By Er
Lin...... Setelah mengantar moti kembali ke
tokonya, Jodha melajukan mobilnya ke kantor. Ia ingin bertemu dengan kakaknya
karna tadi sebelum pergi dari cafe dia membelikan coffe untuk kakak dan ibunya.
Tapi setibanya Jodha di halaman depan kantor, dia melihat banyak
sekali orang berdemo di depan kantor ibunya. Hingga untuk masuk ke
dalam Jodha harus di lindungi oleh beberapa orang satpam. Jika
tidak Jodha lah yang akan menjadi pelampiasan amarah dari para pendemo itu.
Dengan susah payah akhirnya Jodha bisa juga masuk ke dalam loby kantor dengan
selamat.
Sujamal langsung
berlari keluar dari ruangannya saat mendapat laporan bahwa Jodha datang ke
kantor dan dia harus di lindungi dengan beberapa satpam agar bisa
selamat dari amukan para pendemo. Sujamal langsung memeluk Jodha dengan erat
karna dia begitu khawatir dengan keselamatan Jodha saat mendapat laporan itu. “Kau
tidak apa-apa kan Jodha?? Kenapa ke kau kantor tidak bilang dulu sama kakak
hah..??” Jodha yang di peluk seperti itu sama kakaknya hanya diam
saja. Dia masih syok saat para pendemo itu akan menyeang dirinya tadi.
Melihat Jodha
yang hanya diam, sujamal melepaskan pelukannya. Dipegangnya pundak Jodha,
dengan sedikit menunduk sujamal melihat langsung ke wajah Jodha. “Kau pucat
sekali Jodha. Apa tadi terjadi sesuatu di luar??” Tanya sujamal sekali lagi.
“Kenapa
banyak orang berdemo kak di luar??” Tanya Jodha balik. Wajahnya masih
terlihat tegang dan pucat.
Sujamal
menarik nafas pelan “para buruh menuntut gaji mereka yang belum kita bayar kan
selama 3bulan ini.”
“Kenapa
perusahaan kita bisa sampai menunda memberikan gaji para buruh kak??”
“Ibu kan
sudah menceritakannya pada mu tadi malam. Bahwa perusahaan kita sedang
mengalami krisis keuangan.” Jelas sujamal “tapi kau tak perlu khawatir, kakak
sm ibu pasti bisa mengatasinya. Sekarang jawab pertanyaan kakak kenapa kau ke
kantor??”. Sujamal bertanya dengan tersenyum agar Jodha tak terlalu khawatir
tentang kondisi perusahaan.
“Aku tadi
habis makan siang bersama teman-teman ku dan aku kesini karna ingin memberikan
ini untuk kakak dan ibu.” Kata Jodha dengan memperlihatkan 2 gelas coffe.
“Baiklah
coffe nya kakak terima. Lebih baik sekarang kau pulang ke rumah Jodha karna
kondisi kantor saat ini lagi tidak baik. Oke !!!”
Jodha
hanya menganggukan kepalanya ke sujamal. Dan sebelum pulang sujamal mengecup
kening Jodha dan lalu mengantarnya sampai masuk ke dalam mobilnya. Sujamal
ingin memastikan Jodha pulang dengan selamat.
Sesampainya
di rumah Jodha langsung masuk ke kamarnya dan merebah kan tubuhnya di atas ranjangnya. Jodha masih terus berpikir tetntang kejadian di kantor tadi.”Apakah begitu parah kondisi perusahaan sekarang??” Jodha
berkata dengan dirinya sendiri. Setelah melihat kejadian tadi di kantor Jodha akhirnya sudah menentukan keputusannya. Dia akan menerima
perjodohan ini, meski dia harus mengorbankan kebahagiannya karna harus
meninggalkan kekasihnya ~suryhaban~.
***
Malam
harinya saat Jodha sedang makan malam bersama ibu dan kakaknya, Jodha
memberanikan dirinya untuk bertanya tentang kondisi perusahaan kepada ibunya.
“Ibu..
Apakah masalah para pendemo tadi sudah selesai??” Tanyanya dengan hati-hati.
“Ibu sudah
berjanji sama mereka bahwa dalam satu bulan ke depan ibu akan melunasi gaji
mereka.” Jawab meinawati sambil terus menikmati makan malamnya.
“Dengan
apa ibu akan membayar gaji mereka?? Bukankah perusahaan kita sedang mengalami
krisis keuangan??” Tanya Jodha lagi.
Meinawati
berhenti dari makannya lalu menoleh melihat kearah Jodha “ dengan menjual rumah
ini.”
“APA....!!!”
Jawab Jodha dengan terkejut. “Tapi bu, apakah tidak ada cara lain selain
menjual rumah ini. Rumah ini kan_____” Jodha tidak melanjutkan perkataanya.
“Ibu tau
ini rumah peninggalan orang tua mu, tapi cuma ini jalan satu-satunya Jodha.
kamu tau kan banyak keluarga yang menompang hidup mereka di perusahaan kita. Apapun akan ibu lakukan untuk bisa mempertahankan
perusahaan kita.”Kata Meinawati dan kembali melanjutkan makannya
Jodha diam
sejenak, lalu dengan mendesah pelan dia berkata “aku menerima perjodohan itu.”
Mendengar
kata-kata Jodha, meinawati langsung melihat kearah Jodha. “ Apakah dengan
menerima perjodohan itu bisa menyelamat perusahaan dan rumah ini bu?? Tanya Jodha
dengan wajah sedih. Meinawati langsung mengenggam tangan putrinya dengan erat
dan menganggukan kepalanya “ iya sayaang... Ibu tau kau putri yang berbakti.
Makasih sayaang.” Mata meinawati dan Jodha pun sama-sama terlihat berkaca-kaca
.
“Baiklah
ibu akan menelpon keluarga nyonya hamidah untuk memberitahukan kabar gembira
ini.” Kata meinawati yang langsung berdiri dan menghampiri telpon yang berasa di sudut ruang tamu.
Setelah
makan malam Jodha kembali ke kamarnya, dia langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ada kelegaan yang dirasakannya di hatinya setelah mengatakan bahwa dia menerima perjodohan itu pada
ibunya. Beban yang selama beberapa hari ini menyiksanya bahkan lebih menyiksa
lagi saat sepulangnya dari kantor tadi siang hilang seketika. Meski masih ada
sedikit yang menganggu pikirannya, dia masih bingung bagaimana caranya
mengatakan semuanya ke suryabhan. Tapi meski suryabhan bakal marah atau mencaci
maki padanya, Jodha akan menerima itu semua.
Saat Jodha
akan berusaha memejam kan matanya tiba-tiba dia teringat pertemuannya dengan Jalal
di cafe tadi siang. Tatapan mata Jalal kepada dirinya masih teringat
jelas olehnya, dan tanpa sadar wajah Jodha memerah dengan sendirinya menginggat
itu semuanya. “Ada apa dengan ku?? Kenapa aku justru teringat tentang dia??
Bahkan jantung ku sampai berdetak dengan cepat saat memikirkannya??” Kata Jodha
sambil meletakkan kedua tangannya di dadanya. “Berhentilah memikirkannya Jodha..
Dia itu seorang playboy, tak ada yang bisa kau harapkan dari playboy seperti
dia.” Setelah berkata seperti itu Jodha terus berusaha memejamkan matanya
hingga dia terlelap.
***
Malam ini
acara pertemuan keluarga Jodha dan keluarga Jalal akan di lakukan. Pertemuan dua keluarga itu diadakan di sebuah restorant yang ada di sebuah hotel berbintang dan juga merupakan
hotel milik Akbar Grup.
Sebelum
pertemuan itu, siang ini Jodha akan bertemu dengan suryabhan. Jodha ingin
memberitahu suryabhan tentang perjodohannya sebelum dia bertemu dengan keluarga
Jalal. Jodha sudah menunggu suryabhan di restorant yang berada dekat dengan kantor
suryabhan. Setelah 10menit menunggu akhirnya suryabhan datang. “Maaf sayaang
aku terlambat.”Kata suryabhan yang langsung mencium kening Jodha dan kemudian
duduk di depan Jodha.
“Tidak
apa-apa” jawab Jodha dengan tersenyum yang dipaksakannya untuk menutupi rasa
gugupnya.
“Tadi
dikantor banyak kerjaan, ibu mu sudah mendapatkan suntikan dana hingga bisa
membayar lunas semua gaji karyawan. Jadi hari ini aku akan sedikit sibuk dengan
itu.” Jelas suryabhan.
Jodha
hanya diam bahkan dia tidak begitu mendengar suryabhan bercerita, dia terlalu
sibuk dengan pikirannya sendiri. Jodha tidak tau harus memulai cerita dari mana,
apalagi saat ini suryabhan terlihat bahagia karna akhirnya perusahaan tempatnya
bekerja telah mendapat suntikan dana hingga terhindar dari kebangkrutan.
Suryabhan memang bekerja di perusahaan orangtua Jodha, bahkan pertemuan
Jodha dengan suryabhan pun terjadi pertama kali di kantor
ayah Jodha. Jodha yang saat itu sedang main ke indonesia karna sedang libur
kuliahnya yang di amerika.
Melihat Jodha
yang melamun, surya menyadarkan Jodha dengan mengenggam tangan Jodha. “ Kau
kenapa hanya diam Jodha?? oh ya katamu tadi di telpon ada hal penting yang ingin kau
bicarakan. Apa itu sayaang??”
“Kita
makan saja dulu baru setelah itu kita bicarakan.” Kata Jodha yang saat itu
kebetulan pelayan datang mengantarkan pesanan mereka.
Sejenak
mereka hanya diam dan menikmati sesi makan siang mereka. Selama dalam makan pun
Jodha masih terus berpikir bagaimana cara menyampaikannya kepada surya. Setelah
selesai makan surya langsung menyuruh Jodha untuk mengatakan apa yang ingin Jodha
bicarakan. Jodha menarik nafasnya sebentar lalu setelah itu Jodha menceritakn
semuanya kepada surya bahwa dirinya akan menikah dengan pria yang telah di jodohkan oleh ibunya.
Diluat
perkiraan Jodha, surya hanya diam dan tak bereaksi apa-apa saat mendengar apa yang
Jodha sampaikan padanya, meski terlihat jelas kemarahan di wajahnya. Jodha terus menunggu reaksi dari surya, Jodha bahkan telah
siap jika surya akan marah-marah atau membenci dirinya. Setelah menunggu
beberpa menit surya yang hanya diam tiba-tiba berdiri dari duduknya dan pergi
meninggalkan Jodha sendirian tanpa berkata apapun. Bahkan Jodha belum sempat
menyampaikan permintaan maafnya.
***
Jodha
sujamal dan meinawati telah berangkat menuju restorant untuk bertemu denga
keluarga Jalal. Meinawati sangat bahagia dan itu terlihat jelas di wajahnya. Sangat berbeda dengan Jodha yang hanya diam selama dalam
perjalanan. Jodha masih teringat dengan surya, Jodha sangat merasa bersalah
kepada surya.
Akhirnya
mobil mereka berhenti di depan sebuah hotel yang megah. Dari luar
hotel yang bangunannya berdisain ala eropa sangat mencerminkan bahwan
pengunjung yang menginap di hotel ini adalah orang-oarang berkelas
atas. Baru saja mereka masuk ke dalam hotel, mereka telah di sambut oleh seorang wanita cantik yang memang telah menunggu mereka
dari tadi. Wanita ini mengantarkan keluarga Jodha ke sebuah ruangan yang ada di dalam restoran itu. Sebuah ruangan yang memang khusus disiapkan untuk
pertemuan kedua keluarga ini.
Didalam
ruangan itu telah menunggu tuan akbar dan istrinya hamida bano beserta Jalal yang
malam itu terlihat sangat tampan. Jalal yang saat itu mengenakan setelah jas
bewarna silver yang senada dengan warna celananya. Serta di padukan dengan kemeja putih yang memperlihatkan tubuhnya yang berotot.
“Maaf kami
terlambat” kata meinawati saat masuk kedalam ruangan itu.
“Ahh..
Tidak apa-apa nyonya meinawati. Kami juga baru sampai.” Jawab tuan akbar dengan
ramah.
“Kami juga
mengerti bahwa anak gadis membutuhkan banyak waktu untuk berdandan agar
terlihat cantik.” Ucap hamida bano menggoda Jodha. Dan Jodha hanya tersenyum
mendengar itu.
“Baiklah
sebaiknya kita semua duduk dan mulai makan malamnya.” Kata tuan akbar.
Setelah
semua orang kembali duduk, pelayan mulai menyajikan makan malam mereka semua.
Mereka menikmati makan malam itu dengan di selingi obrolan ringan. Berbeda dengan Jalal
yang matanya tidak pernah lepas menatap kearah Jodha. Dari pertama Jodha masuk
tadi, Jalal langsung terpesona dengan penampilan Jodha malam ini. Jodha yang
dilihatnya malam ini sangat berbeda dengan Jodha yang di lihatnya di cafe saat itu. Saat itu penampilan Jodha
sangat terlihat tomboy, tapi malam ini dengan dress bewarna pink sepanjang lutu
memperlihatkan sisi kewanitaan Jodha. Serta bando yang menghiasi kepalanya
membuat rambut yang sengaja di biarkan tergerai semakin terlihat indah.
Tapi saat mata Jalal melihat kearah bawah, Jalal langsung tersenyum karna
lagi-lagi wanita ini hanya menggunakan sepatu flat. Penampilan Jodha yang
seperti inilah yang berbeda dengan wanita-wanita yang selama dia kencani, dan
ini membuat Jalal semakin tertarik kepada Jodha.
Saat
waiters tengah bersiap-siap akan menghidangkan hidangan penutup, Jodha
memberanikan dirinya untuk berbicara kepada semua orang yang ada disana. “Maaf
om tante dan ibu, bolehkah aq menikmati dessert ini diluar berdua dengan Jalal???
Ada hal yang ingin aku bicarakan berdua dengan Jalal, om tante...” Jodha
berbicara sambil melihat kearah tuan akbar dan nyonya hamidah secara
bergantian. Sedangkan Jalal langsung memberikan senyuman mautnya kepada Jodha
saat mendengar permintaan Jodha itu.
Tuan
akbar, nyonya hamida, meinawati dan sujamal, mereka pun saling pandang dan
tersenyum penuh arti saat Jodha mengatakan itu. Sambil melirik kearah Jodha dan
Jalal secara bergantian, hamidah berkata dengan lembut “ Tentu boleh sayaang,
tante mengerti kalian berdua membutuhkan waktu berdua untuk bisa saling
mengenal.” Lalu hamida berkata pada anaknya “ Dan kau Jalal, bersikap lah yang
baik dihadapan calon menantu ibu. Jika kau berani macam-macam kau akan menerima
hukumannya dirumah.” Ancam hamidah yang membuat semua tertawa.
Akhirnya Jalal
dan Jodha berjalan keluar dengan membawa dessert mereka masing-masing. Mereka
memilih tempat duduk yang ada di halaman restoran yang kebetulan sekali
malam itu diterangi dengan sinar bulan. “Baiklah sekarang katakan apa yang
ingin kau bicarakan.” Kata Jalal yang saat itu telah duduk di hadapan Jodha.
Jodha
meletakan piring dessert nya di tengah meja, lalu dia melipat kedua
tangannya di atas meja. Sambil menatap tajam kearah Jalal,
Jodha berkata “ aku akan langsung saja. Kau pasti tau kalo perjodohan kita ini
terjadi karna kerja sama bisnis.”
Jalal
hanya menganggukkan kepalanya sambil terus menikmati dessert “ ya lalu??”
Katanya.
“Karna itu
aku ingin membuat perjanjian” kata Jodha
“Perjanjian
apa??” Tanya Jalal yang saat itu masih menikmati dessert nya.
“Aku ingin
setelah kita menikah nanti tidak terjadi kontak fisik. Maksud ku_______” Jodha
tidak melanjutkan perkataannya, dia menunggu untuk melihat reaksi Jalal.
Benar
saja, Jalal langsung berhenti menikmati dessert nya. Jalal langsung mengangkat
kepalanya dan melihat kearah Jodha. “Kontak fisik??” Tanya nya dengan
mengkerutkan keningnya
“Maksud
ku..” Jodha menarik nafasnya sebentar. “Aku tau kau pasti juga terpaksa
menerima perjodohan ini. Jadi selama kita belum bisa menerima satu sama lain
sebagai pasangan suami istri, aku minta kita tidak melakukan kontak fisik.”
Jalal
langsung menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi lalu melipat kedua tangannya
ke dadanya . “Kau tadi bilang bahwa ini adalah sebuah kerjasama bisnis kan??.
Lalu keuntungan apa yang aq dapat dari perjodohan ini jika kau tidak ingin
melakukan kontak fisik dengan ku??” Tanya Jalal
“ Apakah
itu berarti kau menginginkan kontak fisik dengan ku setelah menikah??” Tanya Jodha
balik sambil melebarkan matanya.
“Hhahaha...
Tidak ada dari bagian tubuh mu itu yang membuat ku bergairah. Tubuh datar
seperti anak kecil begitu” Jalal berkata sambil memajukan dagunya menunjuk
kearah dada Jodha.
Mendengar
perkataan Jalal, Jodha pun ikut melihat kearah dadanya. Lalu dengan wajah marah
Jodha berkata “apa kau bilang, tubuh seperti anak kecil??”
Jalal
menganggukkan kepalanya dan tersenyum senang melihat wajah Jodha yang merah
karna menahan amarahnya.
Jodha
mendesah berat untuk menahan emosinya “kalo begitu tidak ada masalah dong kalo
selamanya kita tidak akan pernah melakukan kontak fisik. Bukankah tadi katamu
kau tidak bergairah melihatku??”
“Lalu
keuntungan apa yang aku dapat dari perjodohan ini?? Kau tau kan keluarga ku
harus mengeluarkan banyak uang untuk pernikahan ini??”
“Bukan kah
keluarga mu sudah mendapat 35% saham di perusahaan orang tua ku?? Menurut ku itu
adil.” Kata Jodha.
“Tapi itu
tidak sebanding dengan kesialan yang aku dapat dengan menerima perjodohan ini??”
Kata Jalal lagi.
“Apa??
Kesialan katamu?? Apakah itu berarti menikah dengan ku bagi mu adalah sebuah
kesialan??” Tanya Jodha dengan nada tinggi karna dia merasa terhina dengan
perkataan Jalal.
Dengan
menganggukkan kepalanya Jalal berkata “ itu kau tau... Kalo aku mau, aku bisa
menikahi wanita yang bertubuh seksi seperti model. Tapi karna kerjasama bisnis
ini aku harus hidup sama wanita yang memiliki tubuh seperti anak kecil”
“Ya
Tuhan...” Jodha menarik nafasnya “Bukan kau saja yang merasa sial tapi aku juga
merasa sial karna harus hidup sama pria yang ingin menikah hanya karna ingin
melakukan kontak fisik.” Jawab Jodha dengan kesal
“Aku pria
normal” jawab Jalal dengan cuek sambil mengangkat kedua pundaknya.
“Baiklah,
katakan apa yang kau mau??” Tanya Jodha
“Aku mau
kau selalu datang setiap kali aku memanggil mu. Jika tidak..... Maka perjanjian
kerjasama ini batal, dan kau harus membayar ganti ruginya dua kali lipat. Ayah
ku bahkan sudah menyuntikkan dana ke perusahaan orang tua mu.”
“Baiklah..
Aku setuju.” Jawab Jodha dengan pelan dan diwajahnya masih terlihat
kekesalannya kepada Jalal.
“Kalo
begitu, apakah aku bisa melanjutkan makan ku.” Tanya Jalal yang tersenyum
kemenangan karna telah berhasil membuat Jodha menuruti permintaannya.
***
Saat akan
pulang Jalal dengan sengaja mengatakan di depan semua orang bahwa dia akan mengantar Jodha
pulang, Jodha sendiri tidak bisa menolaknya karna ibunya dan nyonya hamida
langsung memberikan izin. Selama dalam perjalan pulang Jodha selalu diam, dia
bahkan menolehkan wajahnya melihat kearah luar melalui kaca mobil yang ada di sampingnya. Sedang Jalal hanyan curi-curi pandang melihat kearah Jodha.
Untuk menghilangkan keheningan akhirnya Jalal memulai percakapan “baju mu
cantik Jodha.....”
“Akhirnya
kau sadar bahwa aku ini cantik” jawab Jodha tanpa melihat kearah Jalal.
Jalal
tertawa kecil “ aku tidak bilang kau cantik , tapi aku hanya bilang baju mu
cantik. Tapi sayang kau rusak dengan sepatu mu itu.”
Jodha
langsung menolehkan wajahnya melihat tajam kearah Jalal. Sekali lagi Jalal
membuatnya kesal. “Kau benar-benar seperti anak kecil” kata Jalal lagi yang
semakin membuat Jodha tambah kesal.
Lagi-lagi Jodha
harus menarik nafasnya agar tidak terpancing sama perkataan Jalal. Sambil
melihat kearah depan Jodha berkata “ dan sayangnya wanita yang bertubuh seperti
anak kecil ini yang akan menjadi istrimu.” Kemudian Jodha melihat kembali
kearah Jalal “apa kau puas akhirnya aku mengatakan dengan mulut ku sendiri
bahwa tubuh ku seperti anak kecil.”
Jalal
tertawa, dia sendiri tidak mengerti kenapa ketika melihat wajah Jodha merah
saat marah membuat dirinya bahagia. Dan mungkin ini akan menjadi kebiasaan
barunya saat bersama Jodha.
Bersambung
FanFiction
Pelabuhan Terakhir Bagian yang lain Klik
Disini