Jodha juga
merasa perlu curhat kepada Moti tentang perasaannya kepada Jalal yang
menurutnya sudah mulai terhipnotis dengan ketampanan dan perhatian yang Jalal
berikan padanya. Jodha langsung beranjak dari ranjangnya, menuju lemari dan
memilih pakaian yang ingin ia pakai. Jodha memilih rok hitam panjang berbentuk
lurus dan di bagian kiri atas pahanya sedikit pendek
hingga memperlihatkan kaki nya yang putih dan mulus. Sedangkan pakaian atasnya
dia mengenakan kemeja panjang kotak-kotak berwarna merah, bagian kancing paling
atas hingga kancing ketiga Jodha biarkan terlepas hingga memperlihatkan
lehernya yang jenjang namun tidak memperlihatkan bagian dadanya karna Jodha
menutupnya dg tangtop yang juga bewarna hitam.
Jodha
dengan cepat memoles wajahnya dengan bedak tipis dan lipglos di bibirnya, sedangkan rambutnya ia kuncir satu. Tidak lupa Jodha
mengenakan sepatu kats kesayangannya. Setelah bercermin untuk terakhir kalinya
dan Jodha merasa puas dengan penampilannya, dia langsung beranjak dari kamarnya
dan mengendarai mobinya menuju ke toko souvenir Moti.
“Haii cantik”
sapa Moti dengan riang saat melihat sahabatnya itu datang. “Tumben kau kemari?”
“Aku bete
sendirian di rumah” jawab Jodha yang langsung duduk di depan meja kerja Moti
“Bagaimana
perkembangan hubungan mu dengan calon suami mu?” tanya Moti
“Aku kesini
juga ingin curhat soal itu sama kamu Moti,” Jodha menghela nafasnya sebentar, “Dua
hari yang lalu dia mengajak ku dinner dan aku sepertinya mulai menyukainya
moti.”
Moti
langsung melebarkan matanya menatap tajam kearah Jodha, Moti seakan merasa
tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. “Itu berita bagus, lalu kenapa
wajahmu justru terlihat sedih?”
Jodha
menompang dagunya diatas kedua tangannya yang terlipat diatas meja, “Tapi aku
tidak ingin mencintainya Moti,” kata Jodha dengan suara lirih
Moti
mengkerutkan keningnya, ia tidak mengerti dengan keinginan sahabatnya ini. “Kenapa
kau tidak ingin mencintainya? Bukan kah bagus kalo kau bisa mencintai calon
suami mu? Jadi kalian akan merasa nyaman menjalani hubungan kalian kedepannya.”
“Bagaimana
aku bisa hidup bersama dengan seorang pria palyboy?”
“Itu hanya
gosip, dan kau tidak perlu terlalu mempercayai gosip itu Jodha,” jelas Moti
dengan lembut ke Jodha.
Jodha
bangkit dari duduknya dan berjalan kearah souvenir-souvenir yang tersusun rapi di atas rak besar yang terbuat dari kayu yang di pernis. “Itu bukan gosip, aku mendengar dan bahkan melihatnya dengan
mata ku sendiri saat Bella mengelayut manja di lehernya,” batin Jodha.
Moti
menghampiri Jodha dan berdiri di sampingnya. “Coba kau liat baik-baik foto
ini,” kata Moti sambil memberikan sebuah majalah yang memuat artiket tentang Jalal,
“Dia cakep banget.”
Jodha
kembali menghela nafas panjang, “Sumber kebahagian itu bukan cakep atau cantik,
aku akui dia memang cakep tapi itu saja tidak membuat hati ku tenang, dia juga
tajir tapi itu juga tidak membuat ku ingin bersamanya, semua perempuan
mengharapkan hubungan yang saling terbalas, kalo aku cinta dia, aku juga ingin
dia hanya mencintai ku.”
“Sesederhana
itu?” Tanya Moti
“Yup,
cinta itu rumit jadi harus di buat sederhana. Banyak tuntutan hanya
membuat kita terbebani ketika menjalani cinta.”
Moti
menganggukkan kepalanya. “Setau ku orang dewasa tidak memikirkan definisi
apapun. Mereka menjalani kata hati mereka.”
“Orang
dewasa?”
“Iya, Jalal
itu 30 tahun. Mungkin dia sudah kenyang makan cinta. Mungkin sekarang dia hanya
ingin menjalani kemana hidup membawanya. Buat apa cinta kalo tidak bertanggung jawab
sedangkan hidup ini penuh tanggung jawab. Nah, selama dia bisa memenuhi hakmu
sebagai calon istrinya dan kau memenuhi hak dia juga maka kalian bisa terus
bersama.” Jelas Moti denga penuh semangat yang membara.
“Itu
namanya tidak berperasaan, Kau ♏ǝƲkan membantu ku untuk
mencari cara agar perjodohan ini batal?” Pinta Jodha dengan wajah yang memelas
Moti
menggeleng, “ Jalal belum berbuat kesalahan so far. Dia menerima perJodhan ini,
dia mengajak mu dinner, jadi tidak ada alasan bagi ku untuk membantu mu
membatalkan perjodohan ini. Kalian juga kenal baru seminggu ini, kau tidak
seharusnya berpikir untuk membatalkan perjodohan ini tapi kau justru seharusnya
berpikir bagaimana cara membuat Jalal mencintai mu.” Kata Moti sambil mengelus
kedua pundak Jodah untuk memberikan semangat kepada Jodha.
Setelah
merasa puas mendengar penjelasan Moti yang menurut Jodha sedikit pun tidak
membantunya menyelesaikan masalahnya, Jodha pamit pulang. Jodha tidak langsung
pulang kerumahnya tapi dia mampir dulu ke kantor Jalal. Tadi saat di toko Moti, Jodha melihat patung gajah berukuran kecil yang terbuat
dari kayu. Saat melihat patung itu Jodha langsung berpikir bahwa benda itu akan
bagus jika di letakkan diatas meja kerja Jalal. Jodha
tidak mengerti kenapa dia ingin membelikan patung itu untuk Jalal.
Mobil Jodha
telah memasuki area parkir di mall tempat Jalal berkerja. Sebelum sampai
kesini Jodha terlebih dahulu menelpon calon ibu mertuanya untuk menanyakan
kantor Jalal berada di lantai berapa. Mendengar calon menantunya
ingin menemui calon suaminya, Hameeda terlihat bahagia.
“Mama
seneng mendengar kamu ingin menemui Jalal di kantonya sayaang,” jawab Hameeda di ujung telpon
“Aku tadi
main ke toko teman ku dan melihat patung gajah. Yang aku tau Jalal menyukai
gajah, jadi aku membelinya untuk Jalal.” Jawab Jodha
“Kok tante??
Mama dong.. Kan sebentar lagi kamu akan jadi anaknya mama. Pokoknya mama seneng
dengar kalo hubungan kalian semakin dekat. Dan kamu sayaang harus banyak
bersabar ya kalo Jalal sering bersikap kasar sama kamu.” Terdengar suara
Hameeda yang tulus menyayangi Jodha.
“Iya
tante, eh maksudnya Mama.” Jawab Jodha sambil tertawa kecil.
****
Siang ini,
setelah 2 hari yang lalu Jalal memberikan tugas kepadanya untuk menyelidiki
nyonya Meinawati, Abul mali datang ke ruangan Jalal untuk memberikan informasi yang
di dapatnya.
“Informasi
apa yang kau dapat?” tanya Jalal saat Abul mali sudah ada di hadapannya.
“Ada
keganjilan dengan kematian ayahnya Nona Jodha, sir.”
“Ganjil?
Maksud mu?” tanya Jalal lagi
“Saya
mendapatkan informasi bahwa orang terakhir yang terlihat keluar dari ruangan
kerja tuan Bharmal~ayah Jodha~, adalah nyonya Meinawati. Selang tidak beberapa
lama setelah itu salah satu pembantu disana mendapati tuan Bharmal sudah tak
bernyawa di ruangannya, sir.”
“Apa kau
yakin dengan informasi ini?” tanya Jalal yang tidak percaya dengan apa yang di sampaikan oleh Abul mali.
Abul mali
mengangguk “Saya yakin, sir.”
Tiba-tiba
terdengar suara pintu terbuka dan yang membuat Jalal semakin terkejut adalah
saat melihat orang yang muncul di balik pintu itu, ya itu Jodha!. Jalal
langsung panik, ia takut Jodha mendengar semua percakapannya dengan Abul mali.
“Apa kau
tidak bisa mengetuk pintu dulu,” bentak Jalal kepada Jodha sambil melirik
kearah Abul mali. “Jangan mentang-mentang kau adalah calon istri ku hingga kau
bebas keluar masuk keruangan ku.”
Melihat Jalal
semarah itu bahkan sampai membentak dirinya di depan karyawan membuat Jodha ketakutan.
Tubuhnya gemetar dan matanya pun mulai berkaca-kaca, “A..aku hanya ingin
memberikan ini,” kata Jodha dengan terbata-bata sambil meletakkan patung gajah di atas meja Jalal dengan tangan yang bergetar.
Melihat
tubuh Jodha yang gemetar membuat Jalal merasa bersalah, sejujurnya dia tidak
ingin membentak Jodha seperti itu tapi dia melakukan itu karna dia merasa panik
dan takut kalo Jodha mendengar semua percakapannya dengan Abul mali.
Setelah
meletakkan patung itu Jodha langsung ingin beranjak pergi dari sana tapi
langkahnya terhenti karna Jalal dengan cepat meraih pergelangan tangannya. “Kau
boleh keluar,” kata Jalal kepada Abul mali
Jodha
mendongakkan kepalanya keatas melihat ke wajah Jalal, penglihatannya mulai
terasa buram karna air mata yang mengenang di kelopak matanya. Jalal juga menatap Jodha
dengan tatapan bersalah karna sudah membuat Jodha menangis karna bentakkannya
tadi. Dengan lembut Jalal menghapus air mata yang mulai mengalir di pipi Jodha dengan kedua tangannya.
“Kau cengeng
sekali,” Jalal berkata sambil terkekeh dan itu sengaja di lakukannya untuk menggoda Jodha agar Jodha kembali tersenyum.
Mendengar
itu membuat Jodha semakin merasa kesal. Dengan kasar dia melepaskan tangan Jalal
yang ada di pipi nya. “Aku mau pulang,” ucap Jodha
sambil berpaling dan akan beranjak pergi tapi lagi-lagi langkahnya terhenti
karna Jalal menahan pergelangan tangannya. Jodha membalikkan tubuhnya kearah Jalal
dan menatapnya dengan tatapan marah, sedang Jalal menatap Jodha dari atas
sampai kebawah.
“Kenapa
kau membiarkan kancing baju terlepas seperti ini?” Jalal berkata sambil menutup
rapat kancing baju Jodha.
“Dan itu
kenapa rok mu sebelah nya pendek?” Jalal menunjuk rok Jodha dengan mamajukan
dagunya. “ Kan sudah pernah aku bilang tidak ada bagian dari tubuh mu itu yang
bagus untuk di perlihatkan.”
Jalal
melepaskan jas nya dan melilitnya di pinggang Jodha untuk menutup paha Jodha yang
terekspos dengan sempurna. Saat tangan Jalal melingkar di pinggangnya dengan kasar Jodha melepaskan tangan Jalal dan juga
melempar jas Jalal. “Aku pulang,” Jodha langsung memalingkan tubuhnya dan
dengan cepat beranjak pergi. Jalal dengan cepat mengejar Jodha dan kembali
meraih tangan Jodha yang saat itu sudah dekat dengan pintu, merasakan tangan Jalal
kembali menahan tangannya denga kesal Jodha menggigit tangan Jalal yang saat
itu mengenggam erat tangannya hingga terlepas.
“Aaawwwwwww”
teriak Jalal sambil mengibas-ngibas tangannya karna merasa sakit akibat gigitan
Jodha.
Bersambung
FanFiction
Pelabuhan Terakhir Bagian yang lain Klik
Disini