Versi
asli Bag. 65 - 67
By:
Viona Fitri
Jalal
menghambur memeluk tubuh Jodha yang masih meringkuk memeluk ke dua lutut.
Tangis nya makin kuat begitu Jalal menarik kepala Jodha ke dada bidang nya. “Maafkan
aku Jodha... Aku tidak bermaksud menyakiti mu. Tolong maafkan aku dan jangan
menangis lagi.” ucap Jalal lembut.
“Jalal....
Apakah ego mu lebih besar dari rasa cinta mu pada ku? Kenapa kau selalu saja
menyakiti ku. Apa kau mencintai wanita lain selain diri ku? Atau dendam mu
masih tersimpan pada ku?” Jodha memukul dada Jalal bidang suami nya.
Air mata
Jalal mulai meleleh merembes membasahi pipi nya. “Aku minta maaf Jodha. Tolong
maafkanlah aku. Aku hanya mencintai mu saja. Hanya kau yang aku cintai. Jangan
katakan hal itu lagi.”
“Kau
selalu saja menyakiti hati ku Jalal. Aku berusaha tegar demi anak kita. Kau
selalu saja cemburu dengan Surya. Dia hanya bagian dari masa lalu ku. Tapi kau
selalu salah paham akan hal itu. Sudah ku katakan berulang kali pada mu, aku
benar-benar mencintai mu, aku akan selalu setia pada mu. Aku juga akan selalu
mematuhi perintah ku. Dan kalau sekarang kau ingin menceraikan ku, ceraikan
saja aku Jalal....”
“Apa yang
kau katakan Jodha? Aku tidak akan pernah menceraikan mu. Kau sedang mengandung
anak kita. Jangan menyakiti mereka dengan cara seperti ini.”
“Hiks...
Hiks... Kau selalu saja berkata aku mencintai mu Jodha, aku mencintai mu. Tapi,
apa hanya karna Surya memeluk ku, kau menjadi jauh dengan ku. Kau tidak
mempercayai ku.”
“Jodha
dengarkan aku, hanya kau yang aku cintai. Aku hanya merasa sakit ketika Surya
memeluk mu. Aku tidak bisa menerima pria manapun menyentuh istri ku. Kau hanya
milik ku selama nya dan akan tetap begitu.”
“Tapi aku
tidak cemburu seperti mu saat Ruqayah memeluk mu.”
“Karna dia
adalah sepupu ku Jodha. Sudahlah Jodha... Aku tidak ingin kita bertengkar lagi.
Sebentar....” Jalal mengambil sesuatu dari dalam jas nya. Itu adalah bunga
mawar putih yang ia beli di toko bunga siang tadi. Bunga itu adalah bunga
kesukaan Jodha. Dia adalah lambang kehidupan bagi Jodha. Bunga mawar mempunyai
duri yang tajam dan harum yang semerbak. Indah tapi menakutkan. Begitu Jodha
pernah berkata. Jika seseorang ingin mencapai suatu keinginan nya, ia harus
berusaha melewati setiap rintangan yang penuh dengan duri. Tapi setelah
keinginan nya terwujud, itu akan indah bagi nya. Seperti kelopak mawar yang
menebarkan keharuman nya pada dunia.
“Jodha ini
aku membelikan bunga untuk mu. Aku harap kau mau menerima bunga ini dan
memaafkan ku.” Jalal menyodorkan bunga mawar putih pada Jodha.
Sejenak
Jodha menghela nafas panjang. Seperti nya, Jalal benar-benar menyesali
perbuatan nya. Dan setiap manusia, berhak mendapatkan kesempatan kedua dalam
hidup nya.
Jodha
mengambil bunga mawar putih itu dan menghirup aroma nya. “Aku menerima bunga
ini dan memaafkan mu. Berjanjilah, tidak akan mengulangi kesalahan mu lagi.
Jangan pernah merasa cemburu pada Surya lagi. Sekarang kita sudah menjadi
keluarga.” Jodha memeluk erat Jalal lagi.
“Terimakasih
Jodha.” Jalal mencium pucuk kepala Jodha. Menghapus air mata nya yang sudah
mulai berhenti. “Maafkan Abujaan ya nak... Abujaan janji tidak akan membuat
Ammijan kalian menangis lagi.” Jalal mengelus lembut perut Jodha.
“Abujaan
tidak akan memarahi Ammijan lagi sekarang.” Jalal mencium perut Jodha dan
menempelkan telinga nya disana. “Sayang... Aku mendengar mereka mau memaafkan
ku. Terimakasih anak ku.” Jalal mencium perut Jodha dan menggendong nya menuju
kamar. Tangan Jodha melingkar di leher suami nya. Ia menatap wajah itu dalam
dan kedamaian mulai merasuki tubuh nya. Jodha sedikit bergeliat mencium bibir
Jalal. Mereka saling membalas perang antar lidah.
Sampai di
depan pintu kamar, kaki Jodha mendorong pintu dan masuk ke dalam nya. “Apakah
aku berat sayang?” tanya Jodha pelan. “Tidak... Kau lebih ringan dari yg ku
bayangkan.”
“Apakah
kau tetap mau menggendongku ketika perut ku sudah akan bertambah besar nanti?”
“Tentu...
Kenapa tidak? Aku bahkan akan selalu menggendong mu kapan pun kau mau.”
Jalal
membaringkan tubuh Jodha di atas tempat tidur. Di lihat nya hidung bangir istri
nya yg sudah bersentuhan dgn istri nya. “Kau hanya akan tetap menjadi milik ku
selama nya. Dan hanya aku aku yg boleh menyentuh mu. Kau tdk di izinkan untuk
lebih dekat dengan pria lain, selain suami mu.” Terasa nafas Jalal yang mulai
menyapu wajah nya. Hangat dan membuat Jodha tdk tahan lagi untuk segera memadu
kasih dgn nya.
Jodha
menarik Jalal pada nya. Mencium dan melumat dlm mulut mereka. Jalal mulai
merambah ke leher Jodha & memberi nya tanda kissmark besar di sana. Jodha
menggelinjang merasakan ciuman hangat & terasa basah di leher nya itu.
Mereka kembali memadu kasih. Menghilangkan segala keresahan mereka yg membuat
mereka takut kehilangan satu sama lain. Menyadari, keegoisan yg telah
menyebabkan ke dua nya menjauh. Karna Cinta mengajarkan kita untuk saling
menerima & memberi.
Hari-hari
kehamilan Jodha sudah pada tahap ke sembilan. Tak terasa waktu berlalu begitu
cepat sekali. Rasa nya baru semalam Jodha mengandung dan kini usia kandungan
nya sudah berusia sembilan. Segala persiapan calon bayi mereka telah di
lakukan. Keluarga dari Amer pun sudah datang ke rumah mereka dengan membawa
hadiah untuk calon bayi.
Tak
ketinggalan dengan kelurga Jalal dari Delhi pun turut hadir meramaikan suasana
di rumah Jodha.
Jodha
semakin memperhatikan Jodha lebih banyak dari bulan-bulan yang lalu. Setiap
malam menyanyikan lagu penghantar tidur untuk Jodha. Menyuapi Jodha makan dan
mengelus perut Jodha sebelum tidur.
Siang itu,
semua keluarga sedang berkumpul di ruang keluarga. Jodha yang perut nya sudah
sangat besar, tak banyak bicara seperti biasa nya. Ia hanya menjadi pendengar
setia saja.
“Lihatlah
Jiji ku itu Masa, dia hanya mendengarkan kita berbicara saja. Padahal dulu
Jodha Jiji sangat cerewet sekali dari pada aku. Sekarang jiji hanya tersenyum
saja mendengarkan cerita kita.” ledek Sukanya.
“Sukanya,
jiji sedang hamil besar saat ini. Sebentar lagi dia akan melahirkan keponakan
yang sangat menggemaskan untuk mu. Jiji mu sangat membutuhkan lebih banyak
istirahat lagi.” ucap Meinawati memberi penjelasan.
“Seperti
nya Jiji ku sangat menikmati hari-hari menjelang kelahiran nya. Aku berharap
bayi Jiji kembar. Agar aku dan Sukanya jiji tidak saling berebutan.” kata
Shivani sambil terkekeh memperhatikan wajah Sukanya yang sudah seperti sangat
kesal pada nya.
“Kalian pikir,
bayi adalah boneka yang bisa di mainkan dan di perebutkan?” tanya Hamida.
“Mereka
memang seperti itu Ammijan, Selalu saja tidak bisa akur. Sukanya tidak ingin
kalah dari Shivani. Dan Shivani juga tidak mau kalah dari semua jiji nya. Dia
adalah anak yang polos. Tapi aku senang mempunyai adik seperti mereka. Rumah
kami tidak pernah sunyi. Selalu saja ada masalah yang membuat kami harus
bertengkar terlebih dahulu.” Jodha angkat suara. Sukanya dan Shivani berebut
memeluk Jodha. Mereka mengelus dengan lembut perut Jodha yang sudah besar.
“Jiji aku
merasakan gerakan nya.” kata Shivani riang.
“Jodha
jiji, aku tidak hanya merasakan gerakan nya saja, tapi aku juga mendengar
mereka bersuara.” Sukanya tak mau kalah.
“Mereka
belum bisa bicara Sukanya. Kau ada-ada saja.” Jodha tersenyum di kulum. Shivani
yang merasa menang, menjulurkan lidahnya pada Sukanya.
“Shivani,
Sukanya... Jiji mu harus istirahat dulu. Bhaijan akan mengantarnya ke kamar.”
Jalal memegang pundak Jodha dan menuntun nya menaiki anak tangga.
* * *
* *
Jodha
duduk di tepi ranjang sambil menggenggam tangan Jalal. “Jodha sebentar lagi
kita akan menjadi orang tua. Aku benar-benar tidak sabar menanti hari kelahiran
bayi kita.” Jalal membaringkan kepala nya di pangkuan Jodha.
Jodha
mengelus lembut rambut Jalal yang terasa bergelombang di sela jemari nya. “Aku
juga tidak sabar menunggu hari kelahiran anak kita sayang... Tapi sebentar lagi
itu pasti akan terjadi.” Jodha mencium kening Jalal lama.
“Sayang...
kenapa jadi kau yang manja. Ayo bangun jangan tidur di pangkuan ku lagi.”
Jalal
bangkit dan memperhatikan wajah Jodha lebih dalam lagi. Mata nya, hidung nya,
bibir nya dan pipi nya sangat indah sekali melekat dalam diri nya. Jodha yang
di perhatikan seperti itu merasa jengah dan mencubit pinggang Jalal pelan.
“Kau
kenapa menatap ku seperti itu sayang? Apa aku terlihat jelek ya?” tanya Jodha
yang membuat Jalal tersadar dari lamunan nya.
“Tidak.
Aku tidak bilang begitu. Kau tau sayang... Ketika kau kau mengandung, wajah
mu....” Jalal menggandung kata-kata nya. Jodha meraba wajah nya yang sedari
tadi di tatap lekat oleh pria bermata elang itu.
“Kenapa
dengan wajah ku? Kau ingin berkata wajah ku tembem kan? Aku sudah tau.” kata
Jodha ketus.
“Aku tidak
bilang begitu sayang.... Wajah mu sangat berseri sekali ketika kau mengandung.
Sorot mata mu, selalu memancarkan kedamaian bagi siapa saja yang melihat nya.
Lalu, aku merasa benar-benar sangat beruntung memiliki mu. Tapi setelah kau
hamil, kau sudah melupakan satu hal...”
“Melupakan
satu hal? Apa itu? Seperti nya aku selalu meminum susu yang kau berikan pada
ku. Lalu aku juga sudah mulai makan dengan teratur. Katakan pada ku, apa yang
aku lupakan?” tanya Jodha dengan ekspresi bingung nya.
CUP ....
Jalal mencium bibir Jodha lama. Melumat dan merasakan lebih dalam lagi. Tapi
segera sebelum hasrat nya memuncak, Jalal mengakhiri ciuman nya &
mengerling nakal pd Jodha.
“Kau lupa
mencium ku Jodha. Dan lagi akhir-akhir ini jatah malam ku berkurang.”
“Tapi kau
yg selalu berkata pd ku, bahwa kau tdk ingin terlalu banyak ambil Jatah malam
karna mengkhawatirkan keadaan ku dan calon bayi kita.” Jodha terdiam sejenak.
Kemudian menarik nafas perlahan dan mulai mencium bibir Jalal dengan gairah
yang mulai menggelora. Dan malam itu adalah malam dimana Jalal merasakan
keinginan nya terpenuhi kembali.
Fajar
mulai menyingsing membiaskan cahaya nya ke seluruh muka bumi. Tetesan-tetesan
embun, menyejekkan pagi yang masih berkabut itu. Burung-burung pun baru terbang
dari sangkar mereka melintasi cakrawala. Sementara awan hitam, tampak mulai
berjalan bergeser di gantikan awan putih.
“Ah...
Aww...” Teriak Jodha yang langsung membuat seluruh isi ruangan terkejut.
Terlebih Jalal yang tidur di samping nya. “Kenapa Jodha?” tanya Jalal panik. “Sayang
seperti nya aku akan segera melahirkan. Sakit sekali....” Jodha memegang perut
nya yang sudah terasa mulas dan sakit sekali. “Baiklah kita akan segera ke
rumah sakit sayang. Kau bersabarlah.” Jalal mengendong tubuh Jodha yang sangat
berat itu. Ia tidak memperdulikan lagi seberapa berat tubuh Jodha saat ini.
Yang ada di pikiran nya, hanyalah segera membawa Jodha ke rumah sakit.
Jalal
menggendong Jodha masuk ke dalam mobil di ikuti Hamida dan Meinawati yang juga
ikut masuk bersama Jodha untuk memberikan dukungan mereka. Sementara Shivani
dan Sukanya menyusul Jiji nya dengan Taxi.
* * *
* *
Sesampai
nya di rumah sakit, Jodha langsung di masukkan ke dalam ruang bersalin. Jalal
dengan setia menemani Jodha berjuang demi melahirkan anak mereka. Peluh nya
terus saja mengucur deras membasahi anak rambut Jodha. Sebenar nya, Jalal tidak
tega melihat Jodha menderita seperti itu. Tapi, Jodha hanya tersenyum sambil
menarik dan membuang nafas nya perlahan.
'Oek...
Oek...' Seorang bayi mungil telah di lahirkan dengan kondisi sehat. Jodha
tersenyum menatap bayi nya yang akan segera di bersihkan. Jalal mencium kening
Jodha penuh haru bercampur bahagian. Tiba-tiba Jodha merasakan mulas lagi dan
segera menarik nafas dan membuang nya perlahan. Dokter kembali membantu
persalinan Jodha yang kedua.
Wajah
Jodha sudah sangat pucat sekali. Jalal sangat khawatir dengan Jodha yang
terlihat sudah tidak akan mampu untuk mengeluarkan bayi mereka yang kedua.
“Jodha...
Bertahanlah! Kau harus kuat sayang... Ayo, kau harus bersemangat demi anak
kita.” Jalal tak henti-henti nya memberikan semangat pada Jodha.
'Oek...
Oek... Oek...' seorang bayi Perempuan kali ini yang terlahir. Bayi pertama
laki-laki, dia sangat tampan seperti Jalal. Dan bayi kembaran nya yang
perempuan, sangat mirip dengan Jodha.
Setelah di
bersihkan Dokter membawa ke dua bayi itu untuk di beri Asi terlebih dahulu.
Para anggota keluarga langsung menyeruak masuk dan mengucapkan beribu Syukur
atas kehadiran si kembar.
“Alhamdulillah
Jodha, anak-anak mu sehat semua.” Hamida menengadahkan tangan nya penuh haru.
“Jodha
Jiji, keponakan-keponakan ku sangat menggemaskan sekali. Akan di beri nama
siapa mereka?” tanya Shivani yang mengelus si kecil.
Jodha
menatap Jalal yang juga memandang ke arah nya. “Aku akan memberi nama putri ku
Aram Bano. Dan anak lelaki nya, ibu nya yang harus memberi nama.” kata Jalal
sambil mengelus putri mereka.
Pandangan
Jodha beralih pada si kecil di samping Aram. Dia adalah pertama mereka. “Dia
sama tampan nya seperti ayah nya. Aku ingin memberi nama nya Salim.” Jodha
mencium kepala anak mereka satu persatu.
Jalal
sangat gembira, bahkan sulit untuk mengekspresikan keadaan hati nya saat itu.
Jalal mendekap keluarga kecil bahagia nya itu. Para anggota keluarga pun
tersenyum penuh haru pada mereka.
“Sayang
sekarang kau sudah menjadi seorang ayah bagi kedua anak kita. Kau tidak boleh
bersikap manja lagi. Aku akan mulai membagi perhatian antara suami dan
anak-anak.” Jodha mencium pipi Jalal yang berada di dekat nya.
Para
anggota keluarga mengerti dan memberi Privasi untuk mereka. “Jodha, Jalal...
Kami keluar dulu.” Meinawati beserta anggota keluarga nya meninggalkan tempat
itu.
Mereka
saling memeluk penuh haru. Rumah tangga mereka semakin penuh warna dengan
kehadiran anak-anak mereka. Semua nya begitu indah pada waktu nya.
TAMAT
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~