Setelah
selesai sarapan Jodha kembali ke kamarnya. Sesuai rencananya tadi malam dia
ingin bertemu dengan sahabat-sahabatnya untuk sekedar curhat. Dan bila
beruntung dia bisa mendapatkan solusi dari sahabatnya. Jodha langsung mengambil
HP nya yang terletak di meja riasnya. Dengan cepat dia mengerak kan
jarinya mencari nama salah satu temannya yang ada di dalam kontak HPnya. “ Hallo moti... Aku ingin ketemu sama kalian
semua. Ada yang ingin aq ceritakan sama kalian. Tolong kau hubungi teman-teman yang
lain, kita ketemuan di cafe tempat biasa kita kumpul nanti siang
ya.” Kata Jodha saat teleponnya diangkat oleh moti.
“Apa yang
ingin kau bicarakan Jodha?? Penting banget kayaknya.” Jawab moti di seberang sana.
“Nanti
saja setelah di cafe aku ceritakan. Jangan lupa kau hubungi
yang lain. Nanti aku jemput kau di toko mu.” Balas Jodha lalu segera di akhirinya sambungan teleponnya. Jodha tau jika dia tidak segera
mengakhirinya, moti sahabatnya itu akan terus-terusan bertanya tanpa hentinya
sampai dia mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Sedangkan Jalal
di kantornya telah disibukkan dengan pekerjaanya. Semenjak dia diangkat
menjadi direktur di perusahaan papanya, membuat pekerjaannya
semakin banyak. Tengah asik mengecek file-file yang ada di meja kerjanya, terdengar ketukan pintu. “Masuk....” Seru Jalal tanpa
melihat siapa yang datang. Terdengar suara hak sepatu perempuan yang
berlahan-lahan mendekati mejanya. Tapi Jalal masih tetap fokus sama filenya dan
tidak melihat kearah orang yang sudah ada di depannya saat ini. Setelah meletakkan
sebuah map ke meja Jalal, orang itu tidak langsung pergi dari ruangan Jalal.
Dia masih tetap berdiri di depan Jalal.
Merasa
orang yang ada di hadapannya masih berada disana, Jalal mengangkat kepalanya
melihat kearah orang itu. Sejenak hanya di tatapnya orang itu, menunggu orang itu
untuk menyampaikan maksud kedatangannya. “Ada apa ruqyah?? Apa ada yang ingin
kau sampaikan??” Tanya Jalal.
Dengan
cemberut ruqyah berkata “ aku dapat kabar, katanya kau akan bertunangan??”
“Ternyata
cepat juga ya gosip tersebar di kantor ini..” Jawab Jalal dan kembali
menundukkan kepalanya menyibukkan dirinya dengan filenya.
“Kau..”
Ruqyah berhenti sejenak lalu menghentakkan kakinya karna Jalal mengabaikan
pertanyaanya. “Kenapa aku harus dapat kabar itu dari orang lain.” Lanjutnya.
“Itu bukan
suatu hal yang harus aku ceritakan.” Jawab Jalal dengan santai tanpa
memperdulikan ruqyah yang terlihat kecewa dengan dirinya.
“Tapi kan Jalal..
Aku ini_____”
Sebelum
ruqyah menyelesaikan perkataannya dengan cepat Jalal langsung memotong
perkataan ruqyah “Maaf ruqyah, jika memang tidak ada lagi hal penting yang
ingin kau sampaikan, kau boleh pergi. Aku masih banyak pekerjaan.”
Mendengar
itu ruqyah langsung pergi dari ruangan Jalal dengan kesal. Sedangkan Jalal
hanya menghela nafasnya, dan menggeleng kan kepalanya melihat kelakuan ruqyah.
Ruqyah bukan hanya sekretarisnya, tapi ruqyah juga sahabatnya dari kecil.
Bahkan ruqyah juga sudah sangat akrab dengan keluarga Jalal. Ayah ruqyah adalah
sahabat papanya Jalal.
Setelah
kepergian ruqyah, Jalal menghentikan kegiatannya. Diambilnya foto yang telah
dia simpan dalam dompetnya. Foto Jodha yang di berikan oleh mamanya tadi malam.
Dipandanginya kembali foto Jodha, dia sendiri tidak tau kenapa seperti ada
perasaan yang berbeda yang dia rasakannya saat melihat foto Jodha. “Daya tarik
apa yang dimilki perempuan ini, hingga aku tak henti-hentinya ingin melihat
fotonya.” Tanya Jalal pada dirinya sendiri sambil membelai foto Jodha.
Merasa
telah puas memandangi foto Jodha, Jalal kembali menyimpan foto Jodha kedalam
dompetnya. Selama ini tidak ada satupun foto perempuan yang pernah dia simpan
dalam dompetnya. Meski selama ini dia selalu berganti-ganti pacar, tapi saat
bersama mereka Jalal memang tidak pernah serius bahkan tidak pernah menggunakan
hatinya saat berkencan dengan salah satu dari pacar-pacarnya itu. Bukan niat Jalal
untuk mempermainkan mereka, tapi karna memang tidak ada diantara mereka yang
mampu membuat jantungnya berdetak dengan cepat. Berbeda dengan Jodha, bahkan
dengan hanya memandangi fotonya saja sudah membuat senyuman yang terukir dengan
sendirinya di wajahnya.
Siang
harinya Jodha yang mengenakan celana levis yang di padukan
dengan T-shirt yang sedikit kebesaran di tubuhnya serta rambut yang di kucir satu dan menggunakkan make-up seminimalis mungkin, tidak lupa
juga dia menggunakkan sepatu sneakers kesayangan sudah bersiap melajukan
mobilnya. Hal pertama yang di lakukannya adalah menjemput moti di tokonya kemudian baru ke cafe tempat dia akan berkumpul dengan dua
sahabatnya yang lain.
Sesampainya
Jodha di depan toko moti, Jodha langsung membunyikan klakson mobilnya untuk
memanggil moti. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya moti keluar dari tokonya
dan langsung masuk ke dalam mobil. “Ayo berangkat”kata moti saat setelah
mengenakan sabuk pengamannya. “Oke kita berangkat...”Jawab Jodha yang langsung
melajukan mobilnya.
Setibanya di cafe ternyata dua sahabat mereka reva dan lala telah ada disana.
“Kenapa
kalian lama sekali” tanya reva langsung saat melihat Jodha dan moti datang. “Kalian
kan tau jam istirahat makan siang ku itu sangat sedikit.” Rutuk reva
“Maaf tadi
macet..” Jawab Jodha asal.
“Jangan
membohongi kami.. Kau pasti ketiduran tadi, ya kan??” Tanya lala lagi yang tau
dengan kebiasaan Jodha.
Jodha
tertawa kecil “hhehe..maaf. Tadi setelah menelpon moti aq tidur lagi. Karna
tadi malam aq baru bisa tidur larut malam.”
“Kenapa
kau tidur larut malam” tanya reva lagi.
“Bisakah
kami duduk dulu baru anda-anda ini bertanya pada klien saya.” Kata moti dengan
bercanda.
Mereka
berempat akhirnya tertawa. Setelah memesan makanan dan minuman untuk mereka
masing-masing. Jodha mulai menceritakan masalahnya kepada ketiga sahabatnya
itu. Saat mereka mendengar Jodha akan di jodohkan mereka semua hanya menganggukkan
kepala mereka tapi saat mendengar nama pria yang akan di jodohkan kepada Jodha dengan serempak mereka berteriak “APA....!!!!!!”
Dengan suara yang keras hingga membuat semua pengunjung di cafe itu melihat kearah mereka berempat.
“Apa-apan
sih kalian ini, bikin malu aja.” Kata Jodha dengan menganggukkan kepalanya ke
semua pengunjung yang ada di cafe itu sebagai tanda permintaan maaf.
“Apakah Jalal
yang kau maksud itu adalah Jalalludin Mohammad Akbar pewaris dari AKBAR GRUP??”
Tanya reva yang masih tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
Ketika Jodha
ingin menjawab tiba-tiba pelayan datang membawa pesanan mereka. Setelah pelayan
itu pergi Jodha langsung menjawab pertanyaan reva dengan santainya “ nama
lengkapnya siapa aku tidak tau. Tapi dia memang pewaris Akbar grup.”
“Kau tau
siapa Jalalludin mohammad akbar itu Jodha??” Tanya lala lagi.
“Apa perlu
aku tau siapa dia??” Jawab Jodha sambil menikmati makanannya.
“Astaga Jodha.......
Jalal itu pria sukses termuda urutan ke 3 dari 10 pria sukses muda lainnya yang
ada di indonesia ini.” Seru reva.
“Dia juga
pria yang paling banyak di incar oleh perempuan-perempuan dari
kalangan apapun, baik itu artis model atau juga pengusaha.” Kata lala
menambahkan.
“Hah....
Dia juga pria penyuka binatang. Dia memelihara seekor gajah. Keren kan .......”
Moti mengatakannya dengan menunjukkan jempol jari tangannya.
Mendengar
teman-temannya memuji Jalal, Jodha langsung menghentikan makannya dengan
membanting sendok di atas piringnya. “Aku mengajak kalian
bertemu disini bukan untuk mendengar kalian memujinya tapi_____”
“Hah....
Aku tau kau pasti ingin tau tentang kejelekannya ya??” Kata moti yang langsung
memotong perkataan Jodha. “Dia itu pria playboy.”
“Playboy
apanya??. Bukan salah dia kalo dia sering bergonta ganti pacar, tapi salahkan
wanita-wanita yang selalu mengejarnya.” Kata reva seakan tidak rela Jalal dicap
seperti itu.
“Ya benar.
Bukan kesalahan dia jika dia terlahir sebagai pria tampan dengan tubuh yang
atletis serta dari keturunan orang kaya.” Lala menambahkan.
“Apa
kalian tau sekretaris Jalal yang bernama ruqyah itu saja sudah lama
menyukainnya tapi Jalal tak pernah mengubrisnya.” Kata reva lagi.
Melihat
teman-temannya asik menceritakan kelebihan Jalal, Jodha memalingkan wajahnya
melihat kearah luar melalui kaca yang ada di sampingnya. Jodha tidak tertarik untuk
mengetahui apapun tentang Jalal, yang ada dalam pikirannya saat ini bagaimana
caranya untuk mengatakan semuanya ke suryabhan. Melihat Jodha seperti itu moti
bertanya dengan memegang pundak Jodha “kau kenapa Jodha?? Kau terlihat sangat
sedih bukan malah bahagia...”
Jodha
mendesah pelan, lalu di tatapnya semua sahabatnya itu dan mulai
bercerita kembali “ kalian kan tau aku punya suryabhan. Aku sama suryabhan
sudah 5tahun bersama. Saat ini yang menjadi beban pikiran ku, bagaimana cara
aku memberitahu dia tentang semua ini.”
Moti
mengenggam tangan Jodha dengan erat “ kau ceritakan saja yang sebenarnya. Aku
yakin suryabhan pasti akan mengerti dengan posisi mu.”
Lala dan
reva juga ikut mengenggam tangan Jodha berusaha memberikan kekuatan ke Jodha. “Ya
Jodha. Suryabhan pasti mengerti kau melakukan ini semua untuk menyelamatkan
perusahaan orang tua mu.” Kata lala.
“Jodha...”
Tiba-tiba terdengar suara pria yang mengagetkan mereka, dan spontan membuat
keempat perempuan itu menoleh kearah suara itu. Saat melihat siapa orang yang
menyapa Jodha membuat ketiga sahabat Jodha terkejut bahkan mereka sampai
membuka sedikit mulut mereka. “Kau Jodha kan?? Kenal kan aku Jalal...” Kata Jalal
sambil menjulurkan tangannya kepada Jodha. Mendengar pria itu menyebut namanya Jalal,
Jodha sedikit terkejut dan dengan kikuk dia menerima uluran tangan Jalal. “Iya
aku Jodha.” Balasnya.
“Kalian
pasti teman-temannya Jodha kan?? Kenalkan aq Jalal..” Kata Jalal sambil
menyalamin tangan reva moti dan lala satu persatu. Sedangkan orang yang
disalaminya hanya senyum-senyum tidak jelas. “Baiklah aku harus pergi karna aku
disini sedang ada janji sama klien. Kalian semua lanjut saja makan siangnya,
dan aku yang traktir.” Kata Jalal sambil melirik ke arah Jodha yang saat itu
masih terpaku menatapnya.
“Bagaimana
Jodha?? Apakah kau masih ragu menikah dengan Jalal setelah melihatnya??” Tanya
reva sambil tersenyum melihat wajah Jodha yang berubah warna merah seperti
tomat karna tadi sebelum pergi Jalal mengedipkan mata kepada Jodha.
Jodha
tidak menjawab godaan teman-temannya, dia hanya diam sambil memegang mukanya sendiri
dengan kedua tangannya. Dia tidak tau kenapa mukanya terasa panas saat tadi Jalal
mengedip kan matanya. Jantungnya pun berdetak cepat saat tangannya menyentuh
tangan Jalal. saat semua temannya kembali asik menikmati makanan mereka, Jodha
sendiri tanpa henti melihat Jalal yang duduk tidak jauh dari mejanya.
Bersambung
FanFiction
Pelabuhan Terakhir Bagian yang lain Klik
Disini