Setelah
merasa puas dengan penampilannya yg hanya menggunakan celana jins dan dipadukan
dengan kaos oblong berlengan panjang, Jodha meraih tasnya dan bersiap untuk
berangkat tapi tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dari layar ponselnya terlihat
itu dari Jalal.
“Hallo,”
jawab Jodha saat setelah memencet tombol biru pada layar ponselnya.
“Kamu
dimana sayang?” tanya Jalal di ujung telpon.
“Aku baru
mau jalan,” jawab Jodha sambil berjalan keluar dari kamarnya.
“Ya sudah
tunggu aku, aku sebentar lagi sampai di depan rumah mu.”
Teeeettttt
Telpon
langsung terputus tanpa Jodha sempat menjawabnya. “Kebiasan,” rutuk Jodha yg
tidak suka dengan kebiasaan Jalal yg suka memutuskan telpon sesukanya.
Tidak
cukup lama bagi Jodha menunggu, karan tidak beberapa lama setelah Jalal
menelpon, mobilnya sudah terlihat di depan rumah Jodha. Jalal sengaja tidak
memasukkan mobilnya kedalam halaman rumah Jodha agar tidak repot lagi
mengeluarkan mobilnya karna saat ini mereka memang sudah sangat terlambat.
Setelah
Jodha sudah duduk manis di sampingnya, Jalal mulai melajukan mobilnya
menuju ke butik yg telah diberitahu oleh mamanya. Mereka telah terlambat
15menit dari waktu yg dijadwalkan. Setelah sampai di depan butik itu dengan cepat Jalal memarkirkan mobilnya kemudian
mereka segera masuk kedalam menemui kedua ibu mereka.
Didalam
butik itu terlihat mamanya Jalal dan ibunya tengah sibuk mengomentari gaun
pengantin di beberapa manekin yg berjajar rapi yg
sebagian besar dindingnya dilapisi cermin.
Mereka
langsung menghampiri kedua ibu itu. Menyadarkan kedua wanita paruh baya itu
tentang keberadaan mereka. Segera setelah itu Jodha langsung mencoba kebaya
putih yg sangat cantik dengan model kebaya zaman dulu tapi tetap elegan di tubuh Jodha. Tapi saat Jodha akan mencoba gaun pengantin tanpa lengan
dan memperlihat dadanya dengan sempurna, ia langsung menatap kearah Jalal
seakan meminta bantuan.
Seakan tau
bahwa Jodha meminta bantuannya, dengan segera Jalal berkomentar bahwa gaun yg
Jodha kenakan itu tidak cocok di tubuhnya. Jalal lalu memilih sebuah gaun
berlengan panjang hingga menutupin seluruh tubuh Jodha dengan sempurna. Meski
gaun itu tertutup tapi tetap memperlihat bentuk tubuh Jodha dengan sempurna.
Jalal bahkan terpesona saat melihat jodha mengenakan gaun itu. Tubuh tipis
mirip anak SMP itu menjelma menjadi wanita dewasa sekejap mata. Artinya hanya
masalah kostum. Kalo Jodha mengganti celana jins dan kaos oblongnya dengan gaun
wanita mungkin dia bisa bertransformasi dari upik abu menjadi seorang putri.
Tapi Jalal
terlihat sebal saat dirinya telah berdiri di depan cermin hampir satu jam lamanya tapi
tidak ada satupun pakaian terlihat cocok di tubuhnya. Jodha bahkan tersenyum seakan
menikmati kesengsaraan Jalal yg harus berulang kali gonta ganti jas.
“Jalal,
broken white ini pas sama kulit kamu, yg ini aja ya? seru mamanya Jalal menatap
putranya sambil mengacungkan sebuah jas.
Jalal
sudah terlihat ogah-ogahan saat berjalan kearah ibunya. Dia menatap kearah
Jodha sekilas tapi Jodha justru menjulurkan lidahnya seakan menertawakan
kesengsaraanya.
“Jalal
pakai apa aja pantes kok Jeng, kalo Jodha nih yg agak susah,” kata ibunya Jodha
ketika lebih daru setengah menit Jalal tak juga menjawab.
“Justru
Jodha yg pakai apa saja pantes, dia manis banget pakai gaun tadi, tinggal
warnanya aja menyesuaikan,” ucap mamanya Jalal.
“Apakah
sudah selesai?” Jalal sudah tidak tahan lagi.
“Ya,
sudah,” jawab mama Jalal yg seakan mengerti dengan kekesalan putranya. “Memangnya
kalian mau kemana?”
Jalal
menarik napas pelan-pelan, “Aku banyak kerjaan di kantor
ma,” jawabnya dengan geram.
“Jangan
terlalu sibuk bekerja, ajaklah Jodha makan siang terlebih dahulu baru kau
mengantarnya pulang,” ucap mamanya Jalal.
Jalal
melirik Jodha melalui cermin yg memantulkan bayangan dirinya dan mamanya. Gadis
itu tengah menunduk menekuni ponselnya. Jalal kembali mendesah, saat ini
dirinya memang sangat sibuk hingga tidak mungkin untuk mengajak Jodha makan
siang bersama.
***
“Sayang,
kau sudah makan belum?” tanya Jalal saat mobilnya mulai melaju meninggalkan
halaman butik.
“Belum,
kamu?” tanya Jodha balik
“Aku juga
belum, tadi aku langsung menjemput mu, tapi maaf ya sayang kayaknya aku harus
langsung mengantar mu pulang dan tidak bisa mentraktir mu karna banyak kerjaan di kantor, aku ingin menyelesaikan semuanya hingga aku bisa mengambil
cuti sehari sebelum hari H hingga kita bisa honeymoon,” ujar Jalal sambil tetap
menatap lurus ke jalan.
“Kalo gitu
kita makan siang di kantor mu saja, nanti kita beli makanan di restorant dalam mall saja.”
Jalal
memberikan senyumannya sekilas kepada Jodha tapi sedetik kemudian ia kembali
fokus sama kemudinya. Tidak beberapa lama akhirnya mereka sampai di depan mall tempat Jalal bekerja. Jalal langsung menuju ruangannya,
sedangkan Jodha terlebih dahulu pergi ke sebuah restoran untuk membeli makan
siang mereka.
Jodha
membeli nasi timbel dengan ayam bakar yg di lengkapi dengan sambal terasi dan tidak
lupa sayur asem sebagai menu makan siang mereka. Jodha juga memesan dua gelas
orange jus dingin sebagai minumannya. Setelah selesai dengan belanjaanya Jodha
langsung menuju ruangan Jalal.
Saat masuk
ke ruangan Jalal, Jodha melihat Jalal sudah berkutat dengan laptop dan setumpuk
map yg berisi file-file. Jodha langsung menarik satu kursi yg berada di depan meja kerja Jalal dan meletakkannya di samping Jalal.
“Makan
dulu sayang,” kata Jodha sambil mengeluarkan makanan dari dalam kantong
kreseknya.
“Ya
sayang,” jawab Jalal tanpa menoleh kearah Jodha.
Melihat
sikap Jalal seperti itu, Jodha mendesah berat. Dia lalu membuka satu kotak
putih yg berisi makanan yg ia pesan tadi, lalu menyendoknya dan menyodorkannya
ke mulut Jalal.
“Aaaaaa,”
ucap Jodha.
Jalal
langsung menolehkan wajahnya kearah Jodha saat menyadari Jodha yg seperti ingin
menyuapinya. Jalal tersenyum dan mengelus kepala Jodha dengan lembut, “Makasih
sayang,” ucapnya pelan lalu membuka mulutnya.
Jalal
kembali melanjutkan pekerjaan sambil tetap menikmati suapan dari Jodha. Jodha
dengan telaten menyuapkan Jalal hingga makannya habis, setelah habis baru ia
memakan makan siangnya.
“Sayang,
kau mau aku buatkan kopi?” tanya Jodha saat setelah makan.
“Ehmmm,
boleh sayang,” jawab Jalal dengan masih tetap melihat ke layar laptopnya.
Jodha lalu
keluar dari ruangan Jalal menuju dapur untuk membuatkan kopi untuk Jalal.
Setelah selesai Jodha langsung kembali ke ruangan Jalal dan meletakkan kopi itu
diatas meja kerja Jalal. “Ini sayang kopinya, aku pulang dulu ya?” ucapnya.
Mendengar
perkataan Jodha, Jalal langsung berdiri dari duduk, di pegangnya kedua pundak Jodha, “Maaf ya sayang kalo aku mengabaikan mu
dari tadi,” kata Jalal dengan nada bersalah.
Jodha
menggeleng, “Tidak apa-apa, aku mengerti.”
“Aku
telpon Abul Mali dulu, biar dia yg mengantar mu pulang.”
“Tidak
usah, biar aku pulang naik taksi saja,” sahut Jodha dengan cepat.
Jalal
langsung menggelengkan kepalanya, “Aku tidak akan membiarkan putir kecil ku
pulang sendirian.”
Jalal
langsung menelpon Abul mali dengan ponselnya dan tidak beberapa lama Abul Mali
datang ke ruangan Jalal.
“Abul, kau
antar Jodha pulang ya?” pintanya ke Abul Mali
“Baik,
sir,” jawab Abul.
“Setelah
sampai rumah, sms aku secepatnya, ehmmm,” ucapnya kepada Jodha.
Jodha
hanya menganggukkan kepalanya.
CUP!
Jalal
mengecup bibir Jodha dengan cepat, dan itu membuat wajah Jodha langsung berubah
merah karna merasa malu. Jalal mencium bibirnya di depan
Abul Mali.
Jalal
langsung terkekeh melihat perubahan wajah Jodha. “Wajahmu merah tuh kayak
apel,” ejek Jalal.
Jodha
langsung mengerucutkan bibirnya, “Malu tau.....”
Jalal
kembali terkekeh, meski sebentar lagi akan menikah, Jodha masih saja malu
memperlihatkan kemesraan mereka di depan orang lain.
Bersambung
FanFiction
Pelabuhan Terakhir Bagian yang lain Klik
Disini