“Apa kau
sakit?” tanya Jalal yg langsung meletakkan tangannya di kening Jodha. Jalal juga memegang wajah
Jodha dengan kedua tangannya.
Tindakan
Jalal yg tiba-tiba seperti itu membuat Jodha kaget, dia juga merasa malu karna
Jalal melakukan itu di depan semua karyawan Jalal. “A...a..aku ti..dak apa-apa Jalal, aku
hanya merasa sedikit kelelahan,” Jodha berkata dengan terbat-bata.
Jalal
menatap wajah Jodha dengan lekat. Wajah gadis ini memang terlihat pucat meski
dia telah menutupnya dengan make-up di wajahnya. “Baiklah aku antar kau pulang sekarang,” kata Jalal langsung
mengandeng tangan Jodha.
Tapi
tiba-tiba. “BRUUUUKKKKk”
Dari jauh
Jalal dan Jodha melihat Ruqyah terjatuh pingsan. Jalal langsunge berlari kearah
Ruqyah, Jodha pun ikut berlari di belakang Jalal. Jalal langsung meraih tubuh Ruqyah kedalam
pangkuannya, “Ruqyah.... Ruqyah... Kau kenapa? Ruqyah bangun,” kata Jalal
sambil memukul-mukul wajah Ruqyah dengan pelan untuk menyadarkannya. Jalal
terlihat sangat cemas, dan Jodha melihat itu dengan jelas diwajahnya. Terbesit
rasa cemburu melihat Jalal begitu mengkhawatir wanita lain di hadapannya.
Melihat
Ruqyah yg tidak juga sadar, Jalal lalu mengendongnya. Membawanya ke dalam
ruangannya, Jodha mengikuti Jalal dari belakang. Jalal langsung merebahkan
tubuh Ruqyah diatas sofa, dia memoleskan minyak kayu putih di hidung Ruqyah, berharap itu bisa menyadar
Ruqyah. Jodha terus memperhatikan Jalal yg duduk di samping Ruqyah, terlihat sekali Jalal
begitu menyayangi Ruqyah. Hatinya merasa sakit melihat itu semua, matanya mulai
berkaca-kaca tapi dengan cepat di hapusnya. Jodha tidak ingin Jalal tau bahwa dia tidak menyukai Jalal
bersikap seperti itu kepada wanita lain meskipun itu Ruqyah, wanita yg sudah
Jalal anggap seperti adiknya sendiri. Jodha manarik nafasnya dalam-dalam untuk
meredakan sesak di dadanya.
“Syukurlah
kau sudah sadar Ruqyah,” kata Jalal saat melihat Ruqyah mulai membuka matanya.
“Aku
dimana Jalal?” tanya Ruqyah dengan pelan dan berusaha untuk bangun.
“Kau tadi
pingsan Ruqyah,” jawab Jalal sambil langsung menahan pundak Ruqyah agar tidak
bangun. Jalal kembali merebahkan tubuh Ruqyah dengan lembut.
“Awww,
kepala ku sakit,” rintih Ruqyah sambil memegang kepalanya.
“Kau harus
ke rumah sakit Ruqyah.” Jalal lalu melihat kearah Abul mali, “Kau bawa Ruqyah
ke rumah sakit, aku harus mengantar Jodha pulang.”
“Baik
sir,” jawab Abul mali.
Jalal langsung
berdiri dan mulai melangkah tapi tiba-tiba tangannya di tahan oleh Ruqyah. Jalal langsung
membalikkan tubuhnya melihat kearah Ruqyah. “Aku tidak ingin kerumah sakit, aku
ingin kau antar aku pulang Jalal,” pinta Ruqyah dengan suara yg pelan.
“Tapi
Ruqyah, aku___”
“Aku
mohon,” mata Ruqyah mulai berkaca-kaca. Jalal tidak tega untuk menolaknya.
Jalal lalu mengenggam erat tangan Ruqyah,”Baiklah, aku akan mengantar mu
pulang,” ucapnya sambil mengangguk kepalanya.
Jodha
hanya diam memperhatikan itu semua, hatinya semakin terasa sakit saat Jalal
lebih memilih untuk mengantar Ruqyah dari pada dirianya. Jalal lalu melihat
kearah Jodha, “Maafkan aku Jodha, tapi kau bisakan pulang sendiri?” tanya nya.
Jodha bisa merasakan Jalal merasa bersalah karna harus membiarkan Jodha pulang
sendiri dari nada suara Jalal.
Sambil
tersenyum Jodha menganggukkan kepalanya. “Aku bisa pulang sendiri, kau antar
saja Ruqyah ke rumahnya,” kata Jodha sambil tersenyum kearah Ruqyah.
“Maafkan
aku. Langsung telpon aku jika kau telah sampai di rumah.” ucap Jalal.
Jodha
mengangguk kan kepalanya. “Baiklah, aku pulang dulu,” pamit Jodha dan sebelum
pergi dia melihat kearah Ruqyah, Ruqyah justru memperlihatkan senyum
kemenangannya tapi sayangnya Jalal tidak melihat itu.
Jodha
langsung melajukan mobilnya menuju rumahnya. Selama dalam perjalanan Jodha
terus berusaha menguatkan dirinya. Jodha terus berusaha berpikir positif bahwa
Jalal memperlakukan Ruqyah seperti itu hanya karna dia sudah menganggap Ruqyah
seperti adiknya sendiri. “Ya, Jalal pernah memberitahu ku untuk tidak berpikir
yg aneh-aneh”
Sesampainya
di rumahnya, Jodha langsung menuju kamarnya
dan merebahkan tubuhnya diatas ranjangnya. Matanya sudah tidak bisa diajak
kompromi lagi. Baru saja kepalanya menyentuh bantal, tidak butuh waktu lama
matanya langsung terpejam. Tapi bunyi dering ponselnya mengganggu mimpi
indahnya. Dengan rasa malas dia bangun untuk mengambil ponsel yg ia letak kan di atas meja kecil yg ada disamping
ranjangnya.
“Hah, aku
lupa menghubunginya,” gumam Jodha saat melihat nama Jalal di layar ponselnya.
“Hallo.”
“Apa kau
sudah sampai di rumah?”
tanya Jalal lansung di ujung telpon.
“Iya, maaf
aku lupa menghubungi mu. Aku tadi langsung tidur, aku benar-benar lelah.”
“Syukurlah
kalo kau sudah sampai di rumah mu, istrahat lah biar nanti malam kau bisa hadir dirumah ku.”
“Memangnya
ada acara apa dirumah mu??” tanya Jodha yg tidak mengerti.
“Nanti kau
juga akan tau.”
“Jalal....”
kata-kata Jodha terhenti karna Jalal telah lebih dulu memutuskan telponnya.
“Dasar, suka sekali memutuskan telpon sesuka hatinya, padahal masih ada ingin
aku tanyakan,” rutuk Jodha yg kesal dengan kebiasaan Jalal.
Ruqyah yg
telah ada di
apartemennya dan tengah berbaring di atas ranjangnya berusaha untuk mendengar percakapan Jalal dengan Jodha
di telpon tadi. Tapi karna posisi Jalal yg
sedikit jauh dari dirinya hingga dia tidak bisa mendengar dengan jelas apa yg
Jalal bicara kepada Jodha.
Selesai
menelpon Jalal kembali ke tempat Ruqyah. Dia duduk di tepi ranjang tepat di samping Ruqyah yg tengah berbaring. “Apa
kau sudah merasa baikan?”
Ruqyah
mengangguk pelan, “Hanya masih sedikit pusing.”
“Kau
istirahat lah, aku harus kembali ke kantor.” Ucap Jalal dan langsung akan
beranjak pergi.
“Jalal,,,,”panggil
Ruqyah dengan suara lirih.
Jalal menghentikan
langkahnya dan membalikkan tubuhnya. “Apa?”
“Bisakah
kau menemani ku sebentar lagi, aku,,,aku,,,hanya merasa sedikit takut bagaimana
kalo aku kembali pingsan.” Ruqyah berkata dengan terbata-bata. Dia memang
berusaha untuk menahan Jalal agar lebih lama berada di apartemennya. Saat Jalal menelpon Jodha
tadi, dia samar-samar mendengar Jalal menyuruh Jodha datang kerumahnya.
Jalal
tersenyum, dia kembali duduk di samping Ruqyah. “Baiklah aku akan menemani sampai kau tertidur, jadi
sekarang tidur lah.” Ucapnya sambil memukul-mukul kepala Ruqyah dengan pelan.
Ruqyah
langsung memejamkan matanya tapi baru saja sebentar matanya terpejam dia sudah
kembali membuka matanya. “Tapi aku tidak akan bisa tidur jika perut ku terus
berbunyi,” kata Ruqyah sambil memegang perutnya dan memperlihat ekspresi
lucunya.
Jalal
langsung terkekeh melihat itu. “Aku tau kau pasti rinduu dengan masakan ku,
baiklah aku akan memasak makanan kesukaan mu,” ucap Jalal yg langsung pergi ke
dapur Ruqyah.
Sepeninggal
nya Jalal, Ruqyah langsung mengambil ponselnya lalu mengirim sebuah pesan
kepada Jodha. “Malam ini kau tidak akan bisa melihat Jalal dirumahnya, karna
saat ini dia sedang memasakkan makanan kesukaan ku.”
Ruqyah
lalu bangkit dari tidurnya dan mengambil foto Jalal saat dia sedang sibuk
memasak, tentu itu Ruqyah lakukan tanpa sepengetahuan Jalal. Kembali Ruqyah
mengirim foto itu kepada Jodha, foto beserta tulisan “Dan kami akan makan malam
bersama di apartemen ku, dan itu hanya berdua, hanya
ada aku dan Jalal.”
*****
“Bangun
sayaang,” kata Meina sambil mengecup kening Jodha.
Merasakan
kecupan hangat di keningnya, ia tau itu pasti ibunya. Jodha bergumam dengan mata yg
masih terpejam. “ Aku masih ngantuk bu....”
Meina
kembali mengecup kening Jodha, “ Bangun sayaang, segera mandi karna sebentar
lagi kita akan kerumah keluarganya Jalal.”
Jodha pun
akhirnya bangun meski dengan rasa malas. “Memangnya ada acara apa sih bu di rumahnya keluarga Jalal?”
“Hanya
makan malam privat antara keluarga kita dengan keluarga Jalal untuk membicarakan
detail pernikahan kalian” jelas Meina dengan semangat.
Jodha
langsung melebarkan matanya dan dengan susah payah dia menelan air ludahnya.
“Kan masih lama,” serunya dengan terkejut
“Sesuatu
yg di rencanakan jauh-jauh hari hasilnya akan
baik dan rapu daripada terburu-buru. Pak Akbar itu orang sibuk, kalo tidak
diatur seperti in mana bisa ketemu. Sekarang segera lah mandi, dan kenakan gaun
ini,” Meina memberika sebuah bungkusan yg berisi sebuah gaun. “ Dari mamanya
Jalal,” terang Meina dengan tersenyum.
Meina
meninggalkan kamar Jodha saat Jodha telah masuk ke dalam kamar mandi. Jodha
mandi dengan cepat, setelah mandi dengan masih mengenakan handuk dia meraih
ponselnya untuk mengecek apakah ada telpon atau pesan yg masuk. Dan benar saja
saat di lihatnya terdapat dua pesan yg masuk saat
dia tertidur tadi. Jodha membuka pesan itu satu persatu dan Jodha langsung
terkejut saat membaca pesan yg dikrimkan oleh Ruqyah padanya.
Bersambung
FanFiction
Pelabuhan Terakhir Bagian yang lain Klik
Disini