (Ali bin Abu Thalib)
Hari ini kantor Jalal kedatangan tamu agung bernama Jamal perwakilan
dari Barmal corp sebuah perusahaan ternama yang akan menanamkan sebagian besar
sahamnya di perusahaan Jalal.
Adanya suntikan dana ditampah kerja keras Jalal, kini perusahaan yang
dipimpinnya maju pesat.
Jalal sendiri tidak tau klo sebenarnya Barmal corp itu perusahaan milik
ayahnya Jodha (semoga saja Barmal tidak sedang merencanakan sesuatu yang buruk
untuk mantunya ini) selesai membicarakan maslah bisnis mereka masih
bercengkarama di sela-sela waktu makan siang, Jalal memang sengaja menjamu
tamunya
“Pemuda tampan dan sukses sepertimu tentu banyak di incar para wanita
cantik..betul kan?” tanya Jamal tepatnya Sujamal mencoba menyinggung masalah
pribadi.
Mendengar sanjungan rekan bisnisnya Jalal hanya tersenyum
“Saya sudah menikah” ucap Jalal
“0..ya..beruntung sekali wanita yang jadi istrimu Mr. Jalal”
“Bukan dia yang beruntung mendapatkan saya..tapi saya yang sangat
beruntung memiliki istri seperti dia”
“Wow..sepertinya dia wanita yang special buat anda” mendengar kata-kata
Sujamal, Jalal tersenyum, fikirannya
berkelana membayangkan sosok Jodha
“Sangat.. sangat special.. namun
sayang, saya terlambat menyadarinya” raut muka Jalal berubah mendung.
(Sujamal sebenarnya orang suruhan Barmal (ayah Jodha) yang bertugas
mencari tau tentang Jodha, Barmal tau klo anaknya sudah menikah dengan Jalal,
dia memantau terus perkembangan Jodha..hanya saja beberapa minggu terakhir ini Jodha seolah menghilang ditelan bumi
terlepas dari pantauan sang ayah, hingga akhirnya Barmal menyuruh Sujamal untuk
mengorek informasi tentang Jodha. Kerjasama dengan perusahaan Jalal merupakan
langkah awal yang dilakukan Barmal, entah ada rencana apa lagi yang segera Barmal
lakukan)
***
Melihat perubahan ekspresi wajah
Jalal, Sujamal merasa penasaran
“Memang apa yang terjadi sampai anda merasa terlambat menyadariny?” ucap
Sujamal kepo..
“Istriku kini telah pergi meninggalkanku..entah kemana, aku sendiri
tidak menmukan jejaknya.”
Entah kenapa Jalal begitu percaya menceritakan hal pribadi pada orang
yang baru dikenalnya, mungkin dia hanya ingin curhat dengan sesorang,
mengurangi kegundahan jiwanya
****
Jalal pulang kerumah agak larut malam, Ammijan yang menunggunya dari
tadi nampak khawatir
“Kamu baru pulang nak?..ibu lihat kamu akhir-akhir ini sangat gila
kerja..coba seimbangkan waktumu jangan sampai mendzolimi diri sendiri, kasihan
tubuh mu” ammijan memberi petuah, Jalal duduk menyandar di sofa sambil
melonggarkan dasinya
“Aku menyibukan diriku..agar tidak teringat dengan istriku mi..semakin
aku banyak diam semakin aku memikirkannya..semakin patah juga hatiku” penuturan
Jalal membuat ammijan terenyuh, sempat ia akan mengatakan sejujurnya keberadaan
Jodha sebelum akhirnya dia membulatkan tekadnya kembali, menunggu waktu yang
tepat hingga Jalal benar-benar berubah.
“Aku keatas dulu ya mi..”
“Istirahatlah sayang..yakinlah klo kalian masih berjodoh pasti Alloh
akan mempertemukan kembali dengan Jodha..tidak ada yang mampu menghalangi ketika
Alloh SWT sudah berkehendak”
“Iya mi...syukron” ucap Jalal sambil mencium pipi ammijan.
Jalal membuka pintu kamar, seperti biasa kamar ini selalu membuatnya
sesak, aura Jodha terasa di mana-mana, Jalal menghampiri ranjang sambil
tersenyum..
“Biasanya kamu tidur meringkuk di ranjang ini,,pada malam hari disaat
kamu terlelap aku selalu berusaha mengikat hasratku..meski aku sangat ingin
menyentuhmu, menghabiskan malam denganmu seperti pasangan suami istri laiinya”
Jalal berbicara sendiri, dia meraih bantal yang sering di pakai Jodha, dicumnya
bantal itu, dihirupnya wangi khas Jodha yang masih tersisa, Jodha memang tidak
pernah menggunakan wewangian ketika diluar rumah, tapi ketika berada di dekat
suaminya dia selalu nampak segar dengan parfum non alkoholnya yang lembut.
“Jodha apakah kamu sedang memikirkanku juga sekarang..orang-orang bilang
klo kita memikirkan seseorang maka orang itu pun sedang memikirkan kita.. atau
mungkin dia sama sekali tidak memikirkanku.. karena cintaku bertepuk sebelah
tangan..ya Alloh tolong sampaikan salamku padanya.. tolong katakan klo aku
sangat merindukannya”
***
Di sebuah kamar di negeri nan jauh disana Jodha tiba-tiba tersenyum
sendiri, meski buku di depannya terbuka namun fikirannya melayang
“Ya Alloh mengapa lelaki begajulan itu selalu menari-nari di otak
ku..aku rindu tingkah polah isengnya..kecerdikannya dalam membalikan
kata-kataku yang selalu sukses membuatku harus menuruti apa maunya”
Jodha terkenang kejadian pada suatu malam, disaat ia sangat ngantuk,
baru saja Jodha menarik selimutnya
“Jo..aku laper”
“Ya udah sana makan!”
“Ga ada yang bisa dimakan..” rengek Jalal manja
“Bikin ramen aja sana..kan simpel..bisa sendiri..ga perlu gangguin orang
tidur!” jawab Jodha ketus
“Kamu kan bialng klo banyak makan ramen ga sehat..bikinin nasi goreng
dong..Jo ayo lah”
“Aa..aku ngantuk sekali”
“Kamu mau dapet pahala ga?atau kamu mau berdosa karena membiarkan
suamimu kelaperan sepanjang malam hmmm?”
Akhirnya Jodha dengan mata setengah terpejam berjalan menuruni tangga
menuju dapur, beberapa kali Jodha harus duduk di anak tangga sambil kembali
memejamkan matanya, namun Jalal membangunkannya
“Hai..ayo..klo kamu tidur disini aku cium ya”
Ancaman Jalal yang sukses membuat Jodha membelalakan matanya..sambil berlari
ngacir menuju dapur, Jalal hanya terkekeh dengan kejahilannya.
Jalal membantu Jodha memakai celemek, sambil modus biar bisa peluk-peluk
Jodha dengan pura-pura nyari tali celemek.
“Hai..masang tali celemeknya lama banget..kalau aa terus memeluku seperti
ini bagai mana aku bisa memasak hmm!”
“Habis..klo udah nempel sama kamu, aa ga bisa lepas” kilahnya membela
diri.
Jodha tertidur di atas bukunya bersama mimpi yang sama, mimpi-mimpi yang
terus berulang, mimpi bertemu dengan laki-laki tampan dengan dihujani kelopak
bunga sakura yang berguguran.
****
Jalal tiba-tiba terbangun dari tidurnya..dia seolah mendengar lantunan
ayat suci Al Quran yang dibacakan oleh Jodha
“Ya..Alloh kenapa fikiran ini selalu berhalusinasi”
Jalal duduk menyandar pada kepala ranjang, diraihnya gelas yang berada
di sisi tempat tidur, sebelum akhirnya ia beranjak mengambil wudhu dan
menjalankan qiyamu lail, rutinitas yang selalu ia lakukan meski Jodha sudah
tidak lagi di sisinya..Jalal larut dalam do’a-do’anya yang panjang. Dan Jodha
kini menjadi inti dari do’anya, meski
sekarang Jalal faham perubahan sikapnya semata-mata bukan karena Jodha
tapi karena mengharap ridha dari Zat yang menggenggam jiwanya (Alloh
SWT)..adapan jika suatu saat mereka bertemu dan bersatu kembali itu semata-mata
bonus dari Alloh.
***
Pagi hari seperti biasa Jalal sibuk mengenakan setelan kerjanya,
lagi-lagi apapun yang ia lakukan selalu
mengingatkan pada Jodha..seperti sekarang Jalal sedang mengadap cermin
besar sambil mengenakan dasi, biasanya tangan rambing itu yang
mengenakannya..itu saat yang selalu Jalal tunggu, karena saat mengenakan dasi
dia bisa bebas menatap Jodha dari jarak dekat, menelusuri setiap inci wajah
lembutnya yang keibuan atau hanya sekedar iseng pura-pura nunduk agar hidungnya
bisa menyapu hidung Jodha.
***
Bela sekretaris Jalal memasuku ruangan, dia mengatakan investor Jepang
yang beberapa waktu lalu datang ke kantornya meminta Jalal untuk datang ke
Jepang dalam rangka menindak lanjuti kerjasama bisnis, Jalalpun segera meminta
Bela untuk mengurus segala keperluanya, dua hari lagi setelah beberapa urusan
bisnis di Bandung beres dia akan segera terbang ke Jepang menemui rekan
bisnisnya tuan Yamato. Untuk sementara dia mempercayakan segala urusan
perusahaan pada Bairan. Ibu Hameeda yang mendapat kabar akan perjalanan bisnis
anaknya ke Jepang merasa kaget
‘Mungkinkah disana mereka akan bertemu..klo memang berjodoh pasti Alloh
akan mempertemukan mereka kembali, tidak ada pengatur sekenario terbaik selain
Alloh..andai pun mereka bertemu aku berharap Jodha sudah bisa menerima Jalal’
Hameeda berguman dalam hatinya, sebuah senyuman penuh harap menghiasi wajah
bijaksananya.
***
Hari yang ditentukanpun tiba Jalal diantar ibu Hameeda ke bandara
“Hati-hati sayang..sesampainya disana kamu kabarin ammi ya” pinta
Hameeda pada anak kesayangannya
“Oke..siap mi” jawab Jalal sambil mencium tangan Hameda
“Ammi mau oleh-oleh apa hemm?”
“Ammi ingin kamu pulang dengan membawa menantu ammi”
“Ya..semoga saja aku bertemu dengan cintaku di sana mi..bukannya do’a
seorang ibu itu selalu terkabual”.
***
Jam 3 sore hari waktu Jepang, seorang gadis berkerudung lebar berwarna
pink dengan baju senada sedang menikati indahnya musim semi di taman sakura, tepatnya
di Ueno Park sebuah taman sakura yang terletak di dekat setasiun Ueno pusat
kota Tokyo dahulunya taman ini merupakan bagian dari Kuil Edo Kaneiji, gadis
itu duduk di sebuah bangku kayu di bawah pohon sakura, ditemani sebuah buku
yang selalu hadir di genggamannya, kini gadis itupun larut dengan bukunya.
***
Jalal yang merasa bosan tinggal di hotel melangkahkan kakinya mencoba
mencari udara segar
‘Kenapa aku tidak pergi ketaman sakura Ueno Park saja’ pikirnya, taman
itu tidak jauh dari hotelnya bahkan bisa dijangkau dengan berjalan kaki, ini
musim semi yang indah, meski sebenarnya ia sempat memimpikan menikmati indahnya
musim semi di Jepang dalam sebuah perjalanan bulan madu bersama wanita yang
dicintainya, bukannya sebagai joblo yang kesepian seperti sekarang.
Setelah lama mengitari taman tersebut sambil jeprat sana jepret sini
mengabadikan momen indah di taman sakura, Jalal segera mencari tempat duduk
untuk mengistirahatkan kakinya yang terasa pegal, fisi matanya menemukan sebuah
bangku di bawah salah satu pohon sakura, dia melihat ada seorang gadis
berkerudung lebar berwarna pink sedang duduk disana, karena tidak ada pilihan
lain Jalalpun menghampiri bangku tersebut, sempat merasa aneh juga ada seorang
wanita berkerudung lebar di Jepang, ketika jarak mereka semakin dekat Jalal
merasakan detak jantungnya berdetak cepat, berkali-kali ia mengusap matanya,
karena ia berfikir ini hanya halusianasi, tapi ternyata ini sebuah kenyataan
bukan mimpi atau halusinasi, gadis yang tengah larut dalam bacaan bukunya adalah
wanita yang selama ini ia cari, wanita
yang selalu hadir dalam fikirannya..ya dia adalah Jodhanya.
“Ma’af nona boleh saya ikut duduk?” tanya Jalal sopan
“Iya silahkan” jawab Jodha sambil menggeser duduknya, tapi pandangannya
tetap fokus pada buku yang ia baca, konsentrasinya yang total pada bacaannnya
tidak sanggup mengaitkan suara yang begitu ia kenal kedalam file di memori
otaknya, sempat sih Jodha berfikir kenapa orang disampingnya menggunakan bahasa
ibu ‘bahasa Indonesia’ tapi dia berfikir
lagi pasti banyak orang Indonesia yang juga tinggal di Jepang.
Jalal masih menatap Jodha lekat-lekat, sebenarnya ia ingin sekali
menarik gadis itu dalam pelukannya, namun dia urungkan lagi niatnya, meskipun
hatinya kini bergejolak ingin melepas rindu dengan gadis cantik yang duduk
dengan cuek disampingnya tersebut
‘Ternyata dia belum berubah, klo sudah bergaul dengan buku akan abai
dengan dunia sekitarnya’ ujar Jalal dalam hati, ingin sekali tangannya
mengangkat dagu gadis itu agar mengalihkan pandangannya dari buku agar beralih
menatapnya, tapi Jalal tau pasti seandainya hal itu ia lakukan pasti buku itu
akan segra melayang mendarat di pipinya.
********************************