Javeda yang
mendengar itu langsung salah tingkah. “Maaf bu, saya tidak tau karna saya baru
disini, bapak sedang di ruang rapat, lebih baik ibu menunggu di dalam ruangan bapak saja, saya akan ke ruang rapat untuk
memberitahunya kepada pak Jalal.
Setelah
mengatakan itu, Javeda langsung pamit pergi dari hadapan Jodha. Javeda langsung
memberitahu Jalal tentang kedatangan Jodha.
Mendengar
laporan Javeda, Jalal langsung mengirim sebuah pesan ke ponsel jodha.
'Aku
sedang rapat, tunggu sebentar ya sayaang.'
Jodha yang
membaca pesan dari Jalal itu langsung tersenyum. Jalal memanggil dirinya dengan
sayaang, yang justru terdengar lucu oleh Jodha.
Tidak
beberapa rapat Jalal pun selesai, Jalal langsung kembali keruangannya. “Maaf,
kau sudah lama menunggu ya sayaang?” tanya Jalal sambil melangkan maju
mendekati Jodha dan membentangkan tangannya seperti ingin memeluk Jodha.
Tapi Jodha
justru mundur untuk menghindari pelukan Jalal. Jalal langsung menghentikan
langkahnya, ia merasa terkejut dengan penolakan Jodha. “Kenapa?” tanyanya
dengan mengkerutkan keningnya.
Jodha
memainkan matanya seolah menunjuk kearah belakang Jalal. Menyadari Jodha
memberi kode, Jalal pun menolehkan kepalanya kebelakang. Jalal terkekeh,
akhirnya ia tahu kenapa Jodha menghindar saat ia akan memeluknya. “Kau tak
perlu malu sayaang pada Abul Mali,” ujar Jalal yang kembali akan memeluk jodha.
Tapi saat
sedikit lagi dia akan memeluk Jodha, Jodha justru mendorong tubuh Jalal dengan
mendorong kening Jalal dengan jari telunjuknya.
“Ya,
baik-baiklah,” kata Jalal dengan nada kesal karna Jodha masih saja malu untuk
memperlihatkan kemesraan mereka di depan orang lain.
Abul Mali
hanya bisa tersenyum melihat ulah bos nya itu, karna tidak mau mengganggu lagi
akhirnya Abul Mali pamit pergi dari sana.
“Apa kau
sibuk hari ini?” tanya Jodha saat setelah melihat kepergian Abul Mali.
“Kenapa?”
“Aku ingin
mengajak mu jalan-jalan.”
Jalal
memicingkan matanya, “Apakah saat ini kau sedang mengajak ku berkencan?”
Jodha
mengangguk, “Anggap aja ini kencan pertaman kita, bagaimana apa kau bisa?”
tanya Jodha dengan penuh harap.
Jalal
mengangguk, “Ayo kita berangkat,” ujar Jalal seraya menarik tangan Jodha.
“Tunggu
dulu, sebelum pergi aku mau mengganti style mu dulu.” ucap Jodha menahan tangan
Jalal.
“Memangnya
kenapa dengan gaya berpakaianku?” tanya Jalal sambil melihat pakaiannya
sendiri.
“Aku tidak
mau nanti dibilang lagi kencan sama om-om,” ujar Jodha sambil berlalu dari sana
duluan meninggalkan Jalal yang terbengong mendengar perkataannya.
“Yaaaaaaa,
kau bilang pacar mu ini seperti om-om,” teriak Jalal, sedangkan Jodha dari jauh
hanya tersenyum mendengar Jalal berteriak karna tidak terima dikatai om-om
olehnya.
*****
“Apakah
kita harus berpakaian seperti ini?” tanya Jalal sembari melihat ke cermin yang
ada di dalam sebuah toko.
“Aku sudah
lama ingin seperti ini,” jawab Jodha dengan riang.
“Couple
begini?”
Jodha
tidak menjawab pertanyaan Jalal tapi ia memberikan senyuman termanisnya kepada
Jalal hingga membuat Jalal tidak bisa menolak untuk memakai pakaian yang telah
Jodha pilih. Jodha memilihkan Jalal sebuah celana levis panjang berwarna biru,
dan sebuah kaos oblong yang berlengan pendek. Sebuah pilihan yang biasa tapi
menjadi tidak biasa ketika Jodha juga memakai baju kaos yang sama dengan Jalal.
Jodha juga bahkan memaksa Jalal untuk memakai sepatu couple.
Jalal
hanya bisa tersenyum melihat kecerian di wajah Jodha. “Aku bayar dulu ya sayaang,”
ujarnya sambil mengacak-ngacak rambut Jodha.
“Yup,”
jawab Jodha, ia sudah tidak sabar menantikan hari ini jalan-jalan bersama
Jalal.
“Oke,
let's go....” kata Jalal saat setelah membayar semua pakaiannya dan juga
pakaian Jodha.
Jodha
mengikutin Jalal dari belakang sambil tersenyum tipis.
“Jalan-jalan
kemana kita?” tanya Jalal saat telah masuk kedalam mobil.
Jodha
mengerutkan keningnya, “Aku pengen kita nonton, terus makan, terus___”
“Kalo cuma
pengen nonton dan makan, di Mall ku ini juga ada.” Potong Jalal
Jodha
menggeleng, “Kalo disini nanti karyawan mu banyak memperhatikan kita.”
“Baiklah,
tapi nanti kita foto box ya?”
Sebelah
alis Jodha terangkat, “Hah foto box? Tidak salah, sudah ada Hp kali....”
Jalal
menggelenkan kepala, “Pokoknya aku mau foto box, kamu nurut aja deh,” ujarnya
sambil memandang dalam bola mata kekasihnya itu.
“Aih kamu,
sounds old banget sih!” Jodha mengerucutkan bibirnya.
Jalal
tertawa sembari menarik pipi Jodha, “Salah sendiri pacaran sama orang zaman
dulu,” ujar Jalal dengan nada riang.
“Zaman
dulu, sekalian saja zaman Majapahit, kita cuma beda lima tahun kok,” komentar
Jodha. Sudah lama rasanya ia tidak bisa bercanda seperti ini dengan Jalal,
beberapa hari terakhir mereka telah mengalami hari-hari yang sulit.
“Ih,
bawelnya putri kecilku!” seru Jalal tersenyum tengil sambil mengacak-ngacak
rambut Jodha
“Ah, kau
hari ini suka sekali mengacak-ngacak rambut ku,” ujarnya sambil melepaskan
tangan Jalal dari kepalanya.
Jalal
tersenyum, “Dasar cewek jutek,” menggelengkan kepala. “Kamu itu cewek paling
jutek yang aku kenal, semua cewek bersikap manis tuh samaku,” Jalal memutar
kunci, mulai melajukan mobilnya.
“Itu karna
mereka hanya menyukai ketampanan mu saja, kalo aku kan beda,” jawab Jodha.
“Terus
kamu apa dong?”
“Kalo aku
bukan sekedar suka, tapi cinta,” jawab Jodha tegas.
Wajah
Jalal langsung berubah. “Cieee yang cinta......” goda Jalal sembari menaik
turunkan alisnya.
“Dasar....”
Ia mendorong pipi Jalal kearah yang berlawanan, “Ayo ah jalan.”
“Ehm....”
Jalal menarik hidung Jodha. “Gemes!” senyumnya merekah, iya itulah cinta,
mereka memang sedang jatuh cinta.
“Hei,
ngelamun saja,” ujar Jalal melirik Jodha yang asik memandang jala, “Kenapa?”
Jodha
menggelengkan kepalanya.
Tangan
kiri Jalal mengelus pipi mulus Jodha, sementara tangan kanannya sibuk
mengendalikan setir. “Tidak mungkin, kamu pasti ada apa-apanya.”
“Ehmm.....”
jawab Jodha.
“Ayo
ngomong sayaang, kenapa?” Jalal mencubit pipinya.
“Javeda
itu sekretaris baru mu ya?”
“Iya,
kenapa?”
“Pakaiannya
kok seksi gitu,” ujar Jodha sambil mengerucutkan bibirnya. “Dia itu mau kerja
atau mau godain kamu sih?”
“Kerjalah
sayaang, kamu tenang aja aku tidak akan tergoda kok, dia cuma sekretaris bagi
aku.” Jalal tertawa geli.
“Ah....
Kamu pasti menikmatinya kan?”
“Cieeee
ada yang jealous nih?” mencolek pipi Jodha.
Akhirnya
mobil Jalal telah terparkir di tempat tujuan mereka. Jalal mematikan mesin
mobilnya, ia menarik tangan Jodha sebelum gadis itu keluar. “Aku____” Jalal
memandang lekat langsung ke mata Jodha.
Jodha
menelan ludah, jantungnya berdetak cepat, napasnya naik turun tak beraturan.
Cinta yang terselip seolah ingin menunjukkan diri.
“Aku
sayaang kamu.” Jalal lalau menarik Jodha kedalam pelukannya.
“Jal____”
“Suuuttttssss......”
kata Jalal pelan. “Jangan ngomong apa-apa,” Jalal memejamkan matanya, “izinkan
aku sebentar memelukmu seperti ini.”
Denyut
jantung Jodha berpacu semakin kuat, bibirnya seolah-olah menjadi bisu, ia tidak
dapat mengatakan apapun, hanya satu yang ia bisa lakukan yaitu merasakan. Ya,
ia sedang merasakan apa yang Jalal rasakan. Cinta yang mulai semakin tubuh
subur.
“Aku
sungguh-sungguh menyayangimu. Jangan berpikir yang bukan-bukan tentang aku dan yang
lain,” ujar Jalal mencoba untuk menjelaskan. “Aku hanya mencintaimu.”
Musnah! Ya,
semua pikiran aneh yang sempat singgah di otaknya, saat ini pergi entah kemana,
berganti dengan rasa cinta yang semakin menguat.
Bersambung
FanFiction
Pelabuhan Terakhir Bagian yang lain Klik
Disini