By Er
Lin..... Jodha tersenyum kecil seraya memukul
dada Jalal dengan pelan. Jalal pun ikut terkekeh lalu meraih tubuh Jodha.
Memelukanya dengan erat, “Aku merindukan mu,” ucap Jalal sambil mengecup kepala
Jodha.
Pipi Jodha
merona. “Thank's udah maafin aku, tapi apakah memeluk wanita itu lebih enak
daripada memelukku?”
Jalal
terkekeh, mengelus ubun-ubun gadis itu. “Kenapa? Semua perempuan rasanya kan
sama.”
Jodha
mendorong mundur tubuh Jalal.
“Kenapa
sih semua perempuan suka sekali menanyakan hal-hal tidak penting yang bisa
menyakiti hatinya sendiri. Ngapain membicarakan wanita yang seharusnya tidak
perlu kita bicarakan selamanya?” Jalal mencubit hidung mancung Jodha,
merengkuhnya lebih erat, lebih hangat.
Jalal
melepaskan pelukannya. “Ayo kita pergi,” Jalal menarik pergelangan tangan Jodha
dengan lembut.
Jodha
mengernyit heran,”Kemana?”
“Kesuatu
tempat yang membuatmu semakin mencintai ku,” jawab Jalal sambil terus menuntun
Jodha masuk ke dalam mobilnya.
Jodha
selalu manatap Jalal yang tengah sibuk dengan kemudinya. 'Kemana dia akan
membawa ku?' gumam Jodha dalam hatinya.
Jalal
melihat Jodha sekilas sambil terkekeh, “Jangan menatap ku terus, aku tau kalo
aku ini sangat tampan.”
“Dasar,,,”
ucap Jodha sambil mencubit pelan pinggang Jalal.
Jalal
langsung mengeliat kegelian, dan akhirnya mereka tertawa bersama.
“Sampai,”
kata Jalal saat mobilnya telah terparkir di depan sebuah restorant.
“Inikan
restoran wanita itu, kenapa Jalal membawaku kesini?” tanya Jodha pada dirinya
sendiri saat melihat restorant yang ada di depan matanya saat ini.
“Kenapa
kita kesini, Jalal?” tanya Jodha saat setelah keluar dari mobil.
“Aku ingin
mengenalkan mu ke seseorang.”. Jalal meraih tangan Jodha, mengenggamnya dengan
erat lalu membawanya masuk ke dalam restoran itu.
Jalal dan
Jodha telah duduk di sebuah meja dalam restoran itu. Seorang
waitters memberikan mereka buku menu tapi saat mereka akan melihat daftar menu
itu tiba-tiba terdengar teriakan manja dari seorang wanita.
“Honey,
kau datang,” ujar Benazir seraya tersenyum manis. Ia bergerak maju seakan ingin
memeluk Jalal tapi dengan cepat Jalal bangkit dari duduknya untuk menghindari
Benazir memeluknya.
“Ya, aku
datang kesini ingin mengenalkan mu dengan seseorang,” ucap Jalal seraya menatap
Jodha dengan penuh cinta yang masih duduk diam disampingnya.
“Sayaang,
kenalkan ini benazir,” ucap Jalal kepada Jodha. Jodha pun berdiri dari duduknya
sambil menjulurkan tangannya kepada Benazir.
“Dan
Benazir, kenalkan ini Jodha, calon istri ku, kami sebentar lagi akan menikah,”
ucapnya kepada Benazir sambil merangkul pinggang Jodha dengan mesra.
Benazir
tidak menerima uluran tangan Jodha, ia justru menatap kearah Jalal dengan
tajam. Dia tidak menyangka Jalal akan mempermalukan dirinya seperti ini dengan
memperkenalkan calon istrinya langsung di restorannya di depan
semua banyak orang dan lebih lagi di depan semua karyawannya yang selama ini
tahu tentang hubungannya dengan Jalal.
Karna
merasa malu, Benazir langsung pergi dari hadapan Jalal dan Jodha. Dia berusaha
untuk tetap berjalan tegap dan menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan karyawannya.
Setelah
kepergian Benazir, Jalal mengajak Jodha pergi dari sana.
“Aku
sengaja memperkenalkan mu dengan dia, agar kau semakin yakin bahwa aku telah
memilihmu untuk menjadi istri ku, memilihmu dari wanita-wanita yang selama ini
hadir dalam kehidupan ku, membuatmu semakin menyukai ku” ujar Jalal saat mereka
berada di depan mobil Jalal.
Jodha
tersenyum geli. Jadi Jalal membawanya kesini hanya untuk membuktikan bahwa dia
sangat mencintainya.
CUP!
Jodha
mengecup bibir Jalal, “I love you.”
*********
Siang ini
Jodha dan Jalal menjalani gladi resik di sebuah gedung yang ada di dalam sebuah hotel. Kebetulan hotel itu ternyata juga masih milik
AKBAR GRUP.
Ibu
mertuanya tengah sibuk berdebat dengan pihak wedding organizer tentang dari
mana dia dan Jalal nanti harus keluar. Sedangkan yang lainnya masih sibuk
dengan kesibukan mereka masing-masing. Ada yang sibuk menata meja bulat yang
ditutup dengan taplak keemasan dengan lilin tinggi yang menyala apik.
“Oh, calon
mertuaku ini mungkin penggemar emas sejati,”pekik Jodha dalam hati.
Kursi-kursi
undangan tertutup kain putih dengan pita emas berenda. Tatakan gelas champagne yang
juga bernuansa emas serta juntaian tirai membuat ia merasa berada di zaman mesir kuno.
Jodha
merasakan kakinya telah lelah karna dari tadi ia harus menuruti arahan calon
ibu mertuanya tentang dari mana ia harus keluar dan apa yang harus dilakukannya
setiba di pelaminan sementara Jalal hanya duduk malas jauh di belakang.
Jodha
semakin merasa kesal saat Jalal terus-terusan mengekori dirinya dari belakang
saat ia ingin mencari tempat istirahat. Jalal sangat menganggu tapi jodha tidak
tahu bagaimana cara menyingkirkannya.
Tangan
Jodha terulur ingin mengambil sebuah kue-kue liliput yang di bawa oleh pelayan tapi Jalal mendadak berbisik.
“Jangan
ambil kuenya. Lemaknya tinggi.” Jalal meneruskan, “Aku tidak suka gadis yang
makannya banyak.”
Holyangeez!
Jerit jodha dalam hati, memangnya kenapa dengan perempuan yang makannya banyak?
Apa dia lebih suka gadis mengidap anoreksia? Sebuah kilatan marah melintasi
bola mata Jodha. Sedikit menggeram ia berbisik pada Jalal. “Yang mana yang
boleh aku makan?”
Jalal
menggeleng. “Tidak ada.” Ia hanya menggoda, tentu saja Jodha boleh makan semua yang
dia mau. Berapa pun kalori dan lemak tak akan mengganggu badannya yang bagus.
Jalal hanya senang melihat wajah sebal itu.
Jodha
mengerucutkan bibirnya, cemberut mendengar larangan Jalal.
Jalal
tersenyum gemas melihat bibir provokatif yang mengerucut kesal itu, teringat
bagaimana rasanya ketika ia meletakkan bibirnya di situ.
Mengingat ciuman itu membuatnya ingin merasakan kembali bibir Jodha.
********
Hari yang
di tunggu pun tiba, hari dimana Jalal dan Jodha mengikat janji suci pernikahan.
Acara akad nikah berlangsung dengan lancar dan hikmat, dan malam harinya acara
resepsi pun berlangsung lancar dan mewah karna di hadirin
dengan para undangan dari golongan atas. Sebagian dari mereka adalah
orang-orang yang pernah bekerja sama dengan Tuan Akbar ayahnya Jalal.
Acara
resepsi selesai pukul 01.00 malam. Jalal dan Jodha pergi meninggalkan gedung
dengan mobil yang sudah disiapkan untuk mereka menuju kesebuah apartemen yang
memang telah Jalal beli jauh sebelum pernikahan mereka.
Jalal
sengaja langsung membawa Jodha ke apartemen itu untuk bisa menikmati malam
pertama mereka. Tapi karna sama-sama merasa kelelahan karna harus berdiri lama
menyalami para tamu yang hadir untuk mendo'akan kebahagian mereka, setelah
mandi dan membersihkan diri mereka, Jalal dan Jodha langsung terlelap melewati
malam pertama mereka.
Pagi
harinya Jodha terbangun oleh wangi telur. Setelah duduk diatas ranjang dan
termangu untuk beberapa saat, barulah Jodha teringat bahwa ia sedang berada di sebuah apartemen bersama Jalal. Kemarin dia dan Jalal telah menjalani
serangkaian acara yang membuat mereka telah menjadi sepasang suami istri yang
sah.
Jodha
langsung bangkit dari ranjangnya menuju dapur yang berada tepat di depan kamar mereka. Disana Jalal telah sibuk membuat French toast
untuk sarapan mereka.
“Sudah
bangun? Sebenarnya tadi aku mau membawa sarapan pagi kita diatas ranjang kita,”
ucap Jalal saat menyadari kehadiran Jodha.
Kedua mata
Jodha terbuka lebar. Pagi ini wajah Jalal terlihat sangat cerah, luar biasa
tampan. Ketampanan dan keseksian yang tidak nyata membuat hormon Jodha mengalir
deras dan dadanya berdetak tidak beraturan.
Jodha
berusaha untuk bersikap tenang. Ia lalu duduk di depan
meja makan seperti anak sekolah dasar yang sedang menunggu pembagian snack.
Setelah
selesai memasak, Jalal lalu menghidangkannya diatas meja dan memberikannya
seporsi ke Jodha. Jalal tersenyum saat melihat Jodha yang memasukkan makanan
kedalam mulutnya denga lahap.
“Sudah
kenyang?” tanya Jalal saat melihat Jodha telah habis melahap sarapannya.
Jodha
mengangguk pelan,”Emm.”
“Oke.”
Jalal berdiri, lalu berjalan kesamping Jodha, membungkukkan badan dan
menggendongnya naik. “Kau harus mandi,” ucapnya sambil mengecup bibir Jodha
sekilas.
Jalal
memberikan pelayanan mandinya kepada Jodha. Jalal juga membantu Jodha mencuci
rambutnya. Dengan berjongkok di samping bath tub, Jalal menggosok punggung
Jodha. Jalal juga membantu membersihkan rambut Jodha. Benar-benar memberikan
pelayan ratu kepada istrinya.
“Terima kasih,”
ujar Jodha
“Kalo kau
mau berterima kasih, kau seharusnya memberikan ku hadiah,” sahut Jalal sambil
tersenyum..
“Contohnya,
seperti inikah?” ucap Jodha seraya melingkari kedua tangannya di leher Jalal, lalu mencium suaminya, ciuman yang hanya menempel kaku di bibir Jalal.
Tapi
lagi-lagi Jalal mengejek teknik ciumannya. “Kalo ada seminar tentang cara
berciuman, ujian untuk melakukan ciuman, atau les untuk mendapatakan lisensi
berciuman, aku pasti tidak akan keberatan untuk mengambil les itu berkali-kalu
untuk mendapatkan nilai penuh dalam hal tersebut,” rutuk Jodha dengan nada
kesal.
Jalal
tertawa kecil, “Lebih baik jangan lakukan itu!”
“Mengapa?”
“Karna aku
akan mengajarimu sekarang setiap hari sayaang.” Sambil berkata seperti itu,
bibir Jalal mendatangi bibir Jodha. Sebuah kecupan dangkal, membuat Jodha
tertawa tanpa henti.
“Jodha
bai, apa kau bisa lebih merusak suasana lagi?”
“Maaf, aku
hanya sedang berpikir....” Jodha berkata dengan tawa yang belum berhenti.
“Memikirkan
apa?”
“Berpikir
apa memang kau begitu jantannya?”
'Ha!
Mengeluh tentang kelelakianku?' Pekik Jalal dalam hati.
Tangan
Jalal merangkul Jodha, mengeluarkan Jodha dari dalam air. Tanpa mengeringkan
tubuh Jodha, Jalal langsung menggendong Jodha masuk ke kamar.
Baru saja
Jodha membalikkan tubuhnya, Jalal sudah menindih Jodha diatas ranjang. Jalal
menciumi Jodha. Wajah, bibir, hidung, seluruh bagian wajah Jodha. Jodha
menyukai cara Jalal memperlakukannya seperti .
Dengan
penuh kelembutan jalal melumat bibir ranum nya sehingga jodha sedikit bisa
mengimbangi ciuman jalal..
“Kosentrasilah
sedikit, Jodha bai” ucap Jalal dengan suara lirih karna menahan hasrat yang
sedang menggelora.
“Membuat
wanita menjadi tidak berkosentrasi diatas ranjang.... Jalal, kau tidak harus
mengkritikku, yang harus kau lakukan adalah memperbaiki kemampuanmu.” Ucap
Jodha sambil menyisir rambut Jalal kebelakang, melihat mata pria itu yang
indah. Di bola mata Jalal yang tajam itu, Jodha melihat seorang Jodha bai
bahagia disana.
Giliran
Jalal yang tertawa dengan sedikit senyumannya yang licik. “Tahu tidak? Lelaki
itu tidak bisa di tantang. Kau, selesai sudah!”
***
Setelah
lama bercengkrama, pagi pun berlalu. Jodha terbangun lebih dulu dia menatap
wajah tampan suaminya, dia tersenyum dan mengecup bibir Jalal... Merasakan bbir
nya di kecup Jodha, Jalal menarik lagi tubuh Jodha kedalam pelukan nya, “Apakah
yang tadi masih kurang sayaang?”
Jalal
kembali menindih tubuh Jodha, kembali menunjukkan keperkasaanya, dan kali ini
Jodha sudah bisa mengimbangi keperkasaan suaminya.
THE END
Untuk membaca Pelabuhan Terakhir dari bagian awal Klik
Disini