Satu bulan
pertunangan Jodha dan Jalal telah berlalu. Selama satu bulan tersebut, Jodha
semakin bersemangat untuk sembuh. Terapinya ia jalani dengan penuh semangat
tanpa kehadiran Jalal yang sebelumnya selalu menemaninya.
“Tunggulah
Jalal sayang... aku akan memberimu kejutan!” ucap Jodha saat berlatih berjalan
di dalam kamarnya.
Jodha
memutuskan menjalani terapinya sendirian di dalam kamarnya, bukan di rumah
sakit lagi.
Meskipun begitu, seperti biasanya Jalal selalu mengunjungi Jodha
setiap jam istirahat makan siang dan sepulang kerja. Terkadang Jalal makan
di rumah Jodha atau mereka makan di
luar.
Seperti
malam ini, Jalal mengajak Jodha untuk makan malam di tempat yang sudah direservasi sebelumnya. Sebuah restaurant yang sepi tidak seramai
biasanya. Jalal mengajak Jodha ke pinggir kolam restaurant tersebut, dimana
lilin-lilin mengapung di atas kolam renang, bunga-bunga selalu tampak di setiap
mata memandang, beberapa tangkai bunga mawar dan beberapa lilin di atas meja
semakin mempercantik malam itu. Dan hanya lilin-lilin tersebut dan sinar bulan
dan bintang lah yang menjadi cahaya tempat tersebut. Jodha begitu terpukau
dengan apa yang ada dihadapannya. Untuk sesaat dia tidak mampu berkata-kata
untuk menggambarkan kekagumannya.
“Indah
sekali, Sayang... tapi kenapa kau melakukan semua ini? Bukankah ini hanya makan
malam biasanya?” tanya Jodha yang saat itu bergelayut manja di dalam dekapan
Jalal.
“Lebih baik
kita makan dulu,” ucap Jalal kemudian membawa Jodha yang berada dalam
dekapannya ke meja yang sudah dipersiapkan. Ia mendudukkan Jodha dengan
hati-hati, sementara ia sendiri duduk dihadapan Jodha.
Jodha
mencoba mencari tahu apa maksud Jalal melakukan ini semua, tapi semua usaha
sia-sia, ia selalu mendapatkan jawaban yang sama, ‘Kau akan tahu nanti, sayang...’ Dan akhirnya makan malam mereka
berlangsung dengan hening.
Makan
malam mereka sudah selesai, Jodha bernafas lega, “Akhirnya aku akan segera tahu
apa yang kau rencanakan, sayang...”
“Baiklah,
sayang,” ucap Jalal.
Jodha
mulai tidak sabar, “Apa itu, sayang? Jangan membuatku semakin penasaran. Dari
tadi kau sudah membuatku frustasi karena tingkahmu ini!”
Ekspresi
Jalal berubah sedih, “Maaf sayang, ku mohon tenangkan dirimu.”
“Ada apa,
Jalal? Kau jangan menakutiku!” ucap Jodha gusar.
“Sayang...
sepertinya aku tidak bisa menunggumu lebih lama lagi,” Jalal diam sejenak untuk
melihat ekspresi Jodha.
Jodha
bingung, air matanya sudah mulai tergenang, “Apa maksudmu?”
“Dua
minggu lagi aku akan menikah,” ucap Jalal.
“Ap...
apa? Mengapa kau melakukan semua ini? Apa kau tidak bisa menungguku sebentar
lagi?” runtuh sudah pertahanan Jodha, air matanya sudah mulai mengalir.
Jalal
segera berdiri dan menghampiri Jodha yang duduk berseberangan dengannya. Jalal
hendak menyeka air mata Jodha, tapi Jodha langsung menepisnya dengan kasar.
“Apa kau
tidak bahagia, sayang?” tanya Jalal dengan nada datar..
“Bagaimana
mungkin aku bahagia jika mendengar kabar bahwa kau akan menikah dengan wanita
lain?!”
Jalal
tersenyum, disekanya air mata Jodha dengan sayang. “Siapa bilang aku akan
menikah dengan wanita lain?”
“Ma... Maksudmu?”
Jodha semakin kebingungan dan masih menangis sesenggukan.
“Tentu
saja aku akan menikah denganmu, sayang... Kau pikir dengan siapa lagi?” ucap
Jalal.
“Tapi...
bukankah kita akan menikah dua bulan lagi, dan kenapa kau bilang dua minggu
lagi?” tanya Jodha.
Jalal
mendesah... tangan Jalal berada dipinggang Jodha, kemudian tangan satunya
menyelinap dibelakang lutut Jodha. Dalam sekejap, Jodha sudah berada
dipangkuannya. Kali ini Jodha tidak berontak, dia sudah terbiasa dengan
tindakan Jalal yang satu ini.
Jalal
melanjutkan ucapannya, “Aku sudah tidak sabar lagi sayang... Aku sudah sangat
lama menunggumu... Apakah kau lupa dengan isi jurnalku?” (jurnal yang berisi
khayalan Jalal tentang Jodha) Sebelum Jodha bisa mengelak,Jalal melanjutkan ucapannya, “Aku sudah
memutuskannya dan kau tidak bisa membantahnya! Kau tenang saja, sayang... kau
akan tetap bisa memutari api suci.”
“Bagaimana
caranya aku bisa memutari api suci jika kakiku saja belum bisa digerakkan? Kau
keterlaluan sekali!”
“Apa kau
lupa? Bahwa aku akan menjadi kakimu. Dan kita akan mengitari api suci dengan
cara kau berada didalam dekapanku,” ucap Jalal dengan santai.
Jodha
mulai merasa frustasi dengan tindakan tunangannya ini, “Kenapa kau keras kepala
sekali?” Kemudian dipukulnya dada bidang tunangannya tersebut dengan pelan.
Jalal
semakin mempererat pelukannya, “Karena aku sudah tidak tahan lagi untuk
melihatmu selalu berada disisiku setiap saat, sayang... Aku ingin orang
terakhir yang kulihat sebelum memejamkan mata adalah dirimu dan aku ingin kau
adalah pemandangan pertama yang ku lihat setelah aku membuka mataku,” bisik
Jalal di telinga Jodha.
Jodha
membelalakkan matanya.
“Kenapa?
Apa aku perlu membuktikan betapa aku mencintaimu?” goda Jalal sambil mendekatkan
bibirnya ke bibir Jodha.
Jodha
mencoba menghindar dengan menarik kepalanya ke belakang, tapi Jalal mengunci
pergerakannya dengan menahan kepala Jodha menggunakan tangan kanannya sementara
tangan kirinya melingkar posesif di pinggang Jodha... Ada waktu dimana dia
bersyukur karena Jodha tidak dapat berlari darinya, sehingga dia bisa mencium
Jodha kapan saja. Kemudian Jalal langsung mencium Jodha saat itu juga dan Jodha
membalas ciuman Jalal dengan cara yang menyenangkan Jalal.
Jalal
melepaskan ciumannya. Dibelaianya wajah tunangannya dengan penuh cinta,
“Baiklah sayang... Jadi kau sudah menyetujuinya. 13 hari lagi kita akan menikah
secara islam dan dihari berikutnya kita akan melaksanakan pernikahan kita
sesuai dengan tradisimu di rumahmu. Dan sesuai tradisimu, setelah itu aku akan
membawamu pulang ke rumahku, rumah kita.”
Jodha
begitu terharu mendengar apa yang telah direncanakan Jalal. Ia berjanji pada dirinya sendiri
bahwa kali ini dia akan setuju dengan konsep yang akan dibuat Jalal tanpa
membantah, karena Jalal sudah menuruti permintaannya tentang konsep pertunangan
mereka kemarin.
Jalal
duduk di sebelah Jodha. Dia kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Jodha,
kemudian kembali mencium Jodha dengan mesra. Malam itu seakan
menjadi saksi kedua insan yang akan menjalin ikatan suci dalam pernikahan.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Sudah
sebulan lebih keluarga Jodha dan Jalal disibukkan dengan mempersiapkan
pernikahan mereka sejak pertunangan Jodha dan Jalal. Awalnya Jodha curiga,
pernikahan masih lama tapi mereka sudah begitu sibuk. Tapi semua kecurigaan dan
rasa penasarannya kini sudah terjawab sudah.
Dekorasi,
undangan, catering, pemain musik, WO dan lainnya sudah mereka persiapkan untuk
acara penikahan yang dilakukan di rumah Jodha dan perayaan di rumah Jalal.
Jalal ingin sekali menunjukkan pada dunia bahwa Jodha adalah miliknya dan hanya
akan menjadi miliknya, untuk itu dia memutuskan untuk mengadakan pesta
pernikahan di rumahnya,sehari setelah melangsung ritual pernikahan di
rumah Jodha.
Dua hari
setelah Jalal melamar Jodha, Keluarga Jalal datang ke rumah Jodha untuk
melakukan upacara Shagun. Keluarga Jalal membawakan hadiah berupa baju, sepatu,
bahan pangan utama seperti beras, kacang-kacangan, perlengkapan harian yang
biasa digunakan sang wanita dan juga perhiasan yang indah. Bersamaan dengan
diantarnya hadiah ini, Jalal mengatakan kapan upacara pernikahan akan
dilaksanakan, meskipun sebenarnya Jalal sudah menanyakannya pada Bharmal hari
yang tepat untuk mereka menikah.
Tidak
terasa waktu berlalu dengan begitu cepat. Kemarin Jodha dan Jalal sudah
meresmikan hubungan mereka secara islam di tempat berjauhan dan akan di
pertemukan lagi saat acara ritual di rumah Jodha.
Kini Jalal sudah
berada di kediaman keluarga Bharmal untuk melangsungkan pernikahannya dengan
Jodha. (Maaf,
untuk pakaian yang mereka kenakan, saya skip saja ya... sudah menjadi rahasia
umum bagaimana penampilan adat india saat pernikahan. Bayangin aja penampilan
Jodha dan Jalal saat menikah di serial Jodha Akbar).
Ritual
demi ritual sudah dilakukan, hingga tiba saatnya untuk memutari api suci.
“Sayang...
sepertinya sekarang aku bisa membawamu dalam pelukanku lagi,” bisik Jalal di
telinga Jodha yang saat itu berada di sebelah kanan Jalal.
“Nehi...
kali ini aku tidak ingin kau membuatku malu lagi di depan semua orang,” ucap
Jodha ketus.
Jodha
tidak mau mereka berdebat terlalu lama, perlahan-lahan dia menggerakkan kakinya dan berusaha berdiri
sendiri. Semua orang termasuk Jalal terpana melihatnya, kini Jodha sudah berdiri
dengan kedua kakinya sendiri.
Jalal
langsung berdiri mengikuti Jodha, “Kau mengejutkanku, Jodha... Meskipun aku
tahu kau akan lebih cepat sembuh dari prediksi dokter, tapi ini benar-benar
mengejutkanku.”
“Ini
hadiah pernikahan dariku, sayang...” ucap Jodha sedikit berbisik. Kemudian dia
mengingatkan Jalal, “Ayolah sayang... jangan membuat semua orang menunggu
terlalu lama!”
Dan
upacara pernikahan tersebut berlangsung bahagia, bahkan dua kali lipat
kebahagiaan yang mereka rasakan. Akhirnya Jodha dan Jalal benar-benar bersatu,
ditambah dengan kebahagiaan karena Jodha sudah pulih. Bahkan ada beberapa orang
yang tidak dapat mengendalikan air mata mereka untuk tidak keluar karena
terharu.
Malam
harinya, Jalal memboyong Jodha ke kediamannya. Suasana haru kembali
menyelimuti, karena saat itu juga Bharmal dan Mainavati harus melepaskan putrinya,
melepaskan tanggung jawabnya dan menyerahkan tanggung jawab Jodha kepada Jalal.
Sesampainya
di rumah Jalal, Hameeda menyambut menantunya dengan ritual-ritual rajvanshi.
Jodha begitu terharu dengan perlakuan ibu mertuanya. Ia menundukkan tubuhnya,
menyentuh kaki Hameeda dan Hameeda mendoakannya.
Setelah
semuanya selesai, karena sudah larut malam, akhirnya semua orang masuk ke kamar
mereka masing-masing. Jodha dan Jalal bergegas mandi secara bergantian. Ketika Jalal sedang
mandi, Jodha yang telah rapi berganti dengan gaun malam, menyiapakan pakaian
tidur suaminya selayaknya seorang istri. Ia masih tidak percaya bahwa hari ini
ia telah menyandang seorang istri, istri dari Jalalludin Muhammad Akbar, laki-
laki yang pernah ia benci dahulu.
Tak lama
setelah itu, kini mereka sudah berada di peraduan, Jalal sedang
menatap Jodha intens, ia ingin sekali lagi meyakinkan bahwa malam ini bukanlah
imajinasinya semata seperti malam-malam sebelumnya. Jalal membelai lembut wajah
wanita yang saat ini telah sah menjadi istrinya. Jodha memejamkan mata saat
jemari Jalal menelusuri wajahnya, hidungnya, pipinya dan bibirnya. Jalal
tersenyum melihat ekspresi Jodha saat itu, direngkuhnya wajah Jodha dengan
kedua tangannya, diciumnya kening, hidung dan kedua pipi Jodha. Saat ini kening
keduanya saling bertautan, Jalal meminta persetujuan Jodha untuk melaksanakan
kewajibannya sebagai suami dan disetujui Jodha dengan anggukan kepalanya.
Jalal lalu mencium bibir Jodha, awalnya perlahan namun
pelan–pelan menjadi lumatan yang menyalurkan hasrat gairah dari dalam diri
keduanya. Setelah puas
menikmati bibir Jodha, Jalal mulai menelusuri leher jenjang Jodha, Jodha
menikmati setiap ciuman dan sentuhan dari suaminya tersebut. Terdengar pelan
lenguhan Jodha yang keluar dari bibirnya saat Jalal mulai melancarkan aksinya.
Jalal lalu menarik tali kelambu tempat tidur mereka, dan kembali melancarkan
aksinya memenuhi setiap impian-impiannya bersama Jodha dengan nyata. Malam itu
keduanya menikmati indahnya malam pertama mereka, dan akhirnya imajinasi yang
selama ini terpendam tersalurkan saat keduanya melebur menjadi satu dalam suatu
ikatan suci. (Special scene MP from
Bunda Alfi Nurhasanah. Thanks a lot, Bunda...)
Setelah
selesai dari ‘aktivitas’ mereka, Jalal membelai rambut Jodha dengan penuh
kasih, sementara Jodha menyandarkan kepalanya di dada Jalal yang telanjang.
“Sayang...
kau benar-benar memberiku kejutan hari ini. Sejak kapan kau menyembunyikan hal
ini dariku?” tanya Jalal.
“Aku ingin
memberimu kejutan, sayang... Belum lama aku bisa berjalan. Baru beberapa hari
yang lalu aku bisa menggunakan kakiku. Aku sengaja menyembunyikannya dari
keluargaku, karena aku ingin memberikan kejutan. Dan kemarin aku baru bisa
menggunakan kakiku dengan sempurna. Semoga kau menyukai hadiah dariku, sayang,” tutur
Jodha.
“Tapi kau
harus mendapatkan hukuman atas semua ini, honey!” ucap Jalal kemudian langsung
membalikkan tubuh Jodha dan mendaratkan ciumannya di bibir Jodha.
Jodha
menjerit karena serangan Jalal yang tiba-tiba. Mereka melewati malam itu dengan
bahagia. Hasrat yang sekian lama terpendam, kini sudah tersalurkan dengan
ikatan suci.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Malam
perayaan pernikahan mereka tiba. Rumah Jalal yang begitu megah disulap menjadi
istana. Dekorasi ruangan yang didominasi dengan warna hijau tosca dan merah
muda. Meja yang disiapkan ditutupi dengan serbet kain dan mengguankan
peralatan-peralatan yang terbuat dari perak yang berkualitas tinggi, menarik
dan bergaya. Deretan-deretan foto-foto Jodha dan Jalal terpajang di beberapa
tempat, di pintu masuk dan di beberapa sudut ruangan, serta di depan podium.
Rangkaian bunga menghiasi sepanjang pegangan tangga dari lantai dua.
Menambahkan kesan romantis dalam acara tersebut.
Berbagai
masakan khas dari berbagai kawasan di India dihidangkan. Salah satunya adalah
martabak kari. Selain itu ada manisan, ayam tandoori, roti Chapati (kalau di
Indonesia namanya roti Cane) dan nasi briyani. Minuman pun dihidangkan tidak
jauh dari makanan tersebut, yang mana gelas-gelasnya sudah disusun membentuh
piramida.
Para tamu
undangan yang tidak sedikit mulai berdatangan. Undangan pria mengenakan setelan
jas berwarna hitam, sementara tamu undangan perempuan mengenakan gaun malam
berwarna merah.
Musik
mulai mengalun dengan merdu, sebagian tamu ada yang berdansa, ada yang
menikmati hidangan, ada pula yang sekedar duduk mengobrol.
Disanalah
Jalal, sedang menyambut para tamu-tamunya sambil menunggu Jodha yang masih
dirias di dalam kamarnya. Jodha sudah melarangnya untuk melihatnya sebelum
acara dimulai. Bahkan Hameeda juga menyetujui usul Jodha.
Tak lama
kemudian, MC mengumumkan kehadiran Jodha. Jodha bagaikan putri kerajaan malam
itu. Semua mata terpana melihatnya, banyak pria yang mengacuhkan pasangannya
setelah melihat Jodha, bahkan banyak wanita yang iri akan kecantikan dan
keanggunannya. Dan satu-satunya orang yang beruntung memilikinya adalah Jalal.
Malam itu Jodha
mengenakan gaun putih yang mengekspos pundak serta punggungnya. Kulitnya yang
putih sangat kontras dengan gaun yang dikenakan. Gaun putih panjang hingga
menyapu lantai, gaun tersebut dihiasi dengan perak dan berlian, sepatu
bertahtakan berlian, serta anting dan kalung keluarga Jalal yang diberikan
Hameeda semakin menambahkan sinar dalam dirinya. Rambutnya ia biarkan terurai
dan disampirkan ke samping menutupi sebelah pundak dan dadanya. Lama mereka
tertegun melihat penampilan Jodha.
Jalal berusaha
keras untuk mengendalikan gejolak hasratnya yang tiba-tiba muncul. Berulang
kali ia menelan ludah untuk mengendalikan dirinya. Jalal mengambil nafas
panjang dan menghembuskannya berulang. Setelah mendapat ketenangan, kemudian ia menghampiri Jodha dan mengulurkan tangannya
untuk menyambutnya. Jalal yang mengenakan setelan putih tampak serasi dengan
Jodha. Mereka lah yang menjadi raja dan ratu malam itu diantara lautan tamu
yang mengenaka setelah hitam dan gaun merah.
Jalal
menuntun Jodha ke podium untuk memperkenalkannya sebagai Mrs. Mohamad
Jalalludin Akbar.
“Selamat
malam semuanya. Malam ini saya ingin memperkenalkan seorang wanita yang berhasil memikat
hati seorang Mohamad Jalalludin Akbar. Seorang wanita cantik yang mampu
meluluhkan hati banyak pria. Dia adalah Mrs. Mohamad Jalalludin Akbar, Jodha.
Seorang wanita yang mampu mematahkan hati banyak pria bahkan mampu membuat
banyak wanita patah hati,” ucap Jalal dengan bangganya kemudian menatap Jodha
yang saat itu tengah tersenyum padanya.
Riuh sorak
dan tepuk tangan langsung mendominasi ruangan tersebut mendengar ucapan Jalal
sekaligus membenarkan ucapan Jalal. Memang benar, bahwa banyak laki-laki yang
patah hati karena tidak bisa mendapatkan Jodha dan para wanita pun juga patah
hati karena tidak dapat mendapatkan Jalal serta iri dengan keberuntungan dan
kecantikan Jodha. Dan satu-satunya orang yang beruntung adalah Jalal, orang
yang awalnya dingin, tertutup dan tidak berperasaan kini telah melabuhkan
hatinya pada seorang wanita, Jodha.
Jodha adalah
CINTA PERTAMA Jalal, begitu pula Jalal adalah CINTA PERTAMA Jodha. Cinta
pertama yang mengantarkan mereka pada cinta sejati, cinta suci dan cinta abadi.
Cinta yang akan selalu membuat mereka saling melengkapi, saling mengasihi,
saling menyayangi, saling membantu, saling menyemangi dan mengangkat semua
beban yang ada pada pasangan masing-masing. Cinta yang akan menuntun kepada
kehidupan mereka yang lebih baik lagi. Cinta yang akan terus menyatukan mereka
hingga hanya maut yang mampu memisahkan mereka.
~~~~~~~~~~THE END~~~~~~~~~~
Terima
kasih Bunda Alfi atas ide cerita dan bantuanya menyempurnakan tulisan ini.
Terima kasih untuk all readers karena sudah mengikuti FF ini dari awal. Mohon
maaf, untuk versi aslinya memang lama sekali keluarnya. Jadi mulai dari Chapter
36 adalah murni imajinasi dan tulisan dari saya tanpa copy paste dari
manapun.
Mohon maaf
jika ceritanya tidak sesuai dengan harapan kalian. Bagi yang ingin menunggu
versi aslinya, silahkan anda kunjungi sendiri dari forum, karena saya tidak
akan melanjutkan cerita dari versi aslinya. Sekedar informasi, untuk versi
aslinya baru sampai Part 35 dan sampai sekarang Part 36 belum juga ada di
forum.
Bagi
yang ingin membaca FanFiction His First Love dari awal, silahkan Klik
Disini